Mohon tunggu...
Arkilaus Baho
Arkilaus Baho Mohon Tunggu... -

Kutipan Favorit: DIATAS BATU INI SAYA MELETAKAN PERADABAN ORANG PAPUA, SEKALIPUN ORANG MEMILIKI KEPANDAIAN TINGGI, AKAL BUDI DAN MARIFAT TETAPI TIDAK DAPAT MEMIMPIN BANGSA INI, BANGSA INI AKAN BANGKIT DAN MEMIMPIN DIRINYA SENDIRI.Pdt.I.S.Kijsne Wasior 25 Oktober 1925

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Junta Sikap Terkait Gonjang Ganjing Bumi Papua

9 November 2011   04:38 Diperbarui: 25 Juni 2015   23:53 371
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Karni Ilyas kembali memberi ruang khusus bagi perdebatan tentang konflik Papua. Tema yg  begitu menarik sehingga terjadi tarik ulur pemikiran. Bergam pemikiran terkait konflik Papua; Freeport versus Jayapura ( Kongres III ) mengemuka pada persoalan, bahwa otsus sampai dimana, dan penembakan freeport tak pernah henti. Lalu dijawab oleh berbagai kalangan yang hadir pada acara Jakarta Lowyers Club ( JLC ) 8 November 2011. Dibawah ini merupakan pernyataan dari sejumlah pemikiran yang sempat penulis catat dan tentunya menjadi evaluasi bersama, apa dan mengapa konflik Papua membara.

TVONE menghadirkan kalangan pegiat HAM, TNI, POLRI, Eksekutif Papua, Legislatif Nasional serta kalangan freeport. Hadir juga mantan pemangku jabatan Papua dari periode sebelumnya hingga kini. Bahkan, keynote speece mantan wakil presiden Jusuf Kalla pun ikut hadir.

Nama-nama yang dicantumkan disertai pemikirannya akan menarik untuk dibaca, walaupun tidak ditulis dengan lengkap serta jabatannya, pemikiran berikut ditulis diawali dengan pernytaan awal di JLC lalu diakhiri dengan pernyataan akhir peserta diskusi.

Jakarta Lowyers Club 8 Novermber 2011 " Gonjang Ganjing Bumi Papua

Yusuf Kalla: perpanjangan kontrak karya freeport ke-2 tindakan bodoh negara sendiri

Jakarta Lowyers Club: Kontrak karya freeport diperpanjang sepuluh tahun sebelum jatuh tempo. Mestinya habis 2021 sudah ditambah sampai tahun 2041/47

Kontras: mendukung perjuangan buruh freeport

KOMNASHAM: kasus pelanggaran HAM di areal freeport tetap misteri karena pelakunya susah ditemukan

KOMNASHAM: dana dari freeport ke polisi ilegal

Kuasa Hukum PT.FI: Mekanisme perundingan solusi mogok di freeport, karena jalur pengadilan tidak bisa ketemu

Freeport: mengeluh karena tidak bisa produksi

Komisaris Freeport Marzuki Darusman: Timika sudah milik freeport

Komisaris Freeport: Marsuki Darusman, Andi Matalata, Thom Beanal, Alex Berauw

POLRI: medan di Papua sulit sehingga polisi tidak sanggup ungkap pelaku penembakan di freeport

POLRI: 887 personil diterjunkan ke Timika

KAPUSPEN TNI: tidak ada operasi militer di Papua, cuman hanya ada pengamanan perbatasan negara

Ahli Hukum Internasional: Freeport adalah wilayah negara Amerika Serika Serikat yang dianggap tidak sopan.

Pmpinan DPR RI: Papua harus diselamatkan

Wakil Ketua DPR RI: freeport perusahaan raksasa tapi tidak ada manfaat sama sekali

Priyo Budi: Jangan serta merta salahkan polisi, freeport otaknya

Gubernur Papua: terimakasih kepada indonesia atas perhatiannya kepada Papua

Bas Suebu: Indonesia kasi kebijakan ke Papua yang sebenarnya pemerintah pusat juga tidak tahu mekanismenya

Gubernur Papua: imigran yang ke Papua rata-rata miskin smua sehingga pemerintah berupaya tidak saja pada Papua asli

Suebu: birokrasi Papua jangan dihujat, karena disitulah NKRI hancur diPapua

Freddy Numberi: selama ini presiden ke luar negeri diserbu pertanyaan ada apa dengan Papua?

Numberi: NKRI harus hidup, tetapi jangan harga mati

Suebu: UP4B ( upaya persepatan pembangunan Papua dan Papua Barat ) tidak cukup

Diaz Gwijangge: Kasus timika ( penembakan ) dan Jayapura ( pembubaran paksa kongres ) hanya lahan bisnis orang-orang yang punya kepentingan semata di Papua

Mantan Ketua Pansus Otsus Papua: kapolda Papua harus orang Papua yang diangkat oleh Gubernur

Ryas Rasyid: Otsus Papua adalah proyek pengembalian harga diri. Seperti kasus freeport sekarang belum menyentuh otkus (otonomi khusus Papua )

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun