Mohon tunggu...
Arliey Januar
Arliey Januar Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Hobi saya bermain game namun untuk menulis artikel hanya untuk tugas saja

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Kolaborasi Peran Strategis antara Orang Tua dan Guru untuk Mengatasi Bullying

15 November 2024   10:45 Diperbarui: 15 November 2024   11:23 27
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Bullying adalah tindakan agresif yang dilakukan secara berulang oleh individu atau kelompok terhadap seseorang yang dianggap lebih lemah atau berbeda, dengan dampak signifikan pada kesehatan mental dan fisik korban. Penelitian ini bertujuan memberikan informasi kepada orang tua dan guru mengenai pentingnya deteksi dini terhadap kasus bullying yang mungkin dialami oleh anak-anak di sekolah. Kolaborasi antara guru dan orang tua diharapkan dapat menciptakan lingkungan yang aman dan mendukung perkembangan emosional anak, serta mencegah dampak buruk bullying. Metode penelitian ini bertujuan untuk merumuskan panduan bagi orang tua dan guru dalam menciptakan lingkungan yang aman dan mendukung perkembangan emosional anak. Dengan pendekatan holistik, penelitian ini diharapkan membantu dalam menjaga kesehatan mental dan fisik anak, sekaligus mendukung terciptanya lingkungan sekolah yang lebih aman dan nyaman.  

1. Pendahuluan

Bullying adalah suatu tindakan yang merugikan bagi anak-anak serta mengakibatkan rasa tidak aman yang dirasakan oleh para korban yang disebabkan oleh kejadian tersebut, yang dilakukan secara berulang-ulang. Tindakan bullying tersebut dapat menyebabkan seorang anak memiliki gangguan secara fisik, psikologis, sosial, dan pendidikan (Ulya & Maqfirah, 2022). Perbuatan ini telah dilakukan sejak lama, bahkan tindakan bullying tersebut masih sering terjadi hingga saat ini, terutama di sekolah-sekolah. Tindakan bullying sering kali dialami oleh anak-anak. Menurut KPAI (Komisi Perlindungan Anak Indonesia) terdapat 37.381 kejadian bullying yang terjadi di Indonesia antara tahun 2011 hingga 2019 dan sebanyak 6,62% tindakan tersebut terjadi di lingkungan skeolah yang melibatkan anak-anak (Panggabean et al, 2023).

Perilaku bullying di kalangan anak-anak sangat memprihatinkan dan telah menjadi isu serius dalam masyarakat. Bullying dapat memiliki efek jangka panjang, baik secara mental maupun emosional, yang dapat mempengaruhi perkembangan anak. Mengingat bahwa anak-anak berhak atas lingkungan yang aman dan mendukung, penting bagi kita untuk mengambil langkah-langkah untuk mencegah dan menangani bullying. Dalam Undang-Undang Perlindungan Anak Nomor 35 Tahun 2014 memang memberikan kerangka hukum untuk melindungi hak-hak anak, termasuk perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi. Di samping itu, kesadaran masyarakat, pendidikan di sekolah mengenai dampak bullying, dan peran orang tua juga sangat penting untuk menciptakan budaya saling menghargai dan mendukung antara anak-anak. 

Maka dari itu mengapa pendidikan mengenai kebaikan dan juga mengenai perasaan seseorang itu sangat penting. Pendidikan tentang empati dan pengembangan keterampilan sosial dapat membantu anak-anak belajar bagaimana berinteraksi dengan baik dan memahami dampak dari tindakan mereka terhadap orang lain. Selain itu, lingkungan sekolah yang mendukung dan program intervensi yang efektif dapat membantu mengurangi kasus bullying dan meningkatkan kesejahteraan anak. Sangat penting bagi kita semua, baik itu pendidik, orang tua, maupun masyarakat, untuk bersatu dalam memerangi bullying dan memastikan bahwa anak-anak kita bisa tumbuh dalam lingkungan yang aman dan positif. (Dachi & Telaumbanua, 2022). 

Menurut American Psychiatric Association (APA), Anda benar, bullying adalah tindakan agresif yang dilakukan secara berulang oleh individu atau kelompok terhadap individu lain yang dianggap lebih lemah atau berbeda. Tindakan ini dapat berupa fisik, verbal, atau sosial, dan dapat terjadi di berbagai setting, seperti sekolah, tempat kerja, atau media sosial. Bullying memiliki dampak serius bagi korban, termasuk masalah kesehatan mental seperti depresi, kecemasan, dan rendahnya harga diri. Oleh karena itu, penting untuk menyadari dan menangani masalah bullying, baik dengan mendorong sikap saling menghormati maupun dengan menciptakan lingkungan yang aman bagi semua individu. Upaya untuk mengatasi bullying harus melibatkan semua pihak, termasuk sekolah, orang tua, dan komunitas (Max KI, 2024). 

Dampak bullying terhadap korban memang sangat kompleks dan dapat berpengaruh secara mendalam pada berbagai aspek kehidupan mereka. Berikut adalah beberapa dampak yang umum terjadi. Korban bullying sering kali mengalami berbagai dampak serius yang memengaruhi kesehatan mental, kepercayaan diri, dan kehidupan sosial mereka. Dari sisi kesehatan mental, korban dapat mengalami depresi, kecemasan, dan gangguan stres pascatrauma (PTSD), yang mengakibatkan perasaan tertekan berkelanjutan dan memengaruhi suasana hati serta kemampuan mereka untuk menjalani aktivitas sehari-hari. Selain itu, bullying dapat menghancurkan rasa percaya diri dan harga diri korban, membuat mereka meragukan nilai diri dan merasa tidak berharga, yang pada akhirnya mengganggu interaksi sosial serta kemampuan mereka untuk mengambil risiko dalam hidup. Rasa sakit dan kemarahan yang timbul juga bisa memicu keinginan untuk membalas dendam, yang berpotensi memperburuk situasi dan menyebabkan siklus balas-membalas yang merugikan bagi kedua belah pihak. Dampak bullying tidak hanya terbatas pada kesehatan mental, tetapi juga fisik; korban sering mengalami masalah seperti sakit kepala, gangguan tidur, dan masalah makan, di mana stres berkepanjangan dapat menimbulkan efek serius seperti penyakit jantung dan gangguan pada sistem kekebalan tubuh. Di lingkungan akademis atau pekerjaan, korban kerap kali mengalami kesulitan dalam konsentrasi dan fokus, yang menghambat prestasi mereka serta membuat mereka enggan berpartisipasi dalam kegiatan kelas atau berinteraksi dengan rekan kerja. Selain itu, korban sering merasa terasing dan terisolasi dari teman sebaya atau keluarga, yang memperburuk masalah mental dan emosional yang mereka hadapi. 

Mengingat dampak luas yang ditimbulkan oleh bullying, penting untuk menciptakan lingkungan yang mendukung dan aman, baik di sekolah maupun di tempat kerja. Pendekatan yang kolaboratif antara individu, orang tua, guru, dan masyarakat merupakan kunci dalam mengatasi masalah ini dan mendukung korban dalam proses pemulihan mereka (Rheina, 2023). 

Pendekatan kolaboratif antara guru dan orang tua memang sangat penting dalam menangani masalah bullying di sekolah. Dengan menjalin komunikasi yang baik, baik guru maupun orang tua dapat saling berbagi informasi mengenai perilaku anak, baik di rumah maupun di sekolah. Ini memungkinkan deteksi dini terhadap potensi konflik atau masalah perilaku yang dapat berkembang menjadi bullying. Selain itu, menciptakan lingkungan yang mendukung perkembangan emosional anak juga sangat krusial. Edukasi tentang empati, penghargaan terhadap perbedaan, serta keterampilan sosial dan resolusi konflik menjadi bagian dari upaya pencegahan bullying. Program-program yang melibatkan seluruh komunitas sekolah, termasuk siswa, guru, dan orang tua, dapat membantu meningkatkan kesadaran dan mengurangi stigma terhadap korban bullying. 

