Beberapa minggu ini penulis seringkali mendapatkan kabar duka atas meninggalnya seseorang. Seseorang yang selama ini adalah mereka yang memiliki gaya hidup sehat dan tak pernah sedikitpun terlihat sakit tiba-tiba malaikat maut mencabut nyawa mereka seketika dengan sebuah penyakit yang susah untuk disembuhkan. Penyakit yang merenggut orang-orang yang hidup disekitar penulis rata-rata adalah penyakit yang persentase kesembuhannya adalah 50 :50. Persentase yang sangat imbang antara sembuh total atau tidak dapat sembuh sama sekali. Hanya sebuah mujizat Tuhan yang dapat menyembuhkan mereka dari suatu penyakit yang susah disembuhkan ini.Penuli dalam seminggu ini telah melayat kerumah duka dua orang yang berbeda. Namun, maut merengut nyawa mereka dengan penyakit yang sama yaitu kanker otak stadium empat.
Orang pertama yang penulis kunjungi rumah dukanya adalah bernama Pipuit. Pipit adalah anak pertama dari seorang wanita paruh baya bernama Dian. Pipit saat didiagnosa dokter terkena kanker otak sedang hamil anak kedua. Anak keduana inipun mesti dilahirkan dalam keadaan premature saat berusia 7 bulan. Dikarenakan pipit harus mengonsumsi obat-obat untuk penyakit kanker otak yang dialaminya. Semenjak meminum obat ini kondisi tubuh Pipit cukup membaik. Bayi yang mesti dilahirkan secara premature. Kini bayi yang dilahirkan Pipit secara prmatur tumbuh menjadi balita yang sehat dan cerdas. Walau Pipit juga menjalani kemoterapi, rupanya kanker yang menggerogoti organ tubuh yang paling penting pada tubuh manusia ini ternyata tak kenal ampun. Dua hari sebelum Pipit berpulang kepangkuan ilahi, Pipit pingsan dan langsung dilarikan kerumah sakit. Rupanya hari kedua setelah Pipit dirawat, akhirnya Pipit menghembuskan nafasnya untuk selama-lamanya.
Orang kedua yang penulis datang ke rumah duka untuk mendoakan sekaligus mengucapkan bturut berbela sungkawa ke keluarga yang ditinggalkan adalah mantan guru sekolah dasar penulis yang sehari-hari mengajar bahasa Indonesia. Nama beliau adalah Ibu Susi, guru yang murah senyum dan sangat dekat sekali dengan para murid yang beliau didik. Lama tak terdengar kabar beliau tiba-tiba penulis mendapatkan kabar bahwa beliau sakit. Tadinya penulis berfikir mungkin beliau hanya sakit ringan. Ternyata tidak, ibu guru yang selalu memberikan contoh perilaku yang baik tersebut telah satu tahun menginap kanker otak. Dai cerita yang berkembang keluarga besar beliau pernah mengirimkan beliau ke Jakarta untuk dioperasi dan menelan biaya jutaan rupiah. Hingga detik –detik beliau berpulang kesisi Tuhan, operasi yang dilakukan tidak membuahkan hasil.
Melalui cerita ini penulis ingin menyampaikan kepada teman-teman kompasianers semua agar selalu menjaga kesehatan. Bila merasakan keanehan ataupun keluhan sakit pada salah satu bagian tubuh hendaknya segera lakukan general check up ke klini ataupun rumah sakit. Jangan menganggap remeh penyakit apapun jenisnya. Kesehatan adalah harta yang sangat berharga. Lebih mahal dari apapun yang ada di dunia ini. Bila orang terdekat anda mengalami keluhan, jangan ragu untuk memaksa mereka untuk segera berobat. Selain itu juga agar kita selalu sehat, ubah pola makan kita. Pola makan yang tadinya tidak sehat seperti mengadnung lemak jenuh, kolestrol, gula, dan seseuatu yang berdampak tidak baik bagi tubuh segerelah dihindari. Salam Sehat
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H