Pertama, punya visi dan misi yang jelas.
Kedua pasangan suami istri tersebut sama -- sama memiliki visi dan misi yang jelas sejak awal membangun rumah tangga. Mau dibawa kemana pernikahan itu? Mau dibentuk menjadi apa keluarga kelak? Bagaimana cara mewujudkan keinginan tersebut? Semua itu sudah ada dibenak mereka. Sehingga mereka tidak takut sekalipun memiliki anak banyak. Masing -- masing mereka mencari pasangan satu frekwensi dengan mereka. Sehingga kekompakan tentang menentukan visi misi pernikahan mudah terjadi.
Keluarga bu Wiwi adalah keluarga Qurani. Sejak awal memandang bahwa keluarga yang sukses di dunia dan akhirat adalah keluarga yang cinta dan dekat dengan al Qur'an. Ibu Wiwi dan suami pun komitmen untuk membimbing anak -- anak menghafal al Qur'an. Motivasi akhirat jadi yang utama dalam mendorong anak -- anak menyukai al Quran. Rumah mereka menjadi rumah yang sejuk dengan aktivitas mengaji. Betapa indahnya.
Sedangkan keluarga Gen Halilintar adalah keluarga yang pebisnis yang mencintai Tuhan. Sehebat apapun kedudukan di dunia, manusia tetaplah hamba Allah swt. Segala pencapaian terjadi atas izin Allah swt. Ini yang dipahami oleh bu Gen dan suami sehingga mereka menjaga visi keluarga, menjadi hamba yang dekat dengan Allah swt, berprestasi serta bermanfaat di dunia.
Kedua, kerjasama yang baik antara ayah dan ibu.
Masih banyak yang memahami kalau urusan merawat dan mendidik anak sepenuhnya ada di ibu. Sementara ayah mencari nafkah saja. Inilah yang dibantah oleh keluarga bu Wiwi dan Gen Halilintar. Kehidupan suami istri yang mereka jalani penuh kekompakan. Masing -- masing ibu dan ayah memahami perannya. Ayah sebagai pemimpin dan ibu manajer rumah tangga. Pernikahan pun berjalan harmonis.
Jarang ada anak yang terbentuk menjadi pribadi unggul tanpa kerjasama yang baik antara ibu dan ayah dalam merawat dan mendidikan anak. Anak butuh penanaman karakter dari ibu maupun ayah. Karakter lembut dan penyayang biasanya didapat dari ibu. Sedangkan karakter tegas dan disiplin lebih diperoleh dari ayah.
Ketiga, punya program kehidupan.
Ini juga jarang dimiliki oleh banyak keluarga. Dimana kehidupan sehari -- hari dijalani dengan berbagai aktivitas terprogram sebagai proses membentuk probadi baik anak. Salah satu program yang dimiliki oleh keluarga Gen Halilintar adalah adanya morning brifieng dan review kegiatan harian di malam hari. Kegiatan tersebut menjadi kontrol bagi anak -- anak. Sehingga anak -- anak tetap dekat hatinya dengan orang tua maupun Allah swt.
Sementara keluarga bu Wiwi juga punya program kegiatan sehari -- hari. Salah satunya adalah diskusi keilmuan keluarga mereka. Jadi di waktu -- waktu yang sudah ditentukan keluarga berkumpul untuk ngobrolin berbagai topik menarik. Diskusi akan dipertajam dengan membuka buku -- buku agar data lebih akurat. Rumah mereka penuh dengan buku -- buku. Rumah yang bernuansa belajar. Selain itu tentunya program -- program menghafal al Qur'an dijadwalkan. Seperti menjadikan waktu ba'da subuh dan ba'da maghrib sebagai waktur berinteraksi dengan al Qur'an.
Program kegiatan sehari -- hari mereka jalani dengan konsisten dan sabar terhadap segala tantangan yang dihadapi. Tanpa kekonsistenan dan kesabaran, sebuah tujuan tidak mungkin akan tercapai.