Kisah tentang kelahiran Yesus Kristus sebagai juru selamat mengabadikan berbagai kisah sejarah masa lalu dibelahan dunia. Ada berbagai tradisi suku bangsa yang memiliki kisah yang sama dengan kelahiran Putra Natal. 25 Desember sebagai malam kudus, saat dimana sang bayi lahir.
Sementara itu, tentang kelahiran Yesus dari perawan Maria, ada ratusan kisah yang juga sama. Manusia mula mula, menerjemahkan apa yang bagi mereka sebagai penolong, sosok itulah yang dipuja. Matahari bagi mereka sebagai benda yang kerap menerangi manusia dari kegelapan setelah malam. Bahkan, dalam satu tahun, ada 12 Bulan. Tiap bulan ada berkah dan malapetaka. Hitungan bulan kemudian sejalan dengan rasi bintang.
Kisah tentang Yesus, bagi manusia mula-mula disebut sebagai sosok Jupiter dan Matahari. Selalu terbit dari arah timur, kedatangan tiga orang majus pun dari arah timur dengan membawa Emas, Mur dan Kemenyaan.
Dan ketika agama di lembagakan, disitulah pelembagaan satu kisah saja. Yesus Kristus sebagai kisah yang kemudian di abadikan sampai sekarang. Para ilmuwan sains mengemukakan bahwa telah ada kisah terbesar sebelum kisah saat ini.
Apa yang terjadi? Hasrat lama terhadap ras, seksualitas dan agama yang berlebihan, yang membentuk fanatisme kebangsaan, saat ini mulai memudar. Ini hanyalah suatu permainan berkendara, dan kita bisa mengubahnya kapan saja kita mau. Terletak pada pilihan!
Dan pilihanku adalah kekuasaan Tuhan yang Maha Kuasa tak layak di simbolkan kedalam bentuk gedung ibadah mewah, pemujaan terhadapnya tak harus di kelompokkan kedalam bentuk peragaan tertentu, berbeda keagamaan, sebab tidak ada seorangpun yang mampu menyamakan kekuasaan Tuhan Yesus.
Anak Manusia di utus untuk membebaskan umat manusia dari penindasan dan keserakahan dunia akibat sistem penjahahan dari manusia atas manusia lain. Sebab uang telah membuat hamba hamba uang bertaburan. Manusia lupa pada maksud kehadiran Yesus dalam kisahnya. Dialah pembebas sejati. Dialah yang hadir pada sosok pejuang rakyat di seluruh dunia.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H