[caption id="attachment_332677" align="aligncenter" width="426" caption="Aktivis ETAN di AS Soroti Ryamizard Ryacudu Terkait Theys Eluay dan DOM Aceh (Sumber VOA via pusaka.or.id)"][/caption]
Sebelum Bahan Bakar Minyak naik, pemerintahan dibawah kendali megagawat ini bikin strtegi. Sebuah ilusi yang ingin menakut-nakuti rakyat sedari awal agar tak menolak kebijakan pemerintah yang berkuasa. Strategi ekonomi megagawat sepertinya menyalipkan simbol trisaksi untuk hibur rakyat saja.
Penjarakan tukang sate pakai dalil UU pornografi, penjarakan orang yang dituding punya akun triomacan pakai dalil UU ITE, bikin pecah belah DPR RI, bikin pecah belah PPP lalu menugaskan kopasus operasi khusus yang strategis di era rezim megagawat. Semua diatas bagaikan sinyal kepada publik kalau saja tolak BBM naik, anda sudah lihat sendiri saudara mu yang dagang sate di tangkap.
Sedari dulu saya sudah bilang bahwa rezim megagawat ini kekuatan yang sebenarnya meneruskan praktik orde baru paska Suharto. Mereka mahir pada strategi devide at impera. Dimanapun di Indonesia ini bila ada kepentingan kekuasaan megagawat, tau sendiri bakal dipecah belah.
Kami sudah mengalami sejak tahun 2001. Manakala rezim megagawat kala itu ingin mengatasi persatuan orang Papua yang kokoh dan begitu nasionalis. Mereka pakai berbagai cara pun tak bisa tembus. Akhirnya cara culik dan bunuh sebagai strategi murah tapi meriah dan itu dipakai. Melabrak UU otsus dengan menerbitkan kepres pemekaran.
Agenda pemekaran kala itu lebih pada kepentingan parpol si megagawat. Partainya ingin kuasai sebagian daerah Papua hingga konsensi ekonomi di perusahaan gas. Hadiahnya tak lain, kursi wakil mereka ada dari daerah ini. Kemudian kontrak pembelian gas bumi begitu murah dan tertahan hingga tahun 2014 baru diperbarui.
Kembali lagi masa kini, megagawat sudah tebarkan bisa yang mematikan. Berlindung dibalik slogan trisakti sebagai momongan ilusi kepada orang-orang yang mudah dapat tipu, kini perlahan sebelum BBM naik, taring si megagawat kembali gigit satu per satu.
Devide at Impera, penculikan, pembunuhan, penangkapan dan pemenjaraan, itulah cara si megagawat mengatasi masalah di bangsa ini. Mana pernah dia ambil jalan dialog? SBY saja memohon ketemu sampai dua periode tak pernah digubris. Riak DPR tandingan tak terbantahkan lagi akibat kebuntuan sebuah dialog politik atas.
Bagaimana rezim kali ini menangani dialog orang Papua dengan pemerintah Indonesia sedangkan aktornya sendiri saja pamalas dialog dan pilih jalan maen tangkap dan bunuh?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H