Orang-orang miskin di jalanan melebur dalam napas yang sama; kesusahan. Memiliki wajah yang sama; wajah permohonan.
Ada yang menetap di jalanan, ada yang pergi di saat senja datang, ada yang pulang di saat malam kelam memeluk tubuh jalanan. Dan esok kembali lagi memasuki siklus.
Orang-orang miskin di jalanan, hidup matinya di jalanan. Nasibnya selalu sama; kerap dimarjinalkan, dipandang sebelah mata oleh orang-orang di balik tembok megah.
Namun di waktu tertentu, mereka acap kali dijadikan proyek dan angka-angka penentu kemenangan dalam suatu pertarungan politik.
Terimalah kebenarannya, orang-orang miskin di jalanan adalah tolok ukur melihat laju pembangunan. Jangan katakan negeri sudah makmur, jika orang-orang miskin masih tumpah ruah di jalanan mencari hidup.
(Catatan langit, 03/03/19)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H