Akhir akhir ini, Wakil Presiden Budiono jarang muncul di publik. Sejak Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) mendapatkan bukti baru dari Nyonya Sri Mulyani di Amerika Serikat maupun pejabat bawahan Bank Indonesia era Boediono (budiono) ditetapkan sebagai tersangka, wakil presiden Indonesia pun kian di jerat. KPK menyatakan dugaan dia telah melakukan gratifikasi terkait dana talangan Bank Century.
Kemana dia? Biasanya pejabat NKRI yang banyak dosanya rajin mengadakan ritual bagi bagi sembako di hari raya Idul Fitri ini. Toh, mas Boed jarang yah. Entah sakit hati, atau benar benar siapkan batinnya untuk hadapi kasus yang dihadapinya. Sanksi hukum sih tak seberapa, tapi sanksi sosial lebih sadis.
Setelah korek korek, eh rupanya si wapres cuman fokus lebaran di halaman dia saja. Baik di kantor wapres maupun rumah pribadinya. Wapres menyampaikan bahwa ia telah merencanakan untuk mengadakan beberapa kegiatan buka bersama, baik yang diadakan di kantor maupun kediaman pribadi. “Tapi akhirnya kitacoretinsatu persatu, karena betapa sulitnya mencapai satu titik di ibukota ini. Akhirnya banyak yang kitadrop, dan hanya ini yang kita lakukan,” ujar Wapres pada acara buka bersama keluarga sekertariat wapres 29 Juli 2013.
http://wapresri.go.id/index/preview/kegiatan/2834/
Budiono di sinyalir menggunakan alat “bail out Century” untuk menduetkan dirinya dengan Susilo Bambang Yudhoyono. Gratifikasi yang dimaksud penyidik KPK yang beredar ke publik bahwa Budiono dia berani meneken dana talangan bank cacat dengan imbalan dirinya harus jadi wakil presiden. Kabar yang beredar dari KPK ini bikin sang wapres telah di tetapkan sebagai tersangka “ rahasia”? Hanya penyidik KPK dan dia sendiri yang tau.
Mungkin saja pak Komarudin tau. Suatu teguran yang tersirat pun disampaikan Rektor UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Komarudin Hidayat pada acara di setneg wapres. Dia menyampaikan tausiyah berjudul “Psikologi Kematian”. Bahwa kematian adalah pulangnya seseorang kepada Sang Pencipta. Ia mengibaratkan pulang adalah suatu aktivitas yang dinantikan dalam suasana gembira, seperti tiga bulan menjelang lebaran, semua tiket kereta api sudah habis terjual, karena semuanya ingin berlebaran di kampung halaman. “Demikian juga bagi mereka yang pernah bersekolah di luar negeri, saat akan pulang ke tanah air adalah saat yang ditunggu-tunggu dan sangat membahagiakan,” ucap Komarudin. Tetapi, ucap Komarudin, saat berbicara kematian, kita semua berusaha menghindar, tetapi sebetulnya tidak ada yang pasti di dunia ini kecuali mati. “Semua manusia di muka bumi adalah milik Allah dan akan pulang kepada Allah,” ujar Komarudin.
[caption id="attachment_258380" align="alignnone" width="637" caption="Turud Berduka atas hilangnya Wapres RI"][/caption] Dengan jaminan harus di posisi wapres, pemilu 2009 silam dilakukan dengan melibatkan oprasi intelejend Negara. Silent Revolusion, ucapan presiden terpilih-SBY, tak lama setelah dinyatakan menang oleh hitungan cepat.
Masalahnya adalah merubuhkan sang wapres berkuasa butuh keberanian. Keberanian hukum menghadapi kegalauan politik. Khususnya ketatanegaraan Indonesia di tengarai menelan biaya tinggi bila wapres di lengserkan sedini mungkin. Bahkan kekacauan sosial merebak dan mengancam kamtibamas pula. Gertak gertakan murahan diatas bikin penegakan hukum korupsi bagi orang nomor dua di negri ini mundur sejenak. Walaupun orang orang di KPK sebagian besar berasal atau basik mereka dari kalangan LSM. Toh, tunduk juga pada hukum politik penguasa.
Pertanyaan kemana neh wapres pun riak di dunia maya. Ada yang mengumumkan kepergian sang Wapres; Innalillahi... Telah Meninggal Dunia dengan Gelisah... Bpk. Boediono Selaku Wakil Presiden RI Periode 2009 - 2014 Karena Tidak ada aktifitasnya sama sekali dalam beberapa bulan Terakhir... Beliau Mungkin Sakit Lost Of Memory.... Semoga Beliau Masih ada yang Menganggapnya Hidup....
Bila saja saya adalah penyidik KPK atau orang penting di tubuh lembaga anti rasuah ini, kepada rakyat Indonesia yang sedang beribadah, ku berikan hadiah dengan menetapkan mantan gubernur BI ini sebagai tersangka. Lalu di jebloskan kedalam penjara. Sebagai kurban penyucian dosa dosa para penguasa yang rakus dengan kelihaian mereka merampok apa saja dengan kewenangan yang mereka miliki. Tapi karena bukan diriku yang pegang kendali, yah, elus elus dada saja mengikuti proses pemberantasan korupsi di layar media.
Tulisan ini untuk anda yang sedang mudik kemana saja pergi, asalkan bukan melarikan diri dari jeratan kasus.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H