Mohon tunggu...
Riena Armaini
Riena Armaini Mohon Tunggu... Administrasi - Guru di SMKN 8 Bandung

Simple tapi penuh warna warni. . . .

Selanjutnya

Tutup

Otomotif

Pindah ke Lain Hati, Kenapa Tidak?

26 Desember 2013   21:39 Diperbarui: 24 Juni 2015   03:27 270
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Otomotif. Sumber ilustrasi: FREEPIK

Pernah melihat mobil yang isinya seperti ini? Ini adalah mobil BBG. BBG disini bukan merek :) tapi istilah untuk mobil yang berbahan bakar gas. Lho...kenapa berbahan bakar gas? Jenis kendaraan ini sebenarnya bukan barang baru. Beberapa Negara telah mengoversi bahan bakar kendaraan bermotor ke bahan bahan bakar gas. Bahkan belum lama ini, di kota Banten juga sudah diperkenalkan kendaraan BBG ini. Baru-baru ini, Wali Kota Bandung Ridwan Kamil meresmikan peluncuran kendaraan BBG di SMK Negeri 8 Bandung. Ridwan berharap, dalam jangka 5 tahun ke depan, kendaraan di Bandung, roda dua dan roda empat, mengarah ke BBG. "Mimpi saya lima tahun ke depan, perlahan-lahan sudah mulai mengarah ke bahan bakar gas," harapnya. Walikota Bandung tersebut yakin, Bandung bisa menjadi pelopor kendaraan berbahan bakar gas untuk go green, bebas polusi. "Dan saya yakin Bandung sebagai kota inovasi bisa menjadi pelopor gerakan kendaraan berbahan bakar gas. Jadi, kombinasi bahan bakar gas, kombinasi bersepeda, mudah-mudahan polusi akibat dari bahan bakar minyak bisa dikurangi," harapnya. Konsep Bandung ke depan menjadi kota go green, adalah progam Ridwan untuk kota Bandung yang sangat menarik. Salah satunya dengan peralihan BBM ke BBG. "Intinya, Bandung ingin menjadi kota yang go green. Dalam konsep go green itu salah satunya hemat energi dan mengurangi terhadap bahan bakar bebas polusi. Pilihannya bisa listrik atau gas, yang duluan itu yang akan kita lakukan. Saya rasa prospek BBG ke depan bagus," kata Ridwan di kantornya, Balaikota Bandung, Jalan Wastukencana, Bandung, Jawa Barat, Senin (23/12/2013). Kendaraan berbahan bakar gas adalah hasil kerjasama modifikasi antara pemerintah kotaBandung, PT. Citra Nusantara Gemilang, dan SMK Negeri 8 Bandung. Selain mobil, kendaraan yang dimodifikasi adalah sepeda motor.

Kendaraan baik itu motor atau mobil dan beberapa kendaraan ringan lainnya biasanya menggunakan BBM (Bahan Bakar Minyak) sebagai bahan bakarnya.  Kita sudah mengetahui bagaimana bahan bakar minyak didapat, diolah dan kemudian digunakan. Ternyata gas yang dihasilkan oleh kendaraan dengan bahan bakar minyak sangat berbahaya bagi kehidupan manusia. Penyakit dari mulai gangguan saluran pernapasan sampai ke kanker menghantui manusia. Tahukah anda zat apa saja yang dihasilkan oleh kendaraan bermotor? Mari kita bahas beberapa zat yang dihasilkan oleh kendaraan bermotor. 1. Karbon Monoksida (CO) Karbon monoksida adalah gas beracun, tidak berwarna, tidak berbau, dan tidak berasa. Karena  sifatnya yang tidak berbau, CO biasanya bercampur dengan gas-gas lain yang berbau sehingga CO dapat terhirup secara tidak disadari bersamaan dengan terhirupnya gas lain yang berbau. Gas ini dihasilkan dari limbah industri terutama dari hasil pembakaran tidak sempurna gas alam dan material-material lain yang mengandung karbon (OSHA, 2002). Karbon monoksida merupakan salah satu polutan yang terdistribusi paling luas di udara. Setiap tahun, CO dilepaskan ke udara dalam jumlah yang paling banyak diantara polutan udara yang lain, kecuali CO 2. Di daerah dengan populasi tinggi, rasio mixing CO bisa mencapai 1 hingga 10 ppmv. Perubahan CO menjadi senyawa lain di atmosfer diperkirakan berhubungan dengan terjadinya perubahan iklim, karena CO diketahui berperan penting dalam pengendalian jumlah radikal OH di atmosfer. Oksidasi karbon monoksida secara tidak langsung juga dapat berpengaruh terhadap energi radiasi berkaitan dengan terbentuknya karbon dioksida dan ozon troposfer. Berkaitan dengan reaksi fotokimia yang lambat, CO diketahui mempunyai peranan penting dalam siklus pembentukan O 3 terutama dalam skala yang luas di atmosfer bebas, sedangkan VOCs mempunyai peranan penting dalam pembentukan O 3 pada skala lokal (I.Coll, 2006). Sumber gas CO sebagian besar berasal dari pembakaran bahan bakar fosil yang bereaksi dengan udara menghasilkan gas buangan, salah satunya adalah karbon monoksida. Daerah dengan tingkat populasi yang tinggi dengan jalur lalu lintas yang padat akan memiliki kadar CO yang lebih tinggi dibandingkan dengan daerah pedesaan. 2. Timbal (Pb) Senyawa Pb-organik seperti Pb-tetraetil dan Pb-tetrametil banyak digunakan sebagai zat aditif pada bahan bakar bensin untuk  meningkatkan angka oktan secara ekonomi dan merupakan bagian terbesar dari seluruh emisi Pb ke atmosfer. Pb-tetraetil dan Pb-tetrametil berbentuk larutan dengan titik didih masing-masing 110 ºC dan 200 ºC. Karena daya penguapan kedua senyawa tersebut lebih rendah dibandingkan dengan unsur-unsur lain dalam bensin, maka penguapan bensin akan cenderung memekatkan kadar Pb-tetraetil dan Pb-tetrametil. Kedua senyawa ini akan terdekomposisi pada titik didihnya dengan adanya sinar matahari dan senyawa kimia lain di udara seperti senyawa halogen asam atau oksidator. Emisi Pb masuk ke dalam lapisan atmosfer bumi dan dapat berbentuk gas dan partikel. Emisi Pb yang masuk dalam bentuk gas terutama berkaitan sekali berasal dari buangan gas kendaraan bermotor. Emisi tersebut merupakan hasil samping pembakaran yang terjadi dalam mesin-mesin kendaraan, yang berasal dari senyawa tetrametil-Pb dan tetril-Pb yang selalu ditambahkan dalam bahan bakar kendaraan bermotor yang berfungsi sebagai antiknock pada mesin-mesin kendaraan. Musnahnya timbal (Pb) dalam peristiwa pembakaran pada mesin yang menyebabkan jumlah Pb yang dibuang ke udara melalui asap buangan kendaraan menjadi sangat tinggi. Berdasarkan estimasi skitar 80–90% Pb di udara ambien berasal dari pembakaran bensin tidak sama antara satu tempat dengan tempat lain karena tergantung pada kepadatan kendaraan bermotor dan efisiensi upaya  untuk mereduksi kandungan Pb pada bensin. Gas nitrogen oksida (NOx) ada dua macam yaitu gas nitrogen monoksida dan gas nitrogen dioksida. Kedua macam gas tersebut mempunyai sifat yang sangat berbeda dan keduanya sangat berbahaya bagi kesehatan. Udara yang mengandung gas NO dalam batas normal relatif aman dan tidak berbahaya, kecuali bila gas NO berada dalam konsentrasi tinggi. Sifat racun (toksisitas) gas NO2 empat kali lebih kuat daripada toksisitas gas NO. Organ tubuh yang paling peka terhadap pencemaran gas NO2 adalah paru-paru. Paru-paru yang terkontaminasi oleh gas NO2 akan membengkak sehingga penderita sulit bernafas yang dapat mengakibatkan kematian. Konsentrasi NO2 lebih tinggi dari 100 ppm bersifat letal pada hewan percobaan , dan 90% dari kematian tersebut disebabkan oleh gejala edema pulmonary. Pemberian sebanyak 5 ppm NO2 selama 10 menit terhadap manusia mengakibatkan sedikit kesukaran dalam bernafas. Pencemaran udara oleh gas NOx juga dapat menyebabkan timbulnya Peroxy Acetil Nitrates (PAN). PAN ini menyebabkan iritasi pada mata yang menyebabkan mata terasa pedih dan berair. Campuran PAN bersama senyawa kimia lainnya yang ada di udara dapat menyebabkan terjadinya kanut foto kimia atau Photo Chemistry Smog yang sangat mengganggu lingkungan. 4. KarbonDioksida (CO2) Sebagaimana gas CO, maka gas karbon dioksida juga mempunyai sifat tidak berwarna, tidak berasa, dan tidak merangsang. Gas CO2 merupakan hasil pembakaran sempurna bahan bakar minyak bumi maupun batu bara. Dengan semakin banyaknya jumlah kendaraan bermotor dan semakin banyaknya jumlah pabrik, berarti meningkat pula jumlah atau kadar CO2 di udara kita. Keberadaan CO2 yang berlebihan di udara memang tidak berakibat langsung pada manusia, sebagaimana gas CO. Akan tetapi berlebihnya kandungan CO2 menyebabkan sinar inframerah dari matahari diserap oleh bumi dan benda – benda di sekitarnya. Kelebihan sinar inframerah ini tidak dapat kembali ke atmosfer karena terhalang oleh lapisan CO2 yang ada di atmosfer. Akibatnya suhu di bumi menjadi semakin panas. Hal ini menyebabkan suhu di bumi, baik siang maupun malam hari tidak menunjukkan perbedaan yang berarti atau bahkan dapat dikatakan sama. Akibat yang ditimbulkan oleh berlebihnya kadar CO2 di udara ini dikenal sebagai efek rumah kaca atau green house effect. Untuk mengurangi jumlah CO2 di udara maka perlu dilakukan upaya – upaya, yaitu dengan penghijauan, menanam pohon, memperbanyak taman kota, serta pengelolaan hutan dengan baik. Gas alam terkompresi (Compressed natural gas, CNG) adalah alternatif bahan bakar selain bensin atau solar. Di Indonesia, kita mengenal CNG sebagai bahan bakar gas (BBG). Bahan bakar ini dianggap lebih 'bersih' bila dibandingkan dengan dua bahan bakar minyak karena emisi gas buangnya yang ramah lingkungan. CNG dibuat dengan melakukan kompresi metana (CH4) yang diekstrak dari gas alam. CNG disimpan dan didistribusikan dalam bejana tekan, biasanya berbentuk silinder. Konversi ke CNG difasilitasi dengan pemberian harga yang lebih murah bila dibandingkan dengan bahan bakar cair (bensin dan solar), peralatan konversi yang dibuat lokal dan infrastruktur distribusi CNG yang terus berkembang. Sejalan dengan semakin meningkatnya harga minyak dan kesadaran lingkungan, CNG saat ini mulai digunakan juga untuk kendaraan penumpang dan truk barang berdaya ringan hingga menengah. Sesungguhnya di Indonesia, CNG bukanlah barang baru. Pencanangan untuk menggunakan CNG yang harganya lebih murah dan lebih bersih lingkungan daripada bahan bakar minyak (BBM) sudah dilakukan sejak tahun 1986. Apa perbedaan antara LPG dan CNG? 1. CNG pada dasarnya terdiri dari metana sedangkan LPG adalah campuran dari propana, butana dan bahan kimia lainnya. 2. Perbedaan penting lain dari sudut pandang fisik adalah bahwa CNG tidak mencair di bawah tekanan tinggi - dan akan tetap menjadi bentuk gas, kecuali didinginkan setidaknya - 164 ° C. LPG, di sisi lain akan menjadi cair bila ditekan atau saat didinginkan (karena itu Nama "Liquefied Petroleum Gas"). 3. CNG secara langsung berasal dari daerah gas. Satu-satunya proses yang kadang-kadang perlu dilakukan, adalah menyaring gas terlebih dahulu. Tapi biasanya, gas dapat langsung digunakan sebagai bahan bakar setelah proses kompresi. Namun bagaimanapun juga, LPG, adalah produk buatan. Ini adalah campuran dari beberapa gas yang telah disebutkan di atas. Oleh karena itu, gas-gas ini perlu dicampur, sebelum mereka dapat digunakan sebagai bahan bakar. 4. CNG memiliki bagian besar dari Hidrogen dan karena itu lebih ringan daripada udara (atribut ini sebenarnya membuat CNG sangat aman: sekali ada kebocoran dalam sistem, gas hanya akan dilepas ke atmosfer). LPG di sisi lain, adalah dua kali lebih berat seperti udara. Gas ini biasanya merupakan produk- hasilan yang menumpuk dari pengeboran minyak serta penyempurnaan minyak. Kendaraan berbahan bakar gas kenapa tidak? Dengan kebutuhan masyarakat terhadap kepemilikan kendaraan bermotor yang makin meningkat namun tetap ramah lingkungan, karya ini harus diancungi jempol. Kebutuhan kita akan kendaraan bermotor untuk melakukan rutinitas keseharian tapi tidak merugikan kehidupan kita sendiri adalah hal yang utama. BBG kenapa tidak? Pindah dari kebiasaan ke hal yang lebih menyehatkan, seperti pindah ke lain hati namun menentramkan. Sumber : http://www.dirgantara-lapan.or.id/jizonpolud/htm/co.htm http://putraprabu.wordpress.com/tag/no2 http://www.chem-is-try.org/materi_kimia/kimia-sma-ma/karbon-dioksida-co2 http://suropaticng.com/indonesia/what.html http://sitimahhitam.blogspot.com/2011/03/pb-dalam-bahan-bakar-kendaraan-bermotor.html http://jabartoday.com/opini/2012/09/30/1152/6403/karya-siswa-smk-dan-pendidikan-karakter

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Otomotif Selengkapnya
Lihat Otomotif Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun