Mohon tunggu...
Furqon almaarif
Furqon almaarif Mohon Tunggu... Lainnya - Seorang penulis amatiran

Cuma tukang share sesuatu yang ada di pikiran saya

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Aspek Keberlangsungan dan Ragam Tuturan Pragmatik dalam Kehidupan Sehari-hari

13 Maret 2023   21:05 Diperbarui: 13 Maret 2023   21:05 114
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Perkembangan linguistik pada aspek struktur, bila dicermati, seperti telah mencapai titik jenuh pada 1970-an. Maka, konsentrasi linguis kemudian bergeser sedikit pada area terapan yang melahirkan grafologi, leksikografi, dan sebagainya; multidisipliner yang menghasilkan sosiolinguistik, psikolinguistik, dan sebagainya, dan fungsional yang melahirkan satu kajian di antaranya pragmatik.

Kali ini kita tidak akan membahas mengenai linguistik, tetapi cakupan pragmatik dalam kehidupan sehari -hari. Pragmatik sendiri merupakan buah kajian linguistik fungsional yang tidak dapat kita pisahkan salam kehidupan sehari -hari. Pragmatik tidak bisa dipisahkan dengan apa yang dinamakan studi, maksud dan tuturan. 

Coba kita lihat, di Pendidikan Bahasa Indonesia UNS angkatan 2020 saat ini terdapat 80 mahasiswa yang dapat berkomunikasi verbal. Bila dalam satu hari per orang memproduksi 100 tuturan, tuturan yang dihasilkannya 8000 per hari. Artinya, berapa banyak maksud dari tuturan yang terucap dari setiap lisan mahasiswa Pendidikan Bahasa Indonesia UNS Angkatan 2020? Banyak bukan.

Di luar komuanikasi secara verbal Kemajuan teknologi komunikasi yang memfasilitasi komunikasi berjenis obrolan (chat) interaktif melalui Wa, Instagram, twitter, zoom, dan berbagai platform lain seolah-olah mengondisikan orang berlomba-lomba menghasilkan lebih banyak tuturan dalam kehidupan kesehariannya sehingga secara umum dapat dinyatakan bahwa saat ini jumlah tuturan yang dihasilkan orang per hari menjadi tidak terbatas. 

Berapa jumlah tuturan per minggu, per bulan, per tahun, dan seterusnya? Sulit ditemukan jawabannya, tetapi merupakan kepastian bahwa jumlahnya berkategori luar biasa untuk ukuran hal yang dapat dihasilkan secara rutin oleh manusia. 

Fenomena keluarbiasaan tuturan tersebut menarik untuk dicermati tidak hanya dari sisi kuantitas, tetapi juga dari berbagai sisi lain, khususnya yang berkaitan dengan kelangsungan komunikasi, ragam, motif, SPEAKING (setting, participants, end, act, key, instruments, norms, dan genre), dan sebagainya. 

Dari sisi kelangsungan komunikasi, sejalan dengan pernyataan Searle (1983), terdapat komunikasi langsung dalam arti bahwa maksud penutur disampaikan secara eksplisit yang dapat dilacak dari makna harfiah unit-unit tuturan, misalnya jawaban "Kurang, Yu." yang disampaikan seorang mahasiswa ketika jajan di kantin Yu Sri, ketika Yu Sri bertanya "Es teh yang yang Yu Sri berikan apakah cukup?." 

Berkebalikan dengan komunikasi langsung terdapat komunikasi taklangsung, yaitu komunikasi yang maksud penutur disampaikan secara implisit sehingga tidak dapat dilacak dari makna harfiah unit-unit tuturan, misalnya jawaban "Kemarin saya minum Le Minerale, Yu." yang disampaikan seorang mahasiswa ketika Yu Sri bertanya, "Es Teh kemarin masih ada sisanya, Yu." Maksud implisit tersebut, sejalan dengan paradigma pemikiran linguis beraliran relativisme, hanya dapat dilacak bila unsur-unsur konteks, khususnya latar dan partisipan, dilibatkan secara komprehensif dalam proses interpretasi atau pemaknaan maksud.

Dari sisi ragam, sejalan dengan pemikiran Joos (1962), terdapat tuturan yang dikemukakan dalam ragam beku (frozen), misalnya tuturan penghulu pada saat menikahkan pengantin, tuturan khatib pada saat menyampaikan rukun khutbah sholat Jumat di masjid Nurul Huda; di mana tuturan yang diberikan menyangkut sah atau tidaknya sebuah perkawinan dan sholat Jumat. Resmi (formal), yaitu uturan rektor UNS dalam rapat terbatas dan tuturan kedinasan lain dalam rapat bertopik sensitif. 

Kemudian konsultatif (consultative), yaitu tuturan dosen dalam pembimbingan skripsi dan tuturan guru dalam kegiatan pembelajaran di kelas. informal (casual), misalnya tuturan antarteman saat mengobrol atau membahas topic-topik ringan dalam situasi nonkedinasan; Terakhir akrab (intimate), misalnya tuturan keseharian dalam komunikasi internal anggota keluarga dan tuturan ekspresif curahan hati antarteman yang kuat ikatan emosionalnya atau yang banyak common sense di antara mereka.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun