Mohon tunggu...
Arkin Kisaran Putra Abdya
Arkin Kisaran Putra Abdya Mohon Tunggu... -

Mahasiswa UIN Ar-Raniry Banda Aceh

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup Pilihan

Ayah, Akhirnya Aku Sarjana

26 Januari 2017   00:51 Diperbarui: 26 Januari 2017   01:09 2564
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dari kejauhan terlihat pancaran wajah penuh bahagia, pada seorang wanita hebat yang sangat kukagumi. Sosok itu terlihat rapi dengan kemeja berwarna putih dan rok berwarna hitam. Setiap orang yang datang menjumpainya untuk memberikan ucapan selamat selalu disambut dengan hati yang gembira dan penuh ramah tamah. Dia tersenyum seperti tanpa beban, jelas memperlihatkan kalau dia sedang bahagia.

Terlahir dari keluarga sederhana, dari pasangan (Alm) Mukhlis dan Erawati 22 Tahun silam di Labuhan Haji, Aceh Selatan pada tanggal 4 September 1994, tak membuatnya surut dalam mewujudkan cita-cita. Bagi gadis bungsu dari enam bersaudara ini kesuksesan itu berhak dimiliki oleh semua orang, baik kaya maupun miskin. Menurutnya, yang menjadi penentu adalah usaha dan doa yang kita lakukan. Semakin giat kita berusaha dan berdoa maka semakin dekat kesuksesan kita, begitu juga sebaliknya.

Mulia Nigita, mahasiswi asal Aceh Singkil begitu bangga atas keberhasilan mengeyam pendidikan tinggi di Universitas Islam Negeri (UIN) Ar-Raniry Banda Aceh setelah dinyatakan lulus pada sidang munaqashah (sidang skripsi), Rabu 25 Januari 2017 oleh tim penguji di aula sidang kampus setempat. Masing-masing, Zubaidah, M.Ed selaku ketua, Nazaruddin, S.Ag., S.IP., M.LIS selaku sekretaris dan Dr.M.Nasir, M.Hum dan Ruslan, M.LIS masing-masing sebagi penguji I dan II.

Hal ini cukup dimaklumi karena mahasiswi prodi S1 Ilmu Perpustakaan Fakultas Adab dan Humaniora ini menyelesaikan kuliah dengan hasil keringatnya sendiri dengam menjual baju secara online. Aktifitas bisnis ini dilakukan sejak semester 2 untuk biaya kuliah hingga sekarang.

“Puji syukur kepada Allah, akhirnya impian almarhum papa agar anak gadisnya sarjana sudah terwujud. Sebentar lagi gita wisuda, Alhamdulillah gita telah menunaikan amanah papa, semoga almarhum papa bangga melihat keberhasilan anaknya”,kata Gita mengawali cerita wisuda tanpa kehadiran papa, Rabu (25/1) sore.

Awalnya menurut Gita, sejak kepergian ayahnda tercinta, dia seperti kehilangan jati diri. Semangat belajar tiba-tiba menurun, ada ketakutan menyelimuti saat tulang punggung keluarga tiada. Siapa yang akan menyekolahkannya hingga sarjana. Berharap terlalu banyak pada Ibu, kakak dan abang mereka juga punya kehidupan dan tanggungjawab pada keluarga dan anak-anaknya sendiri.

“Kebahagiaan ini akan sempurna andai papa masih ada disini, namun gita sangat bersyukur bunda selalu hadir, tetap kuat walaupun sebenarnya beliau tidak sanggup lagi. Beliau wanita hebat yang mampu berperan ganda menjadi ayah dan ibu yang selalu ada setiap waktu untuk gita. Terima kasih umak, Pa, lihatlah anakmu sekarang, gita sudah menepati janji pada papa.”,katanya.

Menurutnya,  usai lulus dari SMA Ibunda dan kakak-kakaknya melarang untuk melanjutkan studi ke perguruan tinggi. Bukan tanpa alasan mereka kuatir tidak mampu menyekolahkannya hingga sarjana.

“Gita mengerti kenapa umak melarang, karena umak takut dan merasa malu dengan orang kampung jika gita putus ditengah jalan dan tidak mampu menyelesaikan studi. Namun bermodal nekat dan pesan amanah papa, gita tetap harus kuliah”,jelasnya dengan mata yang berkaca-kaca.

Meskipun dulunya, gadis bungsu yang baru saja menginjakkan kaki ke bangku SMA harus menerima kenyataan di tinggal pergi selamanya oleh ayahanda tercinta. Sering diejek dan diremehkan, tidak mungkin anak yatim dan Ibundanya hanya seorang penjual martabak bisa menyekolahkannya hingga sarjana. Anak gadis yang dulunya manja justru membuktikan bermodal nekat dan keseriusan, akhirnya bisa sarjana.

“Dengan segala keterbatasan yang ada, Gita terus berusaha untuk bisa lulus SMA. Ada sedikit semangat belajar yang luntur karena rasa pesimis yang menghantui. Sempat terfikir dalam hati, buat apa belajar serius dan mendapatkan nilai bagus. Namun tak ada yang membiayaiku melanjutkan kuliah ke perguruan tinggi.”,cerita Gita.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun