Saya ingin berbagi pengalaman pribadi tentang kezaliman di dunia kerja. Sebelum lebih jauh, maksud dan tujuan karya tulis ini adalah murni untuk mengetuk hati siapa saja agar berusaha menjadi manusia yang lebih baik. Tak ada niat "menjatuhkan" pihak mana pun. Semua nama atau pun merek, saya samarkan demi menjaga nama baik.
Awal mula keinginan membagikan kisah ini pun sebenarnya karena tiba-tiba saja---sebelum tidur---saya teringat banyak kenangan yang sungguh menyiksa batin. Saya berharap, saya adalah korban terakhir yang merasakan perkara seperti itu
Pada tahun dua ribu tujuh belas, saya melamar pekerjaan di Hotel X. Kebetulan, pemimpin tertinggi di tempat tersebut adalah mantan atasan saya di tempat kerja sebelumnya, namanya Pak Z. Singkat cerita proses rekrutmen berjalan lancar. Saya diterima bekerja. Alhamdulillah.
Hari demi hari berlalu, saya menikmati pekerjaan. Tak ada perkara aneh yang menyulitkan pikiran. Biasa saja.
Pertengahan tahun dua ribu sembilan belas menjadi awal mula momen yang benar-benar mengubah jalan hidup saya. Melalui proses "politik kantor" yang rumit dan kotor, beberapa karyawan lama berhasil menyingkirkan Pak Z dari posisinya. Rumor beredar bahwa sebagian "karyawan lama" ini punya akses untuk memengaruhi pemilik hotel.
Entah apa yang mendasari orang-orang itu menyingkirkan Pak Z. Namun dari perspektif saya, mereka tak suka dengan kepribadian Pak Z. Masalahnya, ini dunia kerja, bukan lingkungan tetangga. Bukankah kita harus menilai hasil kerja? Andai kata pekerjaan mantan atasan saya itu dianggap jelek prestasinya, maka harus dilakukan evaluasi yang komprehensif supaya adil.
Saya berpendapat bahwa profesionalitas di Indonesia hanya slogan, sisanya tahi kucing. Semua soal suka atau tidak suka. Bukan prestasi atau tak berprestasi. Kisah ini tentang bagaimana satu orang atau lebih menggunakan kemampuan yang dimiliki untuk membuat orang lain bekerja dengan rasa tak nyaman.
Pak Z kemudian diganti oleh seseorang yang merupakan rekomendasi sebagian "karyawan lama", namanya Pak O. Ide besarnya adalah memangkas "orangnya Pak Z", artinya saya termasuk dalam kategori tersebut.
Satu demi satu Pak O dan tim-nya mendepak "orangnya Pak Z". Barangkali ketika giliran saya tiba adalah yang paling banyak drama. Ketika pandemi Covid-19 melanda seluruh negeri, saya mendapatkan hari kerja paling sedikit, sementara rekan-rekan kerja lain mendapatkan porsi lebih banyak.
Kemudian saya dipindahkan posisinya sebagai "satuan pengaman" (satpam) yang sering masuk pada malam hari. Karena masih perlu uang---dan masih bersyukur bisa kerja tentunya---saya tak mempermasalahkannya.