Dalam era modern yang diwarnai oleh kebutuhan energi yang tak terbantahkan, Indonesia merenung tentang transformasi energi untuk mencapai ketahanan dan bergerak menuju masa depan yang berkelanjutan. Pada sebuah forum diskusi yang dipandu oleh Pak Aca, seorang pakar energi yang dihormati, ditemukan inspirasi dan pandangan mendalam mengenai peran krusial energi dalam kehidupan manusia dan urgensi transisi ke energi baru terbarukan (EBT).
Energi sebagai Darah: Kiasan yang Menggugah
"Energi adalah darah," kata Pak Aca, membawa kita ke inti dari perdebatan energi modern. Kiasan ini menggambarkan bagaimana energi mengalir di sepanjang sistem tubuh kehidupan kita. Dalam keseharian kita, kita mengandalkan energi untuk menjalankan segala sesuatu, mulai dari kendaraan kita hingga perangkat rumah tangga. Namun, kita juga menyadari bahwa sebagian besar energi yang kita konsumsi saat ini berasal dari sumber fosil, yang berpotensi merugikan bumi.
Dampak Negatif Energi Fosil: Perubahan Iklim dan Ancaman Terhadap Bumi
Melihat lebih jauh, dampak penggunaan energi fosil menjadi lebih jelas. Pak Aca membahas secara rinci bagaimana polusi dan emisi dari sumber energi konvensional dapat memberikan konsekuensi serius terhadap lingkungan dan kesehatan masyarakat. Dalam konteks global, perubahan iklim dan ancaman terhadap ekosistem menjadi sorotan utama. Perubahan iklim terjadi karena emisi gas rumah kaca yang berasal dari pembakaran bahan bakar fosil, menyebabkan efek serius seperti pemanasan global, perubahan pola cuaca, dan kenaikan permukaan air laut.
Potensi EBT di Indonesia: Matahari, Angin, dan Sumber Daya Alam Lainnya
Namun, Indonesia tidak hanya menghadapi tantangan. Pak Aca menyoroti potensi besar yang dimiliki Indonesia dalam hal energi baru terbarukan (EBT). Dari matahari yang melimpah, panas bumi yang terpendam di dalam bumi, biomassa yang dapat diperbaharui, hingga kekayaan sumber daya air dan angin, negara kepulauan ini memiliki sumber daya alam yang melimpah untuk dikembangkan sebagai sumber energi bersih dan berkelanjutan.
Transisi Energi: Tanggung Jawab Bersama dan Peran Anak Muda
Pentingnya transisi energi bukan hanya menjadi tanggung jawab pemerintah, namun juga merupakan kewajiban bersama. Dari penjelasan Pak Aca, terungkap bahwa kolaborasi antara pemerintah, akademisi, pelaku industri, dan masyarakat adalah kunci untuk mengawal dan memastikan keberhasilan transisi ini. Beliau menekankan bahwa anak muda memiliki peran penting sebagai agen perubahan.
Pertanyaan mengenai target KESDM 23% pada tahun 2025 yang baru mencapai 12.8% menjadi sorotan. Pak Aca menjawab dengan membuka wawasan bahwa mencapai target tersebut bukanlah tugas yang mudah. Faktor-faktor ekonomi, infrastruktur, dan variabilitas sumber daya EBT menjadi pertimbangan yang kompleks. Namun, Pak Aca juga memberikan dorongan, khususnya kepada anak muda, untuk menjadi agen perubahan melalui inovasi dan semangat dalam mewujudkan target EBT dan Net Zero Emission 2060.