Mohon tunggu...
Armada11
Armada11 Mohon Tunggu... Jurnalis - Kadang menulis bola, film, sejarah, atau bahkan sekedar ghibah

Pecinta Timnas Indonesia, Penikmat Film, Penyintas Sejarah

Selanjutnya

Tutup

Bola

Bukan Sebuah Kebetulan Jika Ada Ramai Rumakiek di Laga Indonesia vs Singapura

22 Desember 2021   14:33 Diperbarui: 22 Desember 2021   14:42 349
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Laga semi-final gelaran Piala AFF 2020 akan dimulai dengan pertemuan antara Indonesia melawan tuan rumah Singapura. Bermain di kandang sendiri, Singapura dipastikan akan tampil menyerang demi meraih poin. Pun demikian dengan Indonesia yang mulai mendapatkan kenyamanan bermain meski berlaga di negeri orang.

Pertemuan antara Indonesia dan Singapura bisa dipastikan akan berlangsung menarik. Selain demi menraup tiket babak puncak, pertemuan kedua negara ini juga dibumbui dengan aroma-aroma sejarah pertemuan diantara keduanya. Memori paling pahit yang dialami oleh Indonesia dalam pertarungan dengan The Lions tentu saja pertarungan di Piala Tiger edisi 2004. Kala itu, Indonesia yang sangat diunggulkan, diluar dugaan mampu dibabat oleh Lionel Lewis (yakin, ini bukan saudara dari Lionel Messi) dan kawan-kawan dalam dua kali laga puncak.

Di Stadion Utama Gelora Bung Karno, Indonesia tertunduk dengan skor 1-3, sementara di kandang The Lions, Indonesia digasak dengan skor 1-2. Menyakitkan. Karena gelar yang sudah digadang-gadang menjadi milik Indonesia tersebut akhirnya harus terbang ke negara yang ukurannya secuil dan seukuran rata-rata kota kabupaten di Indonesia.

Yang lebih menyesakkan lagi adalah, permainan keras Malaysia yang diperagakan oleh Baihaki Khaizan pada laga puncak, memakan korban talenta muda paling bersinar milik Indonesia saat itu, Boaz Solossa. Iya, Boaz yang saat itu belum berstatus sebagai pemain profesional, berubah menjadi pemain yang buas di depan jaring gawang lawan-lawan timnas Indonesia. Tim sekaliber Vietnam dan Malaysia bahkan harus merasakan keganasa adik kandung Ortizan Solossa yang kala itu masih berusia 18 tahun. Namun sayangnya, kegemilangan Boaz menjadi fokus perhatian dari kubu Singapura, lawan yang dihadapi oleh Indonesia di final.

Tak ayal, ketika laga final pertama di SUGBK, kaki lincah Boaz mendapatkan tekel kasar nan brutal dari Baihakki Khaizan hingga harus dipapah keluar. Tak hanya itu, cedera yang diberikan oleh bek jangkung Singapura tersebut juga mengancam karir sepak bola seorang Boaz Solossa. Sebuah tekel horror yang akan selalu diingat tak hanya oleh Boaz, namun juga pendukung timnas Indonesia secara keseluruhan.

17 tahun berselang, Indonesia kembali memiliki sosok muda yang berkilau pada diri Ramai Melvin Rumakiek. Seperti Boaz Solossa, pemain ini menjadi andalan di tubuh timnas Indonesia ketika usianya belum mencapai 20 tahun. Bahkan, rekam jejak antara Boaz dan Ramai Rumakiek pun hampir sama. Keduanya merasakan pertarungan melawan Vietnam dan juga Malaysia sebelum berjumpa dengan Singapura. Bahkan, skor yang diperoleh di laga melawan Malaysia juga identik, yakni 4-1 untuk kemenangan Indonesia.

Tentu bukanlah sebuah hal yang kebetulan. Karena bisa jadi, ini adalah kehendak dari yang kuasa untuk membalaskan kekecewaan Boaz dan juga para pendukung Indonesia terhadap Singapura yang membekaskan luka pada tahun 2004 lalu.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun