Narasi visual diawali dengan pertanyaan: Bagaimana anda akan bertahan ketika berbulan-bulan ditahan secara paksa? Apa yang membuat anda bertahan? Kepada siapa anda meminta pertolongan? Penyanderaan hari ke-1. 8 Januari 1996, di hutan pedalaman Papua Barat seorang Geolog Belanda Mark Van Der Wal dan pasangannya (istrinya) yang sedang hamil Martha Klein mengikuti sebuah ekspedisi ilmiah dari Inggris yang meneliti alam pegunungan Lorenz. Mereka berdua baru saja bergabung dengan ekspedisi ilmiah ini ketika sesuatu yang tidak diinginkan terjadi.
Diawal wawancara, Mark Van Der menyebut ada banyak orang dengan berpakaian tradisional dan bersenjata tradisional teriak-teriak. Namun diakhir wawancara ini, Mark bilang dia melihat ada kabel melintang dan itu tandanya kopasus sudah disekitar Mereka. TVN Belanda menyebut sebelumnya OPM menembak mati dua sandera jelang penyergapan oleh pasukan kopassus.
Mark Van Der Wal membuka tabir penyanderaan kala itu dalam wawancara TVN Belanda. Ketika itu banyak teriakan dari begitu banyak kelompok orang dengan pakaian dan senjata tradisional, cerita Mark. Wawncara kemudian fokus pada kisah tentang perjalanan selama di hutan. Naik gunung turun gunung, medan yang cukup berat dan melelahkan. Lalu kemudian, kesaksian berlanjut pada bagaimana mereka selama dihutan berada dalam kendali OPM. Martha Klein yang tengah hamil kala itu cukup riskan dan semakin beresiko dengan wabah malaria di hutan-hutan yang tak jauh dari areal freeport.
Proses negosiasi sengit ini berakhir. Pihak OPM menolak menyerahkan Sandera kepada Palang Merah Internasional. Mereka juga tidak percaya dengan indepensi PMII ini. Sejarah OPM juga menuliskan Kelly dan Kwalik, tokoh OPM yang berhasil mengudarakan perjuangan rakyat Papua.
Sejarah militer Indonesia dalam hal ini Kopasus dikenal dengan pembebasan sandera Woila di kamboja oleh Benny Moerdani dan Prabowo Subianto dengan pembebasan sandera di Papua.
TVN Belanda mengabadikan kisah dua warganya yang disandera di Indonesia. Video berdurasi 15 menit dengan judul “Gegijzeld in Indonesie” ini kemudian di publish oleh Gerindra TV di Youtube dengan judul: Operasi Pembebasan Sandera oleh Prabowo Subianto. Cuplikan tersebut menempatkan salah satu calon presiden 2014 sebagai sosok yang bertanggungjawab pada misi ini. Operasi pembebasan sandera oleh Kopassus. Tim elit militer Indonesia kala itu dibawah komando Prabowo Subianto. 17 tahun paska pembebasan ini, dia maju sebagai calon presiden RI 2014 dari Partai Gerakan Indonesia Raya (GERINDRA).
Kisah tentang dua warga negara Belanda yang diabadikan disini. Geolog Belanda Mark Van Der Wal dan Istrinya Martha yang tengah hamil di hutan belantara semasa peristiwa sandera.
Tujuh belas tahun lalu, peristiwa Mapenduma sekarang Lany Jaya, 8 Januari-Juni 1996 silam, selain mengharumkan nama organisasi Papua Merdeka maupun prestasi dari pasukan elit Indonesia bernama Kopassus, peristiwa tersebut menobatkan kampanye Papua merdeka dikenalkan kepada dunia Internasional.
Bahkan, menjelang akhir tahun 2013 lalu, organisasi hak asasi manusia yang bermarkas di Hongkong (AHRC) mengeluarkan satu laporan genosida Papua. Dalam isi dokumen tersebut, tercatat bahwa proyek penelitian yang dibiayai negara inggris tersebut bertujuan memetakan gerakan separatis Papua. Sampai pada dukungan pesawat dari negara Amerika dan Australia serta Belanda kepada Indonesia untuk menjalankan operasi militer di daerah pegunungan tengah Papua Bagian Barat. Daerah dimana konsensi freeport sudah final.
Kelly dan Kwalik (Titus Murib dan Kwalik), bermarkas di Kali Kopi dengan nama KODAP III TPN/OPM Timika. Komandan Operasi mereka ialah Goliat Tabuni yang kini bergeser ke Puncak Jaya dan bertahan sampai sekarang. Peran mereka begitu luar biasa dalam peristiwa tersebut. Mereka membenarkan maksud jahat dari peneliatian basis OPM yang dibungkus dengan stigma penelitian taman Lorenz. Kebenaran itu teringkap sudah, dan publik baru sekarang tau kenapa ada penyanderaan. Padahal Kelly Kwalik di hutan belantara sana, tidak tau menahu informasi penelitian ini punya maksud tertentu soal pejuang Papua Merdeka.
Dengan kejujuran dan keiklasanya selama berjuang, sosok yang dimasanya begitu ditakuti oleh perusahaan freeport. Sehari sebelum dia dibunuh oleh Densus 88 Mabes Polri Desember 2009, Alm. Kwalik sempat ditegur kerabatnya agar kembali ke markasnya karena tentara Indonesia sudah tau keberadaanya di pinggiran kota Timika. Kelly Kwalik membalasnya dengan mengatakan “saya harus meninggal di kota, supaya dunia tau. Kalau saya mati di hutan, orang bisa beramsusi macam-macam bahkan tidak tau kalau dia sudah meninggal”.
Foto-foto diatas dari video wawancara. Simak video, disini
Dokumen Laporan AHRC tentang Genosida Papua, disini
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H