Mohon tunggu...
Arman Syarif
Arman Syarif Mohon Tunggu... Guru - Pencinta kopi dan sunyi

Lahir di Togo-togo, Jeneponto, Sul Sel. Instagram : arman_syarif_

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Untuk Kawanku Guru Honorer

19 Desember 2018   09:05 Diperbarui: 19 Desember 2018   09:12 356
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kawan,
Sembilan puluh hari kita bergumul
Menggumuli moral anak bangsa
Meluaskan cakrawala
Memuliakan masa depan bangsa

Kita menggenggam arah
Memikul tanggung jawab

Tapi kawan,
Kita manusia biasa
Jasad masih di bumi
Dan kita bukanlah Malaikat

Sembilan puluh hari menunggu
Bersandar di kursi lapuk
Membaca buku-buku usang
Dengan mata buram

Kawan,
Gaji kita tiga bulan tak cukup
Hari ini kucur
esok air mata mengucur
keringat mengucur menanti

Kawan,
Kita butuh tambahan biaya
mengganti sepatu yang sobek
mengganti baju yang lusuh
agar tak lesu di hadapan siswa

Kawan,
Gaji kita tak bisa menopang
ganasnya kehidupan
langkah terbatas
keinginan dipangkas

Kawan,
Gaji kita tak cukup untuk menikah
Gaji kita tak cukup menghidupi anak istri
Mereka butuh gizi bukan visi

Tapi kawan,
Masih saja kita bertahan
Betah di taman ini
Karena semangat Ki Hadjar Dewantara
masih membara di dada kita

(Catatan langit)

Makassar, 19 Desember 2018

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun