Bukan hanya permukaan bumi
Rasa kebangsaan pun
Bisa mengalami erosi.
Rasa kebangsaan perlahan bisa mengalami erosi karena serangan nilai dari luar dan dari dalam rumah kebangsaan sendiri.
Serupa kuatnya arus globalisasi menggerus nilai-nilai sosial yang telah lama mendarah daging.
Terkikis karena sebagian orang mulai merespons pengaruh destruktif dari luar tanpa saringan sama sekali.
Nilai baru dikunyah begitu saja tanpa disandingkan terlebih dahulu dengan nilai yang kita punya; norma, etika, agama.
Dan dari dalam rumah, erosi terjadi karena besarnya arus kepentingan pribadi, mengecilkan kepentingan kebangsaan.
Erosi pun diperparah oleh pandangan golongan. Mereka melihat kebangsaan dari kacamata sendiri.
Bukannya melihat kebangsaan dari kecamata kebangsaan. Pandangan golongan dikultuskan, pandangan kebangsaan terkikis.
Maka sempurnalah erosi itu. Apa yang kau rasakan, rasakanlah sendiri. Lukamu bukan lukaku. Lukaku bukan lukamu.
Kembalilah kita ke rasa kebangsaan Indonesia, rasa kita bersama. Deritamu deritaku. Deritaku deritamu; derita kita bersama adalah derita bangsa. Satu menderita, semua menderita. Merasalah kita dengan rasa kebangsaan.
(Catatan langit, 28 Februari 2019)