Percakapan dengan dua orang hebat itu terjadi saat saya menghadiri kegiatan bedah buku yang berjudul "Logika Keimanan", karya Ahmad Ataka Awwalur Rizqi, S.T., Ph.D.
Agenda tersebut berhasil dilaksanakan, atas izin Allah subhanahu wa ta'alaa tentunya, berkat kerjasama Perpustakaan Rumah Adat Melayu, Institut Pemikiran dan Tamaddun Melayu (ITMAM), dan komunitas Kalbar Membaca.
Acara dimulai sekitar pukul 13.00 WIB (Sabtu, 29 Juni 2024), berlokasi di Perpustakaan Rumah Adat Melayu.
Sebelum acara dimulai, saya memperhatikan satu per satu orang yang datang. Meski belum jauh mengenal, saya bisa menebak siapa saja yang berasal dari ITMAM. Penampilannya khas pemuda-pemuda Islam yang sedang menuntut ilmu: pakaiannya terkesan biasa saja, kadang pakai peci, dan seringnya di antara mereka mengenakan jaket dalam kesempatan apa pun. Tidak selalu begitu, ya. Namun teman-teman saya yang berotak cemerlang, penampilannya memang mirip-mirip mereka.
Meski pakaiannya tidak termasuk dalam kategori "bermerek", tapi pendidikan mereka sangat mewah buat saya. Berbeda dengan sebagian pemuda di Kota Pontianak yang senang menunjukkan penampilan mewah, namun kalau diajak berpikir langsung keok. Pasti generasi Z menyebut saya: si paling berpikir! Terserah kalian sajalah. Hahahaha!
Saya yang hanya menempuh pendidikan sarjana merasa sangat minder ketika berkumpul dengan tim ITMAM yang rata-rata sudah menyelesaikan program magisternya.
Pengurus Perpustakaan Rumah Adat Melayu pada hari itu memberikan kepercayaan kepada saya agar dapat membacakan epilog sebagai penutup acara. Masalahnya, saya sangat larut dalam penjelasan dan pembahasan "mendudukkan relasi iman dan sains modern", sehingga tak banyak catatan yang saya buat kecuali pertanyaan-pertanyaan yang akan saya ajukan sebagai penambah ilmu pengetahuan.
Saat membacakan epilog saya merasa sangat keder. Tidak ada kemungkinan buat saya merasa tenang menyampaikan kesimpulan terhadap penjelasan dari orang-orang yang ilmunya lebih tinggi. Lain kali saya tidak mau dapat peran ini. Ngeri bos! Saya mau jadi peserta biasa saja, jadi bisa banyak bertanya.
Setelah selesai menyampaikan kesimpulan kegiatan, Ustaz Kholid memberikan komunitas Kalbar Membaca sebuah hadiah kenang-kenangan berupa piagam tanda kerja sama antar kelompok.
Maka segera kami melakukan sesi foto bersama dan menuntaskan kebersamaan. Hujan yang turun senja itu semoga menjadi berkah bagi siapa pun.