"Sebenarnya ada beberapa titik snorkling di pulau ini. Tapi kita berhenti di sini saja," kata Dedi sembari melempar jangkar.
Pilihan Dedi memang tak salah. Dari atas kapal pancung, kami sudah bisa melihat keindahan bawah laut Pulau Dedap. Hamparan aneka terumbu karang dapat dilihat dengan mata telanjang. Karena air laut saat itu sangat tenang dan jernih. Ditambah cuaca yang cerah, dasar laut Pulau Dedap kiat jelas terlihat. Sungguh indah.
Tanpa menunggu lama, kami menceburkan diri. Tentunya dengan masker dan snorkel yang telah terpasang. Kedalaman air laut di sini sekitar lima meter. Dan, saat mulai ber-snorkle ria, pemandangan bawah laut di Pulau Dedap terlihat makin memesona mata.
Selain aneka terumbu karang yang memukau, juga terdapat beragam jenis ikan yang seoalah menyapa dan menggoda. Belum lagi ada pasir putih yang terhampar di sela-sela terumbu karang. Indah bak taman.
Apalagi, dengan menggunakan masker, objek di bawah laut terlihat lebih besar dan lebih dekat dari ukuran dan jarak sebenarnya.
Di sini, kami mendapati beragam biota laut yang cantik dan indah. Khususnya beragam jenis ikan hias. Seperti Yellow Tang, Blue Devil, hingga ikan badut alias Clownfish, atau yang sering disebut ikan Nemo.
Puas berenang dan ber-snorkle di Pulau Dedap, kami segera beranjak naik kembali ke atas pancung. Maklum, jarum jam sudah menunjukkan pukul 12.30 WIB. Selain cuaca makin panas, rasa lapar juga mulai mendera.
Cusss....Dedi memacu pancung-nya dengan enam pria kelaparan di dalamnya. Dan kali ini kami menuju sisi barat Pulau Dedap. Di sinilah kami akan melaksanakan ritual yang tak kalah penting dari acara snorkling: makan siang.
"Kita akan makan siang di Pantai Dedap. Pantainya sangat indah," kata Dedi di tengah perjalanan.
Dedi memang tidak berlebihan. Indah. Begitulah kesan pertama saat kami merapat di Pantai Dedap.