Mohon tunggu...
Armada11
Armada11 Mohon Tunggu... Jurnalis - Kadang menulis bola, film, sejarah, atau bahkan sekedar ghibah

Pecinta Timnas Indonesia, Penikmat Film, Penyintas Sejarah

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Bukan Perkara Mental Pemain, tapi Karena Hal Ini Indonesia Selalu Gagal!

31 Desember 2021   08:12 Diperbarui: 31 Desember 2021   08:42 169
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Latihan Timnas Indonesia (dok. bola.kompas.com)

Meski masuk kembali ke partai puncak, peluang Indonesia untuk menjuarai gelaran Piala AFF untuk kali pertama berada di ambang kegagalan. Pasalnya, pada leg pertama kontra Thailand, Asnawi Mangkualam Bahar dan kawan-kawan digasak tim Gajah Perang dengan skor telak, empat gol tanpa balas. Hal ini tentu akan semakin memperpanjang rekor Indonesia sebagai tim dengan spesialis runner-up di turnamen tertinggi ajang sepak bola Kawasan Asia tenggara tersebut.

Banyak yang menyatakan faktor mental pemain yang menjadi masalah mengapa Indonesia seringkali kedodoran di partai puncak sebuah turnamen. Namun tidak demikian halnya dengan apa yang dilihat oleh Ferril Raymond Hattu. Kapten timnas Indonesia yang mampu membawa skuat Garuda Berjaya meraih emas di partai final Sea Games 1991 tersebut menilai, bukan faktor mental pemain yang berperan dalam berbagai kegagalan yang dituai timnas Indonesia di partai puncak gelaran, namun federasi lah yang patut untuk disalahkan.

Terlepas dari budaya pansos dan juga sarat kepentingan yang ada di tubuh organisasi tertinggi persepakbolaan dalam negeri, Ferril Raymond juga menyoroti tentang ketidakbecusan federasi dalam mengelola bakat luar biasa anak-anak Indonesia.

Hal ini bukannya tanpa alasan. Pasalnya, ketika Ferril Raymond Hattu mengambil lisensi kepelatihan di KNVB Belanda, dirinya melihat bahwa bakat-bakat sepak bola di negeri Belanda tak ada apa-apanya jika dibandingkan dengan anak-anak Indonesia. Namun, keseriusan dari federasi lah yang pada akhirnya mampu membuat mereka menjadi pemain kelas dunia dan mewarnai persepakbolaan internasional. Hal ini berbeda dengan apa yang dialami oleh para pemain Indonesia.

Bakat luar biasa mereka pada akhirnya terbuang percuma dan stagnan di usia menjelang dewasa karena tak adanya keseriusan yang ditunjukkan oleh federasi. Jadi, itulah mengapa ketika sudah menginjak usia 23 tahun, timnas Indonesia permainannya begitu-begitu saja.

Untuk kali ini, kita beruntung memiliki pelatih sekelas Shin Tae-yong yang dengan segala keterbatasan yang dimaklumatkan oleh klub mampu membawa timnas Indonesia melaju ke partai puncak gelaran AFF. Dan jangan lupa, bakat-bakat muda yang kini menghiasi skuat Garuda, lebih karena keseriusan klub dalam mencari pemain, bukan karena federasi.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun