Mohon tunggu...
Arlindya Sari
Arlindya Sari Mohon Tunggu... Freelancer - Karyawan swasta yang bercita-cita menjadi fulltime mom & blogger, tertarik dengan dunia politik dan travelling

Karyawan swasta, traveller & blogger . Personal blog : https://www.arlindya.com

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

"Review" Film "Marlina", Si Pembunuh dalam Empat Babak

23 November 2017   15:10 Diperbarui: 23 November 2017   15:14 7222
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber gambar: 21cineplex.com

Film sinema berjudul "Marlina - Si Pembunuh dalam 4 Babak" seperti membantah kesan bahwa suasana seram dan mencekam suatu film dibangun dari suara atau musik  yang tiba-tiba kencang mengagetkan jantung para penonton. Film ini sangat minim suara dan musik yang dramatis namun kekuatan ceritanya mampu menghadirkan suasana mencekam hingga akhir cerita. Film ini sukses membuat tubuh saya gemetar dan merinding hingga beberapa saat setelah meninggalkan ruang teather.

Film karya sutradara Mouly Surya yang diperankan oleh Marsha Timothy, Dea Panendra, Yoga Pratama, dkk ini mempunyai kualitas gambar yang tajam dan sempurna menangkap anglepemandangan eksotis Sumba. Logat khas Sumba dari Marsha Timothy sebagai pemeran Marlina terlihat natural seperti penduduk asli dengan balutan kain khas Sumba. Belum lagi Yoga Pratama sebagai pemeran perampok yang membawakan lagu berbahasa Sumba dengan merdu diiringi alunan gitar, seolah membawa penonton terbang ke daerah Sumba. Film ini mampu dengan apiknya mendeskripsikan kecantikan alam dan budaya Indonesia, khususnya Sumba.

Dari segi cerita, film ini tidak membosankan walau minim musik, bahkan menegangkan sejak babak pertama "perampokan"dimana ada 7 kawanan perampok mendatangi rumah Marlina, seorang janda yang tinggal dengan suaminya yang telah menjadi mummy. Mereka merampok hewan ternak dan akan bermalam untuk mensetubuhi Marlina. Ancaman secara verbal membuat Marlina tak kuasa melawan karena rumahnya yang jauh dari tetangga. Tokoh Marlina digambarkan sosok yang tenang namun cerdas dan mandiri. Saat makan malam dia meracuni 4 perampok hingga tewas. 2 kawanan perampok pergi menggiring semua hewan ternak. Terakhir Markus dengan cerdik memilih menyantap tubuh Marlina. Marlina tak mampu melawan namun dengan tangan dinginnya ia membalas dengan memenggal kepala Markus.

Babak kedua "Perjalanan" dimana Marlina dengan santainya menjinjing kepala Markus saat bertemu temannya Novi yang sedang hamil 10 bulan. Mereka menaiki truk yang membuat penumpang lain bergidik dan kabur melihat tentengan Marlina.

Babak ketiga "Pengakuan Dosa"Marlina menceritakan kisahnya kepada Novi namun menolak disebut melakukan dosa. 2 kawanan perampok berhasil menyita truk ketika mereka sedang pipis. Novi kembali ke truk namun Marlina bersembunyi. Supir pun dibunuh dan ketika hendak dikubur oleh perampok, penumpang membawa kabur truk. Suasana merinding ketika Marlina dihantui tubuh Markus tanpa kepala dengan memainkan gitar selama perjalanan. Dengan menunggangi kuda Marlina sampai di kantor polisi, namun ia tidak ditanggapi serius bahkan cenderung disalahkan karena tidak melawan. Marlina pun pasrah dan menangis.

Babak keempat "Kelahiran" ini diggambarkan Novi yang sampai di rumah dan bertemu suaminya Umbu. Fitnah selingkuh dari salah seorang perampok membuat Novi dipukuli hingga jatuh dan ditinggal oleh Umbu. Si perampok melihatnya dan mengancam Novi agar menyuruh Marlina pulang membawa kepala Markus. Sesampainya di rumah, Marlina hendak diperkosa lagi, namun Novi berhasil memenggal kepala sang perampok. Seketika Novi merasa ingin melahirkan dan Marlina membantu persalinan. Mereka pun menangis terharu melihat bayi yang baru dilahirkan.

Nilai feminisme dari film ini digambarkan dari sosok Marlina dan Novi sebagai korban kekerasan laki-laki yang tetap  kuat dan tegar berjuang sendiri. Perasaan tertindas dan senasib membuat ikatan persahabatan mereka semakin kuat. Saling supportsesama wanita menjadi pemandangan yang mengharukan diakhir cerita.


Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun