Kawan lama penulis bernama Fikri (bukan nama sebenarnya) tiga hari yang lalu baru saja pulang ke tanah air. Fikri telah mengikuti ibadah umroh sebuah biro perjalanan selama seminggu lamanya. Fikri memang telah lama menabung dari kecil sehingga saat ia sekarang berusia 24 tahun dapat menjalankan ibadah umroh. Dapat dibayangkan betapa terharunya dan bahagianya ia menjalankan ibadah umroh pertamanya. Jauh-jauh hari Fikri juga telah mempersiapkan kebutuhan yang akan dibawa saat Umroh tak terkecuali uang saku saat di Kota Makkah. Fikri berangkat umroh hanya seorang diri saja tanpa ada sanak keluarga yang menemani. Ayah dan Ibunya sudah pernah umroh sebelumnya. Orang tua Fikri membiasakan anak-anak mereka untuk menabung sejak kecil jika ingin menginginkan sesuatu termasuk untuk perjalanan ibadah umroh.
Orang tua Fikri adalah seorang pegawai swasta di sebuah maskapai penerbangan. Ibunya sendiri tidak bekerja dan hanya menjadi ibu rumah tangga. Kebetulan istri teman Ayah Fikri yaitu Bu Endang (bukan nama sebenarnya) dan Bu Tutut (bukan nama sebenarnya) beserta anak-anak mereka juga turut mengikuti ibadah umroh untuk kesekian kalinya. Karena Fikri baru pertama kalinya menjalankan ibadah umroh. Ayah Fikri yaitu Pak Usman (bukan nama sebenarnya) berinisiatif menitipkan Fikri ketika di tanah suci. Menitipkan selain agar Fikri tidak tersesat disana juga supaya Fikri bisa dibimbing tata cara doa yang benar. Bu Endang dan Bu Tutut pun menyanggupi permintaan orang tua Fikri.
Setibanya di Tanah Suci dan masuk dipenginapan perjalanan ibadah umroh Fikri pun dimulai. Ternyata Bu Endang dan Bu Tutut tidak sebaik di depan Ayah Fikri. Bu Endang dan Bu Tutut malahan mengindahkan amanat orang tua Fikri. Saat melakukan ibadah Sai yaitu selama tujuh kali dari Bukit Safa ke Bukit Marwa, Fikri dijadikan seperti pembantu oleh Bu Endang dan Bu Tutut. Fikri disuruh membawa pakaian basah keringat keluarga Bu Endang dan Bu Tutut dalam plastik. Selain itu juga Fikri dicaci karena membawa pakaian mereka dengan cara menyeretnya. Bu Endang dan Bu Tutut menyuruh Fikri untuk memikulnya, namun Fikri menyeret karena tangan Fikri dmenegadahkan tangan untuk berdoa. Mustahil membawa pakaian kotor keluarga mereka. Fikri juga membawa catatab doa karena ada doa yang kurang fasih saat melakukan rukun umroh Sa’i
Fikri juga kehabisan uang karena membeli kurma rasul yang harganya cukup mahal. Kurma tersebut akan dijadikan oleh-oleh untuk keluargadan tetangga di rumah. Bu Tutut dan Bu Endang tidak mau meminjamkan uang kepada Fikri. Padahal Fikri sudah mengatakan akan menggantinya setiba ditanah air. Ternyata Allah swtmaha mengetahui kesusahan hambanya. Fikri bertemu kawan lamanya di tanah suci yang memiliki usaha rumah makan kecil-kecilan. Ia pun dijamu dengan gratis makan di kedai kecil milik kawan Fikri. Kelakuan Ibu Endang dan Ibu Tutut yang semena-mena ini akhirnya mendapat balasan dari Allah swt. Saat tiba ditanah air, dompet yang berisi ATM dan juga oleh-oleh mereka yang banyak mereka beli menghilang tak berbekas. Percaya atau tidak di tanah suci Makkah setiap orang yang melakukan kebaikan akan dibalas langsung dengan kebaikan oleh Allah swt. Sedangkan bagi mereka yang memilik hati yang kurang bersih maka akan dibalas langsung oleh Allah swt.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H