Meneguhkan Cinta Kedua
Bahasa merupakan sebuah identitas sekaligus ekspresi cinta. Kecintaan seorang penutur bahasa pada sebuah bahasa akan terlihat dari cara, frekuensi dan prioritas penggunaan sebuah bahasa yang ia tuturkan. Tidak bisa dipungkiri kalau sebuah cinta akan sebuah bahasa terlihat dari gaya dan penempatan sebuah bahasa diantara banyak bahasa yang ada.
Bahasa Indonesia sebagai sebuah bahasa persatuan dominannya merupakan bahasa kedua diantara beribu bahasa ibu lainnya, yaitu bahasa daerah. Bahasa daerah merupakan bahasa ibu, sekaligus cinta pertama para penuturnya. Bahasa Indonesia sebagai bahasa kedua jelas memiliki tempat tersendiri didalam benak para penuturnya. Persoalan mendasar yang perlu dijawab adalah alasan kenapa dan bagaimana cara untuk meneguhkan bahasa Indonesia sebagai cinta kedua ini didalam kehidupan para penuturnya.
Banyak Alasan untuk Mencintai Bahasa Indonesia
Bahasa Indonesia sebagai bahasa kedua sekaligus cinta kedua di antara banyak penutur memiliki banyak alasan untuk dicintai. Alasan pertamanya adalah bahasa Indonesia sangat terbuka. Bahasa Indonesia merupakan bahasa yang dinamis dan sangat terbuka dengan perubahan dan perkembangan bahasa. Selain terbuka terhadap perkambangan struktur dan tata bahasa modern, bahasa Indonesia juga sangat terbuka dalam menerima dan menyerap kosa kata dari bahasa asing.
Selain terbuka dan dinamis, bahasa Indonesia juga sangat unik. Keunikan bahasa Indonesia sebagai bahasa yang berumpun Melayu ini terlihat dari keberadaannya yang bisa diterima sampai kesuku-suku non-Melayu. Bahasa ini juga bisa bertahan dan beradaptasi diantara bahasa-bahasa daerah yang masih tetap eksis. Keunikannya lagi adalah begitu terbukanya bahasa Indonesia ini terhadap kosa kata bahasa daerah. Maka tidak heran kalau sudah banyak juga kosa-kata bahasa daerah yang telah dijadikan sebagai kosa kata baku bahasa Indonesia. Sebagai contoh dari fakta ini adalah penggunaan kata rencong, reok, tor-tor, batik dan lain-lain menjadi kosa kata bahasa Indonesia.
Bahasa Indonesia juga memiliki kelebihan sehingga pantas untuk dicintai. Kelebihan tersendiri dari bahasa Indoensia adalah kecukupan kosa-katanya untuk kebutuhan penuturnya. Sebagai contoh banyak ekspresi bahasa Indonesia yang begitu cocok dengan etika, budaya hingga gaya hidup bangsa ini. Sebagai contoh adalah penggunaan kata padi, gabah, aking, beras hingga nasi yang faktanya mengacu pada satu benda. Hal ini sungguh beda dengan bahasa Ingggris yang hanya mengenal kata rice untuk semua bentuk kata tersebut.
Selain sangat unik dan memiliki kelebihan, bahasa Indonesia juga sangat variatif dan ekspresif. Bahasa Indonesia sebagai bahasa yang digunakan oleh para penutur kreatif akhirnya melahirkan sebuah format dan tata bahasa yang begitu variatif pula. Sebagai contoh begitu variatifnya kosa kata bahasa Indonesia adalah penggunaan kata cinta, sayang, kasih, cinta kasih, dan kasih sayang untuk memakili satu kata bahasa Inggris love.
Bagaimana Meneguhkannya?
Untuk meneguhkan cinta kedua kepada bahasa kedua, bahasa Indonesia, para penutur bahasa Indonesia ini perlu memperteguh dan mengkonsistensikan penggunaan bahasa ini secara konsisten pada ranah formal hingga kenegaraan. Adapun langkah pertama yang bisa digunakan adalah dengan menjadikan bahasa Indonesia sebagai bahasa formal yang digunakan secara baik, benar dan konsisten disekolah. Fakta begitu banyaknya sekolah didaerah dan pelosok yang masih mengunakan bahasa daerah sebagai bahasa pengantar tidak bisa dipungkiri. Untuk bisa mengkondisikan pengunaan kedua bahasa ini, para pendidik sebaiknya mengunakan model dan konsep pengajaran dual language.
Penggunaan dual language ini adalah dengan menggunakan bahasa ibu untuk preview sebuah topik. Kemudian, ketika melakukan langkah view, pendidik mengunakan bahasa Indonesia. Terakhir, ketika pendidik akan melakukan review, bahasa ibupun bisa kembali digunakan. Dengan model ini, konsistensi penggunaan bahasa daerah tetap lestari dan bahasa Indonesia tetap dicinta.
Langkah selanjutnya yang bisa digunakan adalah dengan menggunakan bahasa Indonsia yang baik dan benar dalam semua ranah media. Sudah tidak bisa dipungkiri dan dihindari kalau media seperti buku, majalah, media eletronik, internet, hingga jejaring sosial sedang mengalami proses transfromasi hingga revolusi. Bahkan, kehidupan manusia sudah hampir tidak bisa lagi dipisahkan dari kemajuan teknologi informasi hingga media jejaring sosial.
Dalam ranah media seperti inilah diharapkan penggunaan bahasa Indonesia yang baik dan benar itu harus semakin terbangun dan saling menularkan. Konsep belajar dan mengajar dengan model interaksi adalah model pelajaran paling cair, efektif dan berdampak jangka panjang. Karena itu, jika para penutur bahasa Indoensia beramai-ramai dan konsisten saling berbahasa dengan baik, maka dengan sendirinya, bahasa Indonesia yang baik dan benarpun akan semakin mengkristal.
Masih berkaitan dengan ranah media, penggunaan bahasa yang baik dan benar dalam bentuk slogan dan promosi juga bisa menumbuhkan kecintaan kepada bahasa Indonesia. Sudah menjadi kenyataan kalau di negeri ini sulit untuk membedakan antara politik dan bisnis. Kedua-duanya sudah tidak bisa terlepas dari kehidupan masyarakat. Selain itu, pola-pola dan perkembangan dunia promosi dan kampanye hampir tidak bisa dibedakan. Untuk menggoda pendukung dan pelanggan, tidak jarang jargon, selogan hingga bahasa-bahasa hiperbolis promosi menjadi makanan sehari para penutur bahasa Indonesia.
Dengan fakta ini, penggunaan tata bahasa Indonesia yang baik dan benar balam bentuk slogan, bahasa promosi, hingga selebaran-selebaran akan secara otomatis mendidik para penutur untuk mencintai bahasa Indonesia sekaligus bertutur bahasa dengan baik dan benar. Pendidikan rasa cinta dan kesadaran akan pentingnya berbahasa Indonesia dengan media ini jelas juga akan menembus tingginya gerbang sekolah dan tebalnya dinding ruangan kelas belajar formal.
Kemudian, sebagai langkah selanjutnya adalah pembudayaan penggunaan bahasa Indonesia yang baik dan benar dalam berbagai kesempatan penting kemasyarakatan. Hal ini akan semakin efektif jika para pejabat dan tokoh-tokoh masyarakat dengan sadar dan teratur mau berbahasa Indonesia dengan baik dan benar. Bangsa yang begitu patrelianis ini akan cepat belajar dari para petinggi, pejabat dan pemimpinnya. Bukan hanya itu, kaum selebritis juga memiliki andil yang cukup besar dalam menyebar cara penggunaan bahasa Indonesia yang baik dan benar.
Sebagai langkah terakhir yang perlu dilakukan adalah menanamkan rasa bangsa pada bahasa Indonesia. Penggunaan bahasa Indonesia oleh kalangan terdidik, kalangan ekonomi kelas atas, hingga para kalangan pejabat elit secara otomatis akan menebar bibit kebangaan pada bahasa Indonesia. Kebangaan kepada bahasa Indonesia oleh para publik figur dan penutur kalangan atas juga akan secara langsung menggugah bukan hanya para penutur bahasa Indonesia, tapi para penutur bahasa asing. Bukan hanya bangsa Indonesia yang akan bangga, bangsa asing juga tentu akan secara otomatis akan salut dan menghormati para penutur asli bahasa Indonesia ini.
Meneguhkan cinta kedua jelas tidak semudah untuk mempertahankan cinta pertama. Meskipun demikian, kecintaan kepada bahasa Indonesia bisa tumbuh, berkembang dan berbuah jika dan hanya jika semua penutur bahasa ini saling berbagi, belajar dan bangga akan bahasa Indonesia. Suatu saat, jika bahasa Indonesia berhasil menjadi bahasa kedua yang konsisten, maka bahasa ini kelak bisa menjadi bahasa yang mendunia.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H