Mohon tunggu...
Arkilaus Baho
Arkilaus Baho Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

Duluan ada manusia daripada agama. Dalam kajian teori alam, bahwa alam semesta ini usianya 14.000 juta tahun, baru setelah 10.000 juta tahun kemudian terdapat kehidupan di bumi ini. Manusia jenis Homo Sapiens baru ada 2 juta tahun yang lalu, sedangkan keberadaan agama malah lebih muda dari kemunculan agama yaitu 5 ribu tahun lalu. B.J Habibi

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Salah Urus: Ekonomi Malaysia di Bawah Indonesia

17 Juni 2013   18:54 Diperbarui: 24 Juni 2015   11:52 5184
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption id="attachment_249419" align="aligncenter" width="646" caption="Perbandingan RI-Malaisya"][/caption]

Salah satu Perusahaan Jasa dan Layanan yang berkedudukan di Amerika Serikat,  Oppenheimer,  merilis bahwa Republik Indonesia Jadi negara ekonomi terbesar ke-16 dunia, kalahkan Malaysia. Indonesia tercatat menduduki peringkat ke-16 dari 40 negara dunia untuk kategori negara dengan perekonomian terbesar, mengalahkan Malaysia yang berada di posisi ke-36. Seperti dilansir dari Business Insider, Senin (17/6/2013), John Stoltzfus kepala strategi investasi di Oppenheimer baru-baru ini merilis daftar negara-negara dengan ekonomi paling besar di dunia berdasarkan produk domestik brutonya (PDB).

Mengerikan, juga bangga. Mengerikan karena disebut sebagai negara ekonomi besar tetapi  harga Bahan Bakar Minyak justru naik. Demo penolakan atas kenaikan BBM hampir merata dilakukan dalam negeri. Petronas dari Malaisya menguasai minyak di Indonesia daripada BUMN RI seperti Pertamina. Bangga karena Indonesia, di bukukan sebagai negara ekonomi cukup besar di dunia.

Ekonomi terbesar tentu di dukung dengan pertumbuhan ekonomi. Bagi kaum awam, cara mudah memahami PDB yang digunakan sebagai ukuran pertumbuhan ekonomi. Produk domestik bruto (PDB) mengacu pada nilai pasar semua barang dan jasa yang diproduksi di suatu negara dalam suatu periode tertentu. PDB per kapita (GDP per warga negara) sering dianggap sebagai indikator standar suatu negara.

Rumus adalah: PDB = C + I + G + X-M. Dimana:

C = Konsumsi

I = Investasi

G = pengeluaran pemerintah

X = Ekspor

M = impor

PDB per kapita juga disebut PDB per warga negara atau PDB per orang diperoleh dengan membagi PDB dengan jumlah penghuninya. Merupakan nilai barang dan jasa yang dihasilkan oleh negara-negara yang berbeda dan itu digunakan untuk membandingkan kesejahteraan penduduk masing-masing.

PDB per kapita = PDB / jumlah Penduduk. PDB per kapita sering dianggap standar suatu negara hidup. Tingkat pertumbuhan produk domestik bruto adalah perubahan bereksperimen dengan PDB (produk domestik bruto) selama periode waktu. Adalah rasio antara PDB dan PDB periode n-1, dinyatakan dalam persentase. Tingkat pertumbuhan tahunan dalam n (%) = [(PDB periode n - periode PDB (n-1) / PDB periode (n-1)] x 100.

Suatu perbandingan Indonesia dan Malaisya bisa anda temukan pada situs countryeconomy.com, tak jauh beda dengan temuan Oppenheimer. Cuman, bila di telusuri lebih jauh, perbandingan (compare) antara Indonesia dengan Malaisya pada tahun 2012, tercantum suatu grafik tentang; Government, Markets, Prices, Money, Socio-Demography. Dari segi jumlah penduduk Indonesia unggul. Lihat grafik perbandingan pada gambar.

[caption id="attachment_249416" align="aligncenter" width="600" caption="Perbandingan Ekonomi Indonesia Malaisya"]

13714694481502898988
13714694481502898988
[/caption]

Keunggulan Indonesia atas Malaisya yang dilansir halaman Amerika tersebut seakan suatu pemustahilan belaka. Realitas sosial dan tingkat kesejahteraan warga Indonesia yang minim saat ini. Hadirnya publikasi seperti itu hanya menuai pesimitas dari publik. Bahkan sejumlah kolom komentar pada halaman media, pegiat dunia maya menuding bahwa berita tersebut bohong dan mengada ada saja.

Realitas investasi asing di Indonesia, perusahaan dari Malaisya justru mendominasi dan bersaing dengan investor dari Eropa, Cina dan AS. Kelapa sawit, minyak dan gas, bahkan pengelolaan kayu dan tambang pasir, Malaisya cukup menguasai lahan lahan bisnis tersebut. Lalu besarnya Indonesia dari segi ekonomi melalui PDB, apakah merupakan kebanggaan kita?

Boleh saja ukuran ekonomi negara dianggap besar baik oleh statistik ekonomi dunia maupun pemerintahan neoliberal saat ini. Tetapi, seharusnya, besarnya kapasitas ekonomi negara justru berdampak pada kemajuan di segala sektor. Efektivitas ekonomi bagi kesejahteraan (kapitalisme kesejahteraan) jauh dari nyata.

[caption id="attachment_249420" align="aligncenter" width="580" caption="Sikap pesimis atas publikasi Oppenheimer di salah satu rubrik komentar"]

1371469701539182069
1371469701539182069
[/caption]

Pada kenaikan Bahan Bakar Minyak (BBM) tahun 2013, banyak pengamat yang beranggapan bahwa kenaikan harga akan membawa multiple effect bagi kehidupan rakyat. Pengamat migas, Kurtubi, membeberkan 9 dampak kenaikan BBM. Satu, harga barang dan jasa akan meningkat. Inflasi diperkirakan mencapai 7,7 persen hingga 8 persen. Dua, daya beli rakyat akan menurun: menjelang bulan puasa, lebaran, dan tahun ajaran baru. Tiga, Kenaikan upah buruh digerus oleh penurunan daya beli yang signifikan. Empat, suku bunga akan naik, sedangkan investasi akan turun. Lima, pertumbuhan ekonomi akan menurun. Enam, pengangguran meningkat. Tujuh, ketergantungan terhadap minyak impor tetap tinggi. Delapan, ketahanan energi nasional makin rawan. Sembilan, kebijakan harga BBM “dipolitisasi” sendiri oleh pemerintah dengan mensyaratkan kenaikan harga BBM dengan dana kompensasi pada saat pemilu kurang dari setahun lagi.

Entahlah. Sumber daya alam yang melimpah, jumlah penduduk dan konsumsi rakyat yang tinggi, akan kah seyogyanya dapat disimpulkan bahwa ekonomi Indonesia diatas Malaisya? Kenyataanya pada pemerintah selama hanya satu: salah urus!

Artikel ini dipersembahkan kepada warga negara Indonesia yang turun ke jalan menolak kenaikan BBM

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun