Mohon tunggu...
Herdian Armandhani
Herdian Armandhani Mohon Tunggu... Jurnalis - Pemuda yang Ingin Membangun Indonesia Melalui Jejaring Komunitas

Kalau Tidak Mampu untuk Menjadi Pohon Beringin yang Kuat untuk Berteduh, Jadilah Saja Semak Belukar yang Sisinya Terdapat Jalan Setapak Menuju Telaga Air

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Bunda, Ini Bukan Zaman Siti Nurbaya

13 November 2013   09:32 Diperbarui: 24 Juni 2015   05:14 662
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Menyebut kata pernikahan tentunya kita bisa membayangkan bahwa pernikahanadalah sebuah prosesi yang sakral untuk mengikat dua insan manusia laki-laki dan wanita secara lagr dan batin yang dipimpin oleh pemuka agama dan dicatat di KUA (bagi yang beragama Islam) dan Kantor Catatan Sipil (bagi penganut Kristen, Katholik, Hindhu, Budha, dan Kong Hu Cu) agar sah secara agama dan hukum. Pernikahan juga harus dilandasi rasa kasih sayang dan cinta antara kedua orang pasangan pria maupun dan wanita. Apabila salah satu mempelai baik wanita dan pria ada yang menikah salah satunya ada yang tidak mencintai maka dalam biduk rumah tangganya dikhawatirkanakan mengalami percekcokan. Nantinya yang menjadi korban adalah apabila kedua mempelai atau calon mempelai memiliki momongan, maka anak mereka akan tumbuh di lingkungan keluarga yang tidak harmonis.

Di zaman yang serba modern saat ini untuk mencari pasangan hidup bisa melaui proses yang disebut pacaran. Dalam proses pacaran kita dapat mengenal karakter, kepribadian, dan tingkah laku pasanganmasing-masing. Ibaratnya pproses pacaran adalah penjajakan dari hati ke hati. Bibit, bebet, dan bobot pasangan dapat kita ketahui melalui proses tersebut. Bila hati sudah mantap mengatakan bahwa “ok, kita sudah cocok dan harus melanjutkan ke mahligai penikahan” itu artinya anda sudah mantap untuk membangun sebuah keluarga. Sebaliknya jika hati anda mengatakan “Aku nggak sreg ama pasanganku” , ada baiknya anda mengevaluasi diri apakah hbungan yang kalian bina bisa dipertahankan atau mesti menagatakan “putus”. Begitulah proses mencari pasangan terbaik dalam proses pacaran. Bagaimana jika anda belum memiliki pacar dan orang tua kita menjodohkan kalian dengan pasangan yang dipilihkan orang tua?

Bunda penulis memiliki seorang teman yang kebanyakan adalah ibu-ibu berdarah arab-jawa, Pakistan-jawa, dan India-Jawa. Blesteran bahasa keren saat ini menyebutnya keturunan berdarah campuran. Bunda kenal dengan teman-teman blesterannya ini berawal dari arisan saat penulis duduk di bangku taman kanak-kanak. Arisan tersebut terbentuk karena ibu-ibu tersebut menunggu anaknya ketika belajar di bangku taman kanak-kanak sampai proses penjemputan. Perkawanan antar ibu-ibu blesteran tersebut terjalin hingga saat ini sampai penulis sudah berusia dewasa. Dalam tradisi keluarga ibu-ibu blesteran tersebut adalah menjodohkan anak perempuan mereka dengan pria yang juga keturunan blesteran dan menikahkannya di usia muda kurang lebih usia 21 tahun harus dinikahkan. Salah seorang ibu bercerita kepada Bunda apabila ada pria blesteran yang melamar anak perempuan mereka harus disambut dengan baik dan tidak boleh menolak. Apabila menolak, kata ibu tersebut takutnya anaknya tidak akan mendapatkan jodoh. Mau tidak mau anak perempuan mereka harus mau dinikahkan meski hati mereka kurang menyukai pria yang dijodohkan orang tua mereka. Beruntung jika dijodohkan dengan lelaki rupawan, jika tidak ya terima nasib saja. Perjodohan semacam seperti ini sebenarnya kurang baik bagi seorang perempuan yang ingin meraih cita-cita dan mengejar karir. Ada juga anak perempuan teman bunda yang awalna masih kuliah di semester 7 sebuah universitas dijodohkan dan dinikahkan. Saat ini sudah memiliki momongan, namuan harus berhenti berkuliah karena dilarang oleh suaminya dan harus mengurus anak mereka. Kasihan sebenarnya kasus yang satu ini, ingin mengejar cita-cita malah dilarang oleh suamnnya yang didapatkan dari hasil perjodohan. Beda lagi dengan anak perempuan teman bunda lagi satu, ia sudah lulus kuliah dan berencana akan dijodohkan namun dengan tegas menolak perjodohan tersebut karena ingin mengejar karir dan belum siap secara mental dalam pernikahan. Para kaum hawa saat ini harus berani menolak dengan tegas konsep perjodohan yang sangat merugikan masa depan kalian. Jangan lantaran percaya takhayul jika menolak perjodohan tidak akan mendapatkan pasangan yang kalian idam-idamkan. Ingat hidup hanya sekali.

Mohon tunggu...

Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun