Lihat banyak teman -- teman yang berbagi momen liburan di sosmed, jadi tergoda ikutan. Bagiku yang seorang ibu rumah tangga, tiap hari juga liburan. Haha. Apalagi memang belum punya anak. Jadwal sehari -- hariku di hari normal dengan libur anak sekolah sama saja. Diisi dengan beresin rumah, ngaji dan kegiatan sebagai aktivis dakwah.
Hanya saja karena bidang usaha suamiku adalah bisnis bimbingan belajar, kerjaan suami juga ikut libur bersama liburnya anak sekolah. Dibilang libur full juga nggak sih. Sebab suamiku punya aktivitas sampingan. Yaitu ngajar bahasa arab dan bertani jahe serta kurma.
Jadi di sela -- sela ngurusin kegiatan sampingan suami, kami sempat juga menjalani beberapa aktivitas liburan.
Pertama, pulang kampung jenguk mertua. Sebenarnya berkunjung ke rumah mertua sudah jadi jadwal rutin kami sebulan sekali. Hanya saja karena ini momen liburan, jadi tinggal di kampung lebih lama dari biasanya.
Kedua, makan di luar. Jajan di luar juga sebenarnya kami lakukan di hari -- hari normal. Setidaknya sebulan sekali jajan mie rebus, sate padang, lontong malam, dim sum dll, di sekitar rumah. Hanya saja di momen liburan ini dibuat lebih istimewa. Jajannya di tempat yang lebih istimewa dari biasanya.
Sekalian review sedikit nih ya tentang tempat makan yang kami kunjungi. Ada dua tempat. Pertama kami ke Warung Ayam Bakar "Wong Solo" Medan. Spot yang satu ini cukup terkenal di Medan. Konon cabangnya sudah ada di mana -- mana. Konon pula jadi pelopor lahirnya tempat -- tempat makan sejenis.
Jadi, makan disini, kami cukup antusias. Harga rata -- rata makanannya cukup terjangkau, antara 20 rb hingga 30 rb-an. Meski nama tempatnya Ayam Bakar, tapi menunya cukup variatif. Suamiku pesan tongseng kambing dan segelas kopi. Sementara aku pesan paket nasi ayam bakar dan segelas es teler.
Yang paling kami suka dari pesanan itu adalah es teler. Kelapa mudanya bikin segar. Padat berisi buah -- buahan lainnya. Campuran susu nambah enak rasanya. Tapi pesanan yang lain memang cukup buat kecewa. Nggak sesuai ekspektasi.
Rasa ayam bakarnya standar sih. Dengan potongan yang terlalu kecil menurutku. Sementara kopi pesanan suami terlalu encer. "Segini 15 ribu? Masih lebih enak lagi kopi di warung yang harganya 3 rb". Itu kata suamiku.