Dengan membangun jaringan dukungan yang solid, diharapkan korban bullying merasa lebih aman untuk berbicara tentang pengalaman mereka, serta membantu memperkuat solidaritas di antara teman-teman mereka. Penting juga untuk memastikan bahwa anak-anak merasa didengarkan dan dihargai, agar mereka tidak merasa terisolasi dan berani untuk melapor jika terjadi intimidasi. Akhirnya, melibatkan anak-anak dalam proses menciptakan aturan dan norma-norma positif di sekolah dapat meningkatkan rasa kepemilikan dan tanggung jawab mereka terhadap lingkungan sosial mereka. Ini semua berkontribusi pada penciptaan lingkungan sekolah yang lebih aman, inklusif, dan mendukung bagi semua siswa. (Kompasiana, 2023). 

Maka dari itu untuk mencegah perilaku bullying di sekolah dasar, hubungan orang tua dan pendidik (guru) di sekolah sangat penting. Orang tua dan guru dapat membantu dalam memperkuat nilai-nilai yang mendukung pengembangan kesadaran pada anak, seperti toleransi, empati, dan keberagaman. Selain itu, guru juga perlu mengembangkan program yang melibatkan orang tua dan masyarakat dalam upaya mencegah terjadinya tindak perundungan di sekolah. Perilaku bullying sebenarnya dapat dihindari dengna bimbingan dan arahan dari guru, karena tugas dari guru tidak hanya mendidik siswa, tetapi juga mensosialisasikan moral dan perilaku siswa. Menurut Suparlan (2006) guru memiliki kewajiban dan tugas yang tidak bisa dipisahkan yaitu kemampuan memberikan pengajaran, bimbingan, dan pendidikan. Oleh karena itu kedudukan guru sangat dibutuhkan dalam menanamkan pendidikan karakter yang baik agar siswa bisa membedakan perilaku yang baik dan perilaku yang buruk. Tapi fakta yang masih banyak guru yang fokus terhadap pelatihan pembelajaran. Maka dari itu, salah satu kedudukan guru adalah membuat siswa menjadi pribadi yang baik (Firmansyah, 2021). 

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk memberikan informasi terhadap orang tua dan juga guru agar kedepannya terbuka terhadap siswa - siswi atau anaknya agar dapat mengetahui bahwasannya anak tersebut terkena kasus bullying atau tidak, sehingga dapat menjaga kesehatan mental dan juga fisik anak tersebut. 

2. Metode Penelitian

Penelitian ini menerapkan metode Studi Referensi, di mana data ini diperoleh dari beberapa dari berbagai artikel jurnal ilmiah, laporan ilmiah, dan sumber digital yang dapat dipercaya yang membahas tentang bullying, dampak - dampaknya, serta langkah -- langkah deteksi dan pencegahan yang efektif. Literatur - literatul ini dianalisis secara mendalam untuk mengidentifikasikan konsep dan teori yang berkaitan dengan perilaku bullying, faktor resiko, serta peran kolaborasi antara orang tua dan guru dalam mendeteksi dan menangi kasus bullying. Dengan mengomplikasi dan mengkaji referensi yang sudah ada, penelitian ini bertujuan untuk merumuskan panduan bagi orang tua dan guru dalam menciptakan lingkungan yang aman dan mendukung perkembangan emosional anak. 

3. Hasil dan Pembahasan

A. Konsep Bullying

Bullying adalah perilaku agresif yang terarah pada individu atau kelompok yang dianggap lebih lemah, dan biasanya terjadi dalam konteks sosial yang lebih besar, seperti di sekolah, tempat kerja, atau komunitas. Tindakan bullying dapat berupa penghinaan verbal, penyerangan fisik, pengucilan sosial, atau penyebaran rumor yang merugikan. Definisi yang diberikan oleh Ken Rigby menyoroti aspek penting dari bullying, yaitu adanya niat untuk menyakiti dan tindakan tersebut dilakukan secara berulang. Pelaku bullying sering kali merasa berkuasa dan menikmati penderitaan yang dialami oleh korban. Hal ini membuat bullying menjadi masalah serius yang mempengaruhi kesehatan mental dan emosional korban, serta menciptakan lingkungan yang tidak aman baik di sekolah maupun di tempat kerja. Pencegahan dan penanganan bullying memerlukan kerja sama antara orang tua, pendidik, dan masyarakat untuk menciptakan lingkungan yang mendukung, serta memberikan pendidikan tentang nilai-nilai empati dan menghargai perbedaan. Selain itu, penting juga untuk menyediakan saluran yang aman bagi korban untuk melaporkan tindakan bullying dan mendapatkan dukungan yang mereka butuhkan. (Billy & Sugito, 2021). 

Bullying adalah fenomena serius yang dapat memiliki dampak jangka panjang pada korban, baik secara fisik maupun psikis. Tindakan bullying sering kali melibatkan pengulangan, di mana pelaku melakukan intimidasi secara konsisten dengan tujuan untuk menyakiti atau mempertahankan dominasi. Terdapat berbagai bentuk bullying, seperti bullying fisik, bullying fisik adalah tindakan yang melibatkan kekerasan fisik, seperti memukul, menendang, atau tindakan agresif lainnya yang menyakiti tubuh korban. Yang kedua ada bullying verbal, bullying verbal adalah penggunaan kata-kata kasar, ejekan, atau ancaman untuk merendahkan dan menyakiti perasaan korban. Yang ketiga bullying sosial, yaitu upaya untuk merusak reputasi sosial korban, seperti menyebarkan rumor, mengecualikan dari kelompok, atau mengucilkan. Dan yang terakhir adalah cyberbullying, cyberbullying adalah bentuk bullying yang terjadi melalui media digital, seperti media sosial, pesan teks, atau platform online lainnya, yang dapat menyebarluaskan dampaknya secara lebih luas. 

Dampak dari bullying dapat menyakitkan dan berkepanjangan, termasuk gangguan kesehatan mental seperti depresi, kecemasan, serta masalah dalam hubungan sosial. Korban bullying dapat merasa terisolasi, kehilangan percaya diri, dan mengalami kesulitan dalam berfungsi di lingkungan sosial atau akademis. Penting untuk menciptakan lingkungan yang mendukung dan aman bagi semua individu, dengan penyuluhan tentang efek buruk dari bullying dan dukungan bagi korban. Pendidikan dan kesadaran di sekolah, komunitas, dan keluargalah yang dapat membantu mengurangi dan mencegah tindakan bullying (Djuwita, 2005). 


B. Pentingnya Kolaborasi Peran Strategi Orang Tua dan Guru

Kolaborasi antara orang tua dan guru memang sangat penting, terutama dalam menghadapi berbagai tantangan yang muncul dalam dunia pendidikan saat ini. Dalam konteks globalisasi dan kemajuan teknologi, anak-anak tidak hanya terpapar oleh informasi, tetapi juga beragam perilaku sosial, termasuk bullying, yang dapat memengaruhi perkembangan mereka secara emosional dan sosial. Dengan menjalin kemitraan yang erat, orang tua dan guru dapat berbagi informasi dan strategi yang dapat membantu mengatasi masalah-masalah ini secara efektif. Misalnya, orang tua dapat memberikan informasi tentang perilaku anak di rumah yang bisa membantu guru memahami konteks lebih luas dari perilaku anak di sekolah. Sebaliknya, guru dapat memberikan wawasan tentang perilaku anak di sekolah yang mungkin tidak diketahui oleh orang tua, sehingga mereka dapat bekerja sama untuk mencari solusi yang tepat. Lebih jauh lagi, kolaborasi ini juga dapat mencakup penyelenggaraan program-program pendidikan yang melibatkan baik orang tua maupun guru, seperti seminar tentang cara mencegah bullying atau workshop pengembangan keterampilan sosial bagi anak-anak. Ini tidak hanya memberikan pemahaman yang lebih baik tentang isu yang dihadapi tetapi juga membangun komunitas yang lebih kuat di sekitar siswa. 

Lingkungan belajar yang sehat dan harmonis dapat tercipta jika ada komunikasi yang terbuka dan saling menghormati antara orang tua dan guru. Dengan cara ini, mereka dapat bersinergi dalam mendukung perkembangan siswa, menciptakan rasa aman, dan mendorong prestasi akademik serta sosial yang positif. Oleh karena itu, penting bagi sekolah untuk mendorong orang tua untuk lebih aktif terlibat dalam proses pendidikan anak-anak mereka dan menciptakan platform di mana kolaborasi ini dapat terwujud secara efektif (Nasution, 2024). 

Kolaborasi antar guru, antara guru dan orang tua, serta kolaborasi dengan masyarakat dapat memberikan kontribusi yang signifikan dalam pengembangan kurikulum yang lebih komprehensif. Dengan melibatkan berbagai pihak, kurikulum yang dihasilkan tidak hanya akan mencakup aspek akademis, tetapi juga nilai-nilai sosial dan moral yang penting. Pentingnya etika, toleransi, dan empati dalam pendidikan sangat relevan, terutama untuk menciptakan lingkungan belajar yang aman dan mendukung. Hal ini juga akan membantu siswa memahami dan menghargai perbedaan di antara mereka, yang pada gilirannya dapat mengurangi atau bahkan mencegah perilaku bullying. Dengan materi ajar yang dirancang secara kolaboratif, guru dapat mengintegrasikan pendidikan karakter ke dalam berbagai mata pelajaran, sehingga siswa tidak hanya belajar tentang teori, tetapi juga bagaimana menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari. Lapangan praktek, diskusi, dan proyek kolaboratif dapat menjadi cara yang efektif untuk menanamkan nilai-nilai ini. Sebagai tambahan, melibatkan siswa dalam proses pembelajaran dan memberikan mereka ruang untuk berinteraksi dan berkolaborasi dapat meningkatkan pemahaman mereka mengenai pentingnya saling menghormati dan memahami satu sama lain. Dengan cara ini, siswa tidak hanya menjadi penerima informasi, tetapi juga pelaku aktif dalam menciptakan lingkungan yang positif di dalam komunitas mereka. 

Kolaborasi antara guru dan orang tua memiliki dampak signifikan terhadap perkembangan karakter siswa. Dengan melibatkan kedua pihak dalam proses pembelajaran, siswa mendapatkan berbagai pendekatan yang mendukung pengajaran nilai-nilai penting, seperti kebersamaan dan empati. Melalui kerjasama ini, siswa tidak hanya mendengar satu perspektif, tetapi juga memperoleh wawasan yang lebih luas dan mendalam tentang nilai-nilai tersebut. Dalam konteks penanganan bullying, kolaborasi antara orang tua dan guru sangat krusial. Komunikasi yang baik antara keduanya memungkinkan mereka untuk saling bertukar informasi dan strategi guna mengidentifikasi dan menangani perilaku bullying yang mungkin terjadi. 

Dengan berbagi pengalaman dan pengamatan, mereka dapat merumuskan rencana aksi yang lebih efisien dan komprehensif. Selain itu, kolaborasi ini juga membuka peluang untuk mengembangkan program pendidikan yang mengedukasi siswa tentang pentingnya saling menghargai dan memahami perbedaan. Misalnya, program workshop atau diskusi yang melibatkan siswa, guru, dan orang tua dapat dijadwalkan secara berkala untuk meningkatkan kesadaran dan pengetahuan tentang isu-isu bullying. Dengan pendekatan yang holistik seperti ini, diharapkan siswa dapat tumbuh menjadi individu yang lebih empatik dan memiliki keterampilan sosial yang baik, sehingga lingkungan sekolah menjadi lebih aman dan mendukung bagi semua siswa. 

C. Peran Guru Sebagai Pembimbing dan Pengarah 

Peran guru dalam pendampingan peserta didik untuk menghindari bullying sangat penting dan multifaset. Berikut beberapa cara agar guru dapat berperan aktif dalam menciptakan lingkungan belajar yang aman dan mendukung diantaranya membangun kesadaran, menciptakan lingkungan yang aman, membimbing melalui contoh, mengajak siswa dalam diskusi, menyusun kesepakatan kelas, mengadakan kegiatan positif, mendukung korban dan pelaku, dan melibatkan orang tua. Tidak hanya itu saja, tetapi juga dengan penerapan ini guru dapat menciptakan iklim sekolah yang lebih positif dan mendorong siswa untuk berperilaku baik antara satu dengan yang lainnya. Sehingga mengurangi kasus bullying di dalam lingkungan sekolah. 

Peran guru dalam mendampingi peserta didik sangat penting, baik di dalam maupun di luar kelas. Dalam konteks yang diuraikan, guru tidak hanya berfungsi sebagai penyampai pesan atau materi pelajaran, tetapi juga sebagai teladan dan pembimbing moral bagi siswa. Ada beberapa aspek yang bisa ditonjolkan dalam peran guru dalam mendampingi peserta didik, diantaranya adalah pembimbing karakter, pendidikan social dan emosional, pendampingan dalam kegiatan sekolah, pengawasan dna respons terhadap kenakalan, pendekatan individual, dan integrase dalam proses pembelajaran. Melalui hal ini guru tidak hanya mendidik siswa secara akademik tetapi juga membantu mereka tumbuh menjadi individu yang bertanggung jawab, empatis, dan sesuai dengan nilai-nilai yang diharapkan dalam konteks pendidikan di Indonesia. 

Hal ini memang sering terjadi dalam sebuah sekolah yang membully dan juga menjadi korbannya. Komisioner Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) Aris Adi Leksono menyatakan bahwa ada data pengaduan di KPAI dan menunjukkan kekerasan anak pada awal tahun 2024 sudah mencapai 141 kasus. Dari seluruh aduan tersebut 35% diantaranya terjadi di lingkungan sekolah. Dari hasil pengawasan menunjukkan kekerasan kepada anak di satuan pendidikan cenderung dilakukan secara kelompok. Sepanjang awal tahun 2024, ada 46 kasus anak mengakhiri hidup mereka. Dari total kasus ini 48% diantaranya terjadi di satuan pendidikan atau anak korban masih memakai pakaian sekolah. 

Tempo.com
Tempo.com

 4. Kesimpulan 

Bullying adalah masalah serius yang dapat mempengaruhi kesejahteraan dan perkembangan anak-anak. Tindakan ini dapat berupa perilaku fisik, verbal, atau sosial yang bertujuan untuk menyakiti atau mengintimidasi korban. Dampak dari bullying tidak hanya dirasakan oleh anak-anak yang menjadi korban, tetapi juga dapat mempengaruhi lingkungan sekolah dan masyarakat secara keseluruhan. Tindakan bullying yang terjadi secara berulang-ulang tidak hanya menyebabkan trauma fisik, tetapi juga gangguan psikologis seperti kecemasan, depresi, dan masalah dalam berinteraksi sosial. Anak-anak yang mengalami bullying sering kali merasa terisolasi, kehilangan kepercayaan diri, dan mungkin mengalami penurunan prestasi akademik. 

Dalam konteks Undang-Undang Perlindungan Anak Nomor 35 Tahun 2014, penting bagi kita untuk menjamin hak setiap anak untuk mendapatkan perlindungan dari segala bentuk kekerasan dan diskriminasi. Upaya pencegahan dan penanganan bullying perlu dilakukan secara bersama-sama oleh orang tua, guru, dan komunitas untuk menciptakan lingkungan yang aman dan mendukung bagi semua anak. Melibatkan anak-anak dalam dialog mengenai pentingnya empati, menghargai perbedaan, dan pentingnya melaporkan tindakan bullying juga merupakan langkah yang penting. Pendidikan tentang bullying juga dapat dimasukkan dalam kurikulum sekolah untuk membantu siswa memahami konsekuensi dari tindakan mereka dan mengajarkan mereka cara berperilaku yang lebih positif dan inklusif. Dengan upaya bersama, kita dapat membantu menciptakan lingkungan yang lebih aman dan ramah bagi anak-anak. 

Kolaborasi antara orang tua dan guru memang merupakan komponen kunci dalam menciptakan hubungan pendidikan yang positif dan mendukung perkembangan siswa. Dalam konteks modern, dimana teknologi dan isu-isu social seperti bullying semakin menjadi perhatian, kerjasama ini menjadi semakin krusial. Beberapa alasan mengapa kolaborasi ini penting dan bagaimana cara untuk memperlakukannya, diantaranya adalah komunikasi yang efektif, pengawasan bersama, pengembangan karakter, penggunaan teknologi, pelibatan dalam kegiatan sekolah, pendekatan positif untuk masalah social. Kolaborasi yang kuat antara orang tua dan guru tidak hanya bermanfaat untuk meningkatkan prestasi akademik siswa, tetapi juga untuk membangun karakter dan menciptakan suasana belajar yang aman dan menyenangka. Dengan saling mendukung dan bekerja sama, kita dapat saling membantu anak-anak kita dalam menghadapi tantangan zaman ini dengan lebih baik lagi. 

5. Daftar Pustaka

Hakim, Nur, Nur Luthfi R.H, R.N.D. (2023). Hubungan Orang Tua dan Guru dalam Mencegah Bullying. UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Awwaliyah : Jurnal PGMI. Vol. 6(2). Pp. 110-111. 

Suriani. (2024). Kolaborasi Guru PAI dalam Mengatasi Perilaku Bullying. UPTD SDN 013848 Gedangan. Jurnal Ilmu Tarbiyah dan Keguruan. Vol. 2(2). Pp. 309-317. 

Haris, H. Rofiatul, F.Q.H., I.F, .Widiyanto,  (2023). Sinegritas Orang Tua dan Guru Untuk Menghindari Perilaku BUllying di MI/SD. Universitas Islam Negeri KH. Ahmad Siddiq Jember. PROMOTOR : Jurnal Mahasiswa Kesehatan Masyarakat. Vol. 6(1). Pp. 11-15. 

A.L., Choiriyah, H.K., Masruroh Siti, N.I., Siti.(2024). Peran Guru dalam Pencegahan Bullying di Sekolah. Universitas Gresik. Jurnal Education : Jurnal Manajemen Pendidikan. Vol. 1(2). Pp. 112-126. 

A.R., Akhwani, Cahya Octavia, Wahidiyani. (2024). Peran Guru dalam Pendampingan Peserta Didik Untuk Mewujudkan Sekolah Bebas Bullying di SD. Universitas Nahdatul Ulama Surabaya. Surabaya. Indonesia Research Journal on Education. Vol. 4(3). Pp. 1044-1053. 

Aini Rheina Safaat. (2023) Tindakan Bullying di Lingkungan Sekolah yang Dilakukan Para Remaja. Universitas Tarumanegara. Grogol Petamburan. Indonesia Research Journal on Journal Global Ilmiah. Vol.1(2). 

Angga Munandar. (2023) Kolaborasi Orang Tua Dan Guru Membentuk Generasi Handal, Menekan Angka Bullying. Kompasiana. 

https://www.kompasiana.com/anggamunandar1830/65732c5012d50f565303eef2/kolaborasi-orang-tua-dan-guru-membentuk-generasi-handal-menekan-angka-bullying

Ki Max (2024). Bullying: Pengertian, Bentuk, dan Dampaknya. Umsu. 

https://umsu.ac.id/berita/bullying-bentuk-dan-dampaknya/  

H.M Rochman, Rizqi, Widyaningtyas. (2023). Implementasi Kebijakan Anti-Bullying Sekolah Adipangastuti di SMAN 1 Surakarta. Universitas Muhammadiyah Surakarta. Vol. 8(1). 

Arif Fitriawan, Firmansyah. (2021). Peran Guru dalam Penanganan dan Pencegahan Bullying di Tingkat Sekolah Dasar. Universitas Selamat Sri Kendal. Vol. 2(3)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun