Di zaman serba canggih saat ini memungkinkan setiap orang untuk memiliki barang-barang teknologi untuk membantu kehidupan seseorang agar bisa menyelesaikan suatu pekerjaan. Teknologi juga mampu menghubungkan orang-orang yang bertempat tinggal ratusan mil dan per sekian detik dapat mengubah nasib seseorang. Teknologi juga dapat mengabarkan sanak saudara di rantauan atau di lintas benua sekalipun. Tentu kita masih ingat dahulu apabila kita ingin mengirimkan sebuah pesan kepada kerabat, pagi-pagi sekali berduyun-duyun mengantre di kantor pos untuk mendapatkan tempat pertama agar surat kita lekas di kirim ke handai taulan.
Saat ini hanya dengan teknolog bernama telepon genggam atau lebih sering dikenal dengan handphone kita bisa mengirimkan sebuah pesan kepada kawan ataupun keluarga. Telepon sudah mengubah kebiasaan untuk mengirim surat. Lewat telepon pula kita dapat saling bertegur sapa mengucapkan salam atau melakukan aktifitas bisnis dengan bermodalkan pulsa yang dijual mulai harga lima ribu perak saja. Mengucapkan hari raya keagaamaan tidak perlu membeli kartu pos ucapan selamat, sekarang cukup dengan mengirimkan pesan singkat/sms atau telepon. Telepon genggam di zamang globalisasi ini bisa dimiliki semua kalangan dariberbagai kelas sosial. Perusahaan provider pun berlomba-lomba untuk menjadi provider yang paling baik melayani pelanggan provider.
Masyarakat yang memiliki telepon genggam terkadang memiliki banyak nomer telepon karena antara provider satu dengan yang lain memiliki banyak keuntungan dan kelebihan. Perilaku gonta-ganti nomer telepon pun juga menjadi kebiasaan sebagian masyarakat kita. Berbagai alasan konsumen untuk mengganti nomer telepon mulai dari bosan karena angka digit di ponsel tidak membawa hoki, ingin mencari suasana baru dengan memiliki nomer “cantik” yang mudah diingat, sering diteror penelepon misterius, sinyal provider yang suka naik turun, fitur blackberry messenger yang lelet menggunakan salah satu provider, sampai karena lupa mengisi pulsa sehingga nomer telepon pribadi yang dimiliki hangus nomernya.
Ngomong-ngomong masalah hobi gonta-ganti nomer telepon terkadang sangat menyusahkan orang lain yang ingin menghubungi seseorang. Seperti penulis yang memiliki kawan yang memiliki perilaku tersebut. Saat ingin mengabarkan berita mengenai tugas perkuliahansecara berkelompok karena salah seorang teman penulis tidak memberikan nomer ponsel barunya akhirnya tugas tersebut menjadi terbengkalai. Alhasil, kawan penulis mengaku tidak diberitahu padahal sebenarnya yang salah siapa? Penulis juga memiliki Paman dan Bibi di Kota Pontianak, Kalimantan Barat. Suatu hari bibi penulis mengirimkan sebuah pesan menayakan kabar serta kesehatan keluarga penulis. Bibi penulis ini memiliki dua nomer telepon. Ia dalam menghubungi keluarga penulis sangat menyukai provider A dikarenakan sangat murah mengirimkan sms. Ketika mengirimkan pesan balik lewat sms, pesan tersebut terkirim. Nah, menurut versi bibi penulis pesan yang dikirim oleh keluarga penulis ternyata tidak sampai. Setelah ditelusuri ternyata nomer ponsel bibi penulis menggunakan provider A telah hangus dan lewat dari masa aktifnya. Tentu saja nomer bibi penulis tidak bisa digunakan kembali. Kesalahpahaman itu pun sudah terselesaikan.Inilah sisi tidak baik jika menggunakan dua nomer ponsel ataupun hoi gonta-ganti nomer ponsel. Sebaiknya jika hobi berganti nomer ponsel kabarkan ke kerabat ataupun teman jikatelah mempunyai nomer baru. Apabila memiliki dua nomer ponsel,informasikan nomer mana saja yang sering digunakan untuk mengirim pesan sehingga tidak terjadi miscommunication. Salam Berbagi
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H