Mohon tunggu...
Arkilaus Baho
Arkilaus Baho Mohon Tunggu... -

Kutipan Favorit: DIATAS BATU INI SAYA MELETAKAN PERADABAN ORANG PAPUA, SEKALIPUN ORANG MEMILIKI KEPANDAIAN TINGGI, AKAL BUDI DAN MARIFAT TETAPI TIDAK DAPAT MEMIMPIN BANGSA INI, BANGSA INI AKAN BANGKIT DAN MEMIMPIN DIRINYA SENDIRI.Pdt.I.S.Kijsne Wasior 25 Oktober 1925

Selanjutnya

Tutup

Money

Pabrik Sagu di Antara Freeport, BP Migas, MIFEE dan HPH

27 Januari 2012   15:16 Diperbarui: 25 Juni 2015   20:23 1103
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tokok Sagu ( Pengolahan Sagu secara Tradisional/zonadamaiwordpres. Bagaimana dengan pengolahan sagu melalui pabrik ( modern ).

Memandang hutan sagu di pesisir Timika yang sudah kering, saya terharu dan menyesal sekali. Limbah freeport yang mengandung merkuri bikin kering pepohonan yang tumbuh, termasuk sagu. Penduduk setempat mencari sagu harus berjalan sejauh puluhan kilo meter untuk mendapatkan sagu yang masih segar untuk di tokok ( di olah secara tradisional ). Kesedihan pun mencuat seketika melihat suku Nebes di Aranday ( lokasi sumur minyak BP ), mereka merakit potongan sagu yang didapatnya dari jauh untuk didatangkan ke tempat hunian mereka. Pabrik sagu milik PT. Jayanti Grub di distrik Arandey misalnya, semasa jayanya, jutaan pohon sagu di tebang begitu saja tanpa penanaman kembali. Pabrik tersebut kemudian membuka lokasi hunian baru yang terkenal. Sejak beroperasi tahun 1980an, kota dan keramaian muncul di sana. Bar dan diskotik, pembukaan kampung-kapung baru, pusat urbanisasi penduduk kota ke daerah ini begitu tinggi. Sayang, pabrik tersebut kini tinggal bangkai saja sejak reformasi 1998 menurunkan Suharto dan kroni-kroninya. Kampung-kampung di sekitar distrik Arandai, sebelum masuknya BP menjadi sunyi senyap.

132767672797611493
132767672797611493
salah satu gambar pembabatan hutan sagu Papua ( foto Greenpeace )

Kekesalan campur keresahan yang begitu lama, sampai kapan nasib sagu di Bumi Papua bisa dilindungi bahkan di olah?. Kini harapan itu muncul sudah. Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN), Dahlan Iskan, menugasi Perum Perhutani dan PT Inhutani untuk membangun pabrik pengolahan sagu sekaligus perkebunan sagu di Papua. "Pembangunan pabrik sagu dan pengembangan kebun sagu bagian dari respon BUMN untuk mendukung proyek pemerintah menyukseskan pembangunan di Papua," katanya usai mengikuti pertemuan 141 direksi dan komisaris BUMN dengan Badan Pemeriksa Keuangan (BPK), di Jakarta, Selasa. Pak Dahlan Iskan, kenapa hari segini baru mimpi bangun pabrik sagu?. Toh lahan sagu sudah punah. Punah karena diterjang ombak limbah industri. Penebangan hutan untuk usaha ayu log pun meratakan pohon sagu. Pembabatan hutan sagu kerap dilakukan gerombolan pengusaha kayu  loging maupun pengusaha domestik yang usahanya cenderung merupakan usaha pribadi dan bukan milik negara. Sagu sudah habis dibabat perusahaan kelas kakap maupun pengusaha kayu. Pabrik pengolahan sagu pun harus hati-hati karena lokasi pohon sagu, seperti yang ada di Papua sudah merupakan bagian dari konsensi perusahaan, baik perusahaan perkebunan, pertambangan umum maupun pemegang hak pengelola hutan semacam HPH. Freeport kampling 2,6 juta hektar yang didalamnya terdapat sagu, MIFEE 1,2 juta helktar juga paling banyak tumbuh sagu disini. British Petroleum di Bintuni masuk setelah Jayanti Grub milik Almarhumah Ibu Tien Suharto meratakan sagu di sekitar distrik Aranday hingga kampung Nebes. Proyek tersebut begitu mulia, selain mengembangkan produk makanan lokal, lapangan kerja juga terbuka lebar. Bahkan, penanaman kembali pohon sagu semakin menambah kekayaan alam yang selama ini dianggap remeh oleh penguasa tertentu. Pujian dan hormat kepada pak Dahlan yang memerintahkan jajarannya untuk kembali menumbuhkembangkan makanan lokal. Sagu memang produk yang banyak segi pengolahannya. Selain untuk papeda, di olah menjadi tepung dan segala jenis bahan makanan. Adapun investasi yang dibutuhkan pada tahap awal demi mendirikan pabrik sagu maupun penanaman kembali berkisar Rp50 miliar. Ini tindakan bermutu yang di jawab BUMN untuk merespon keinginan kamar dagang industri Papua. Mimpi yang terpendam, kini terwujud. Kebijakan revolusioner pak Dahlan patut di apresiasi. Sebagai anak Papua, saya bangga seketika pemerintah secara resmi membangun pabrik sagu. Luar biasa! Dengan resmi pembangunan pabrik sagu sekaligus penenaman kembali pohon sagu, pemerintah harus menegur sejumlah perusahaan yang beroperasi mengakibatkan punahnya sagu di Papua. Hadirnya kebijakan BUMN hari ini seakan membalikkan keadaan konsumsi beras di Papua lebih tinggi daripada sagu. Pohon sagu kini di lindungi, jangan sembarangan rusak hutan sagu. Pergilah ke neraka hai kalian para mosnter perusak hutan sagu Papua.

1327677174468580527
1327677174468580527
Papeda selain nama makanan khas orang Papua yang di olah dari pohon sagu, tetapi Papua Penuh Damai sebagai spirit utama penyelesaian masalah Papua.

http://regional.kompas.com/read/2012/01/27/20195448/.Food.Estate.Harus.Manfaatkan.Lahan.Tidur http://www.antaranews.com/berita/294220/inhutani-perhutani-bangun-pabrik-sagu-di-papua

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun