Keledai saja tidak mau masuk ke lubang yang sama dua kali. Inilah yang aku herankan. Bisa – bisanya ada orang yang melakukan kesalahan berulang – ulang, padahal dia tahu sedang berbuat salah. Bahkan sudah merasakan akibatnya.
Betapa orang itu lemah sekali pengendalian dirinya. Dia tak tegas pada dirinya. Bukankah kesalahan itu membuat kondisinya tetap buruk dan semakin buruk?
Tapi tetap dilakukannya. Dengan asalan tak mampu berbuat apa – apa. Kalau orang tersebut tak memiliki akses belajar atau ia bukan orang yang memiliki kemampuan berpikir, masih bisa dimaklumi.
Bagaimana jika orang itu sebenarnya berpendidikan, punya segudang fasilitas untuk belajar, tahu kemana bisa mendapat teman duduk yang baik tapi tetap bertahan dalam keburukan?
Disitulah kita melihat betapa seramnya hidup dalam sistem kapitalis sekuler hari ini. Banyak hari ini orang yang percaya diri berbuat buruk. Berbangga dengan keburukannya. Tetap berbuat buruk meskipun keburukan itu menampakkan tanda – tanda efeknya.
Bukannya sadar dan kembali mencari jalan memperbaiki diri, malah terus mencari sejumlah alasan untuk meneruskan keburukan. Sehingga dia tak bisa lagi merasakan keburukan sebagai keburukan. Dia tak bisa lagi membedakan kebenaran dengan kesalahan. Orang yang tak berusaha menapaki jalan hidayah, maukah Allah menuntunnya ke jalan hidayah?? Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H