Mohon tunggu...
Arloren Antoni
Arloren Antoni Mohon Tunggu... pegawai negeri -

Sosok melankolis yg sangat halus untuk dunia spiritual, seni dan filsafat. \r\n\r\nNamun juga seorang kolerist yg sangat keras, tajam dan menghantam utk dunia olah pikir & kebenaran

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Edukasi Soal Sara

20 Juli 2015   03:10 Diperbarui: 20 Juli 2015   03:44 340
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Sering banget di lingkungan kita, terlintas terdengar orang berkata:
“Jangan bicara SARA karena SARA itu tabu, SARA itu sangat sensitif”

Padahal kenyataannya adalah sebaliknya, kita harus bicara SARA dan mengerti mengelola kasus SARA secara benar dan tepat sasaran. Edukasi pada warga harus dilakukan dengan cara cara yang ringkas dan sederhana. Tapi sejauh ini malah orang orang yang bicara SARA seperti saya malah dimusuhi dan diancam.

Artinya:
Kita nantinya AKAN TETEEEEEEEEP KETEMU LAGI KASUS SARA dalam sampel kasus yang beda tapi “warna” nya sama, yakni warna SARA itu sendiri.

Misalnya seperti kejadian pembakaran Masjid / Surau di papua barusan. Seharusnya sesuai UU maka warga Kristen di Tolikara harus menggugat secara perdata ke Pengadilan bahwa mereka terganggu dengan TOA milik Masjid / Surau ummat Muslim di Tolikara Papua. Biar nanti Pengadilan yang memutuskannya. Lha ..... alih alih menggugat secara perdata ke pengadilan malah segelintir pihak Gereja disana malah main bakar.

Bagi Muslim sendiri juga perlu mengelola emosi dengan baik. Kalo sudah terjadi seperti ini (Pembakaran sudah terjadi) mari kembali ke jalur Hukum. Laporkan secara pidana ke Pihak berwajib agar pelakunya diseret ke pengadilan.

Intinya adalah:
Kasus SARA bukan untuk dijauhi tapi sebaliknya malah harus diberikan edukasi dengan prosedur UU yang berlaku di negeri ini. Menjauhi kasus SARA malah berarti MEMELIHARA API DALAM SEKAM. Kapanpun SARA akan tetep hidup sebagai api dan akan siap membakar dan membesar jika ada yang menuangkan bensin dan meluluh lantakkan tatanan sosial di tengah masyarakat yang berakibat kehancuran dan tentu saja......... SANGAT MEMALUKAN..... !!!

Dijaman kini orang Kapir sibuk mengirim wahana tanpa awak ke planet Pluto. Malah ada wahana tanpa awak itu yang sudah makin jauh berkelana ke tetangga lainnya di Galaksi Bimasakti ini. Tapi kita malah sibuk dengan anak remaja yang nangkap tuyul dengan botol. Bukannya melesak jauh kedepan malah kita berlari makin jauh ke belakang.

 

Amxiong...... !!!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun