Mohon tunggu...
Herdian Armandhani
Herdian Armandhani Mohon Tunggu... Jurnalis - Pemuda yang Ingin Membangun Indonesia Melalui Jejaring Komunitas

Kalau Tidak Mampu untuk Menjadi Pohon Beringin yang Kuat untuk Berteduh, Jadilah Saja Semak Belukar yang Sisinya Terdapat Jalan Setapak Menuju Telaga Air

Selanjutnya

Tutup

Edukasi

Ratapan Anak Tiri Ternyata Masih Ada

23 Desember 2012   15:20 Diperbarui: 24 Juni 2015   19:09 2418
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
13562760051635431447

[caption id="attachment_223512" align="aligncenter" width="300" caption="ilustrasi (Sumber : www.health.detik.com)"][/caption] Melihat judul diatas mungkin anda berfikir bahwa penulis akan membuat resensi film yang popular di tahun 1973 dibintangi oleh Faradilla Sandy dan Soekarno M. Noor.Tetapi kali ini penulis akan membagikan sebuah cerita yang mungkin bisa anda renungi seandainya anda menikah dengan seorang duda/janda yang memiliki anak. Ibu penulis memiliki seorang teman bernama Jelita (bukan nama asli). Ibu Jelita merupakan mantan pegawai kantoran yang menikahi seorang duda kaya yang juga teman kantornya bernama Anto (bukan nama asli). Dahulu Pak Anto sebelum menikahi ibu Jelita, Ia memiliki istri bernama ibu mawar (bukan nama asli). Naas, takdir berkata lain. Ibu mawar meninggal pada tahun 1996 akibat terkena kanker leher rahim stadium IV sehingga ibu mawar berpulang ke rahmatullah.

Dari pernikahan dengan ibu mawar, bapak Anto dikaruniai dua orang putra yakni Bima dan Arjuna (bukan nama asli). Saat ini Bima berusia 32 tahun dan Arjuna berusia17 tahun. Bima sudah menikah sedangkan Arjuna masih duduk di bangku Sekolah Menengah Atas (SMA). Pada tahun 1996 setelah ibumawar meninggal akibat kanker leher rahim, bapak anto menikah dengan ibu jelita dan dikaruniai dua orang putri dan satu orang putra yang saat ini tinggal di Surabaya. Walaupun Pak Anto saat ini sudah pension,namun beliau sangatlah suka menabung dan berinvestasi sehingga ia memiliki banyak rumah,mobil,perhiasan bahkan tabungan yang fantastis.

Anak kedua pak Anto dari hasil pernikahannya denganibu mawar saat ini tinggal bersama ibu jelita dan pak anto. Untuk sekedar tahu setelah ibu jelita dan bapak anto menikah, ibu jelita yang memegang kendali perekonomian keluarga mereka baik pemasukan dan pengeluaran. Memangn dasar tabiat ibu jelita kurang baik, ia lebih mencurahkan kasih sayang dan perhatiannya ke anak kandungannya sendiri daripada anak hasil pernikahan bapak Anto dengan istrinya terdahulu. Salah satunya adalah jatah uang saku harian Bima diberikan hanya sebesar dua ribu rupiah saja. Sungguh ironis mengingat investasi bapak Anto yang luar biasa (konglomerat) dan memiliki banyak investasi. Kita ketahui bersama saat ini uang dua ribu itu sangat kecil untuk anak SMA bahkan uang sebesar dua ribu pun tidak bisa membeli bahan bajar motor.

Akibat ulah dari ibu Jelita yang sangat pelit memberikan uang saku kepada anak tirinya suatu hari ada kejadian yang menimpa Bima sehingga ia harus berurusan dengan pihak berwajib. Bima ditangkap pihak berwajib karena mencuri sandal jepit di suatu pusat perbelanjaan. Alasaannya sepele karena sandal lamanya sudah tak layak pakai. Karena pengaruh ibu jelita, pak Anto pun ikut marah besar akibat ulah Bima. Penulis sedikit mengelus dada mengetahui hal tersebut. Miris dan sangat ironis. Memang mencuri adalah hal yang melanggar hokum, namu kita juga jangan menghakimi seseorang jika tidak tahu alasan mengapa Bima mencuri sandal. Hikmah yang kita dapat petik dari kisah nyata ini adalah jika kita menikah dengan seorang duda ataupun janda yang memiliki anak dari istri terdahulu hendaklah berlaku adil dan curahkan kasih sayang anda secara maksimal sehingga kasus yang menimpa Bima tidak terjadi. Semoga bisa menjadi pembelajaran buat kita semua.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Edukasi Selengkapnya
Lihat Edukasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun