Kalau sedari awal kita sudah punya pandangan yang salah untuk menjalani hidup, kesalahan kedua ini adalah buntutnya. Lapar mata langsung dipenuhi. Tetangga punya apa, langsung pengen beli. Melihat apa saja yang selera dibeli. Padahal ada kebutuhan yang lebih penting.
Maka para pakar manajemen keuangan rata-rata menyarankan, sedari awal saat memegang uang bulanan, maka segera sisihkan dana kebutuhan utama keluarga. Segera bayarkan segala tagihan tepat pada waktunya. Karena kalau denda, tentu menambah pengeluaran.
Selanjutnya, sisihkan pula dana jangka panjang alias tabungan. Untuk tabungan saya sendiri tidak menyarankan menabung di bank ya buk. Karena aktivitas ribanya yang diharamkan Allah swt. Mending beli emas atau uang tersebut diputar kepada usaha riil, kalau memang mencukupi.
Ketiga, mudah berutang.
Salah satu nasihat penting dari suami saya adalah jangan mudah berutang. Dulu kami menikah tanpa pesta. Sebab, dengan kemandiriannya suami saya waktu itu cuma punya uang buat akad nikah plus nyiapin rumah kontrakan, beli kasur, lemari, alat dapur serta modal usaha.
Kalau mau, bisa sih berutang. Banyak yang bersedia memberi utang. Tapi suami saya bilang, pesta barangkali berjalan lancar dan kita senang, tapi setelah itu kita bakal terbebani utang. Suami saya kurang nyaman.
Berutang itu boleh, tapi kalau masih bisa ditahan kenapa nggak. Jadi, suami saya hanya membolehkan berutang kalau benar-benar kepepet, alias dilakukan jika memang ada kebutuhan mendesak.
Apalagi sekarang, banyak utang menjebak kan ya. Utang yang mengandung riba. Pengusaha bank berlomba-lomba mengincar masyarakat seperti pedagang kecil dan pegawai negeri. Bahkan untuk UMKM pemerintah punya program memudahkan mereka memperoleh modal. Ya dengan mekanisme utang ribawi.
Seorang teman saya yang pegawai negeri bercerita, tim marketing berbagai bank datang ke lokasi kerja mereka menawarkan utang dengan segala kemudahannya. Bunga murah, tanpa jaminan SK dan lain sebagainya.
Yang tadinya kita nggak mau ngutang, akhirnya tergiur juga. Berutang, untuk keperluan yang sebenarnya masih bisa ditahan, seperti renovasi rumah dan lainnya.
Hasilnya, ketika dia menyadari keharaman riba, takut dosa dan ingin lepas dari riba, sudah sulit dilakukan. Saat dia ingin melunasi utang keseluruhan secara langsung tanpa cicil, maka pihak bank mengakumulasi utang berikut bunga plus uang pinaltynya.