Daeng,
Sudah lama kau mengabdi kepada negeri
Menghabiskan usia menjadi guru sederhana
Mencurahkan segenap pikiran dan tenagamu
semata-mata mencari bahagia
Daeng,
Dulu, kepada murid-muridmu kau katakan:
Raihlah masa depanmu yang cerah
Sementara masa depanmu sendiri
gamblang membayang : suram buram
Kau katakan kepada murid-muridmu:
Kelak jadilah suami atau istri yang baik, membahagiakan pasangan
Tapi bagaimana mungkin
Kau berbagi sementara dirimu sendiri tak bahagia
Daeng,
Di mana rumahmu kini
Gubuk tuamu di kota Daeng
yang seperti sarang merpati itu
Di bawah pohon mangga
di dekat kolam ikan dan pembuangan sampah
telah roboh diterpa angin kencang
Daeng,
Negara sudah memenuhi kewajibannya
Memberimu gaji pensiun jelang usia senjamu
Tapi mengapa kebahagiaanmu pun ikut pensiun
Hidupmu merana,
Dua anak dan istrimu pergi jauh
tinggalkan sepi dalam kesendirianmu
Daeng,
Malam telah tiba
Hidupmu yang malang pun tiba
(Catatan langit, 25 Januari 2019)
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI