[caption id="attachment_318836" align="aligncenter" width="300" caption="Penonton berfoto bersama para sineas pembuat film dokumenter (Sumber :Dok.Pri)"][/caption]
Film Dokumenter adalah sebuah film yang dibuat oleh seorang sineas berdasarkan kisah nyata, mengangkat tema-tema yang ada disekita kita, dan yang membedakan dari film-film yang sering kita menontonya di bisokop adalah durasinya yang sangat pendek. Pada hari Minggu (5/4) 2014, penulis berkesempatan untuk menghadiri pemutaran perdana empat karya film pendek karya anak-anak muda Bali berusia 18-30 tahun. Pemutaran film pendek tersebut diselenggarakan oleh Minikino dan Rotary Club of Bali Denpasar.Empat film ini diputar di Mini Hall Toko Alat Musik Irama Indah di Jalan Dipenogoro No.114 Denpasar, Bali. Sineas yang membuat film-film documenter ini merupakan para peserta program pelatihan yang bertajuk Dokupepro RCBD yang telah berlangsung pada 9 November 2014.
Acara pemutaran film dimulai pukul 19.30 wita yang dihadiri oleh anggota Rotary Club of Bali Denpasar, Rotaract Club of Denpasar Bali, Bali Deaf Community, Mahasiswa Jurusan Pertelevisian Universitas Jmeber, dan para pelaku yang terlibat dalam pembuatan film dokumenter ini.Empat buah film documenter yang diputar ini diantranya berjudulNutrisi + (dibaca :Nutrisi Plus) karya Dodek Sukahet, Gunung karya Suryanatha dan Nugrahaningsari, Harapan Baru karyaJuni Pertiwi dan Damean Nadha, serta Tangan Bicara karya Oka Sudarsana dan Ngurah Elian.
Malam itu, dari keempat film dokumenter yang disaksikan, ada dua film yang sangat menarik perhatian penonton karena mengangkat cerita tentang adik-adik yang mengandang disabilitas. Seperti film Harapan Baru menceritakan kecerianan Dewa Tu dan teman sekolahnya penyandang tuna grahita yang sangat ceria dalam menuntut ilmu di sekolah luar biasa yang ada di desanya. Film Tangan Bicara juga menjadi favorit oleh penonton yang menyaksikannya. Film Tangan Berbicara menceritakan tentang perjuangan Anna, gadis penyandang tuna rungu yang dapatbekerja di kantor meskipun ia memiliki kekuarangan. Anna juga sering menjadi model foto beberapa fotografer.
Film Harapan Baru dan Tangan Berbicara mengajak penonton untuk lebih terbuka bahwa penyandang disabilitas merupakan saudara kita dan mereka juga sama seperti kita layaknya manusia yang diberikan panca indra yang sempurna oleh Tuhan YME. Kedua film tersebut juga memberikan cara pandang baru terhadap para penonton yang menyaksikan bahwa penyandang disabilitas juga mampu berkarya dan berkontribusi dibidang yang mereka kuasai. Selain pemutaran empat film documenter juga diadakan bedah film dan diskusi behind the scene saat proses pembuatan film. Para penonton juga banyak yang bertanya dan menanyakan tips membuat film dolumenter yang berkualitas. Acara ditutup dengan foto bersama dengan penonton dan para sineas muda.
[caption id="attachment_318837" align="aligncenter" width="300" caption="Saat Film akan Diputarkan (Sumber :Dok.Pri)"]
![13967821341451606956](https://assets.kompasiana.com/statics/files/2014/04/13967821341451606956_300x225.jpg?t=o&v=770)
[caption id="attachment_318838" align="aligncenter" width="300" caption="teman-teman Rotaract Club of Denpasar Bali yang turut menyaksikan pemutaran film dokumenter (Sumber :Dok.Pri)"]
![13967831411888099910](https://assets.kompasiana.com/statics/files/2014/04/13967831411888099910_300x225.jpg?t=o&v=770)
[caption id="attachment_318839" align="aligncenter" width="300" caption="Diskusi dan bedah film dokumenter setelah penanyangan film dokumenter (Sumber :Dok.Pri)"]
![13967833752045647640](https://assets.kompasiana.com/statics/files/2014/04/13967833752045647640_300x225.jpg?t=o&v=770)
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI