Mohon tunggu...
Dicky Armando
Dicky Armando Mohon Tunggu... Administrasi - Orang Biasa

Hamba Allah subhanahu wa ta'alaa.

Selanjutnya

Tutup

Politik Artikel Utama

Ukuran Spanduk Menentukan Pemenang

26 Juli 2023   13:55 Diperbarui: 27 Juli 2023   07:30 1949
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Beberapa bulan belakangan, beberapa rekan mengajak saya bergabung menjadi kader partai maupun anggota organisasi sayap dari partai politik tertentu. 

Demi perubahan yang lebih baik, pada akhirnya saya bergabung menjadi anggota organisasi sayap, namun tidak terdaftar sebagai kader atau anggota partai.

Setelah beberapa waktu bergelut dalam kegiatan organisasi yang beraroma politik ini, saya menyadari sesuatu: tentang betapa besar perbedaan partai baru dengan partai yang sudah mapan.

Sebelum lebih jauh, saya menyangkal apa yang saya sampaikan ini merupakan riset ilmiah dengan metode sesuai standar penelitian, melainkan pengamatan serius secara pribadi baik secara langsung maupun dari penayangan-penayangan dari media sosial teman-teman saya yang bergelut di dunia politik.

Kalau tidak salah pada tahun 2019 terselenggara kegiatan pemilihan legislatif (Pileg). Perhelatan tersebut cukup meriah di tempat tinggal saya, Kota Pontianak. Banyak orang, yang saya kenal, mendaftarkan dirinya untuk berkompetisi.

Ada tiga jenis manusia, hanya yang saya kenal, yang mengikuti agenda pemilihan legislatif ini: orang kaya yang bermodal besar, orang yang bermodal kecil, dan orang yang terkadang bayar iuran listrik dan air leding saja sudah ngos-ngosan.

Khusus orang kategori yang terakhir biasanya hanya penggembira atau untuk memenuhi kuota dari partai saja. Namun hebatnya, orang kategori "ngos-ngosan" ini biasanya memiliki visi misi yang jauh lebih konkret.

Misalnya seorang teman saya yang bernama Bruce (bukan nama asli), ia pernah menjelaskan bagaimana peran seorang wakil rakyat untuk membuat undang-undang yang benar-benar memfasilitasi kebutuhan masyarakat, contoh, Bruce ingin mendorong lahirnya undang-undang agar putra-putri Kalimantan Barat terjamin kesempatannya untuk bersaing di pasar tenaga kerja pulau ini. 

Lebih diutamakan maksudnya. Bruce ketika bertemu rekan-rekan lain selalu membicarakan hal tersebut, sepertinya ia berusaha berpromosi dengan cara seperti itu. 

Bagus sebenarnya, tapi hanya menjangkau kalangan terbatas. Ya ... itu tadi, karena Bruce tidak didukung oleh kemampuan finansial yang mumpuni. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun