Mohon tunggu...
Arkilaus Baho
Arkilaus Baho Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

Duluan ada manusia daripada agama. Dalam kajian teori alam, bahwa alam semesta ini usianya 14.000 juta tahun, baru setelah 10.000 juta tahun kemudian terdapat kehidupan di bumi ini. Manusia jenis Homo Sapiens baru ada 2 juta tahun yang lalu, sedangkan keberadaan agama malah lebih muda dari kemunculan agama yaitu 5 ribu tahun lalu. B.J Habibi

Selanjutnya

Tutup

Politik

Tra Mungkin Quick Count Pilpres 2009 dengan 2014

10 Juli 2014   09:40 Diperbarui: 18 Juni 2015   06:47 1122
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption id="attachment_314792" align="aligncenter" width="529" caption="hasil sementara dari 12 rilis Quick Count"][/caption]

Sejak pemilu langsung untuk presiden, belum pernah ada jumlah kandiat 1 dan 2. Biasanya lebih dari itu. Ini cukup berpengaruh juga pada pengalaman hitungan cepat. Artinya belum pernah ada lembaga yang hasil hitungan cepatnya tepat soal pasangan capres yg maju pada pilpres langsung dengan kandidat 1 atau 2. Jadi, kalau ada yang telah sukses di tahun 2009, jangan samakan dengan tahun 2014, karena peserta pilpres tahun 2009 dengan 2014 beda jumlah kandidat. Disinilah mengapa berakhir pada Quick Count yang mengklaim masing-masing menang.

Rata-rata rilis hitungan cepat hanya beda tipis, antara 0,..2 persen. Baik yang memenangkan Prabowo-Hatta maupun Jokowi-JK. Pada prinsipnya, demokrasi mengedepankan suara terbanyak, seorang yang ungguk diatas 20 persen suara, otomatis klaim bisa menang. Begitu juga, rilis dari sejumlah lembaga hitungan cepat, 11 dari 56 lembaga survey yang masuk di situs KPU (baca: lembaga survei dan lembaga quick count pilpres 2014 berdasarkan data dari KPU), sama-sama tahan formula temuan mereka dari sebelum pemilihan hingga coblos. Ada yang bilang itu hasil sesuai dengan 3-4 kali kami survey dan tak meleset.

Dari 12 lembaga yang meliris hasil Quick Count, 4 lembaga unggulkan Prabowo sedangkan 8 lembaga unggulkan Jokowi. Bahkan, sebelum total sampel 100 persen masuk, sudah ada yang duluan memenangkan kubu tertentu. Dari dua belas publikasi hasil itu, hanya litbang kompas yang transparan dengan data mereka. Perolehan suara sementara total Sampel (%) 100,00%. (Suara Sah : 70,37 %, Suara Tidak Sah : 0,94 %, Suara Tidak Digunakan : 28,69 %).

[caption id="attachment_314791" align="aligncenter" width="530" caption="Sumber: Kompas.com"]

14049344381796093169
14049344381796093169
[/caption]



Data kompas diatas sebagai gambaran bagi orang awam agar lebih mudah memahami cara hitung cepat versi mereka kenapa sampai hasilnya demikian. Sementara umumnya, Quick Count yang ada selain litbang kompas, hanya menyebutkan sampling eror sekian persen.

Hasil hitungan cepat kemarin belum membuahkan hasil, siapa sebenarnya pemenang. Walaupun 8 QC unggulkan Jokowi versus 4 QC unggulkan Prabowo, tetap tidak ada tanda-tanda kemenangan. Maksud penulis, belum ada ucapan resmi atas kemenangan siapa. Yangada hanya masing-masing saling ucapkan selamat. Itu artinya, rilis QC yang beredar dari pilpres ini sama-sama menang.

Apalagi, tarada satu kubu yang unggul telak, maka itu sepakat bahwa, untuk hasil pilpres 2014 ini, KPU yang menentukan pada 22 Juli 2014 mendatang. Disanalah siapa pemenang sesungguhnya. Dan sejarah pilpres yang kandidatnya cuma 1-2 ini, belum ada Quick Countyang berhasil atau paling tidak mencetak sejarah. Untuk itu, kita jangan samakan pengalaman survey pilpres 2009 dengan pilpres 2014, sebab (tra mungkin) petarungnya sedikit dan tidak lebih dari 3 kandidat. Sukses QC di 2004-2009, belum tentu di 2014.

TV One dari siang hingga malam buat thema “Presiden Pilihan Rakyat”, sementara beritasatu siangnya buatkan judul “Welcome Mr. Jokowi-JK”, malamnya bertema “selamat datang pemimpin baru”. Begitu pula, imbas dari rilis hitungan cepat yang rata-rata unggul tipis, disambut masing-masing kubu. Ibarat bom waktu, 22 Juli akhir dari semuanya. Semoga semua pihak menerima real count KPU.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun