Para penumpang yang budiman, berhubung sayap pesawat kita tak kunjung di perbaiki, silahkan cari pesawat lain. Usia kerusakan sudah mencapai setengah abad tapi belum kunjung di perbaiki. Sayap ekonomi bangsa, sayap politik dan demokrasi, belum juga di perbaiki sesuai dengan produk awalnya. Ini pesawat apanya yang rusak sehingga rumit sekali pemerintah perbaiki?
Demokrasi musyawarah mufakat sudah di tambal dengan demokrasi liberal. Ekonomi koperasi malah di ganti dengan ekonomi pasar. Pluralisme yang seharusnya mengedepankan kolektivitas justru di racik lagi menjadi kolektif politik praktis bahkan menimbulkan primoldialisme yang akut.
Itulah penyebab pesawat ini jauh dari perbaikan. Belum lagi, karena pengembalian garuda pada keutuhan sayap pula, malah para mekanis yang perbaiki barang ini sok tahu diri sebagai ahli mesin, ahli memperbaiki garuda. Bahkan setelah di beri kesempatan untuk menata kembali malah menambah rusak. Akhirnya, pesawat kian tak kunjung stabil untuk melebarkan sayapnya keliling nusantara.
Bahkan di hari ulang tahunnya, perayaan ulang tahun pun hanya pica bungan di layar televisi, radio, koran koran. Pun, sebagian dari kebanyakan rakyat para penumpang pesawat, ada yang prihatin, ada pula yang ikut meramaikan hari bersejarah itu. Dari Sabang hingga Merauke, penyambutan hari garuda atau yang di kenal dengan dirgahayu RI ke-68, sepertinya biasa biasa saja. Tak begitu semarak.
Namun, di hari istimewa ini, justru yang pantas mendapatkan tempat yang layak, adalah mereka yang masih tertindas. Entah di laut, di perkebunan, di kantor kantor. Mereka yang tergusur dari tanah kelahirannya hanya demi sebuah “pembangunanisasi”. Hanya demi modal kakap yang masuk di tempat mereka. Pesawat garuda milik siapa? Negara ini didirikan bagi kapitalis asing kah?
Sayang, kitorang punya garuda tra bisa terbang lagi karena salah satu sayapnya belum di perbaiki kembali utuh agar mampu terbang bersama kita sebagai penumpang pokok pesawat.
Coba tengok, tetangga kita di Amerika Latin, tuh perbaikannya tak begitu lama. Mereka sadar bahwa begitu penting terbang dengan pesawat milik sendiri. Walaupun banyak badai, halilintar, Guntur yang mengancam keselamatan pesawat, tetap stabil mengudara. Kenapa kita tak bisa seperti mereka?
Pemerintah kita sebagai teknisi dan pilot, mereka selalu bilang bahwa akan perbaiki, akan evaluasi, akan akan akan dan sudah 68 tahun kata yang sama mereka sebut. Penumpang sudah gelisah. Kapan kami ada dalam pesawat kami biar mengudara dan jaya di atas bumi pertiwi.
Sudah tra tau perbaiki, takut mengembalikan performa sayap yang patah, mereka banyak alasan pula. Penguasa garuda sering bilang butuh uang sehingga mereka pinjam. Keenakan pinjam, bertambah utang, pesawat belum juga pulih.
Lama kelamaan rantai garuda dimakan rayap hingga karat dan menjadi besi tua untuk terakhir kalinya di jual ke lapak penadah barang.
Para rayap rayap yang merong rong sayap garuda kian banyak dan bertambah besar. Ada rayap namanya Freeport, Exson, Newmont, rayap rayap perkebunan kelapa sawit, dan masih banyak lagi. Saking banyaknya sampai lupa mencatat.
Sampai sampai di usia 68 tahun ini, bapak Kapolda Papua mengajak warga penumpang disana merayakan ultah tersebut di pegunungan tinggi. Lereng gunung yang terjal. Tapi, itulah semangat, walaupun garuda masih patah sayapnya, semua wajib menghargai momentum ulang tahun negara kita.
Bahwa realitas diatas, hari ini ada kenyataan di Papua. Hut NKRI tak begitu ramai. Antusias orang orang pejabat di perkantoran saja yang kelihatan ada penyambutan. Aktivitas orang awam malah apatis. Skeptisme kami di Papua yang jauh dari pusat ibu kota negara, apalagi saudara saudara yang bertetangga dengan nahkoda garuda, tentu merasakan pahit getirnya nadi mereka akibat sayap garuda kian tak di selamatkan. Garuda di dadaku! Para rayap freeport kita tendang?
Dirgahayu RI Ke-68 kepada yang masih tertindas. Banyak uang, sehat dan bahagialah semua.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H