Insiden berlanjut di Puncak Jaya Papua terjadi disaat pos pengamanan sedang dijaga oleh dua personil polisi. Karena penjaga pos polisi lainnya sedang berpatroli. Humas dari Polisi Daerah Papua mengatakan, kejadian terjadi ketika 5 personel polisi tengah melakukan patroli. Para pelaku mulanya mendobrak pintu depan pos dan mengobrak-abrik ruangan utuk mencari senjata.
Penyerangan terjadi pada sabtu (4/1/2013) pukul 16.00 WIT, dilakukan ketika pos dijaga 2 orang personel Polri. Penyerang diperkirakan mencapai 20 orang.Anggota Organisasi PAPUA Merdeka (OPM) menyerang pos polisi sub sektor Kulirik, Puncak Jaya, PAPUA. Para penyerang juga merampas 8 senjata milik polisi.
Dua polisi yang berada di pos langsung menyelamatkan diri melalui pintu belakang dan melapor ke Polres terdekat. Sejumlah anggota Brimob dan TNI langsung mengejar pelaku namun mereka melarikan diri ke gunung sambil meletuskan tembakan ke arah anggota. "Satu pleton Brimob dari Jayapura, Mabes Polri dan TNI akan diperbantukan untuk melakukan pengejaran pelaku," imbuh Sulistiyo.
Dari insiden, Hadang Pos Polisi OPM Bawa Lari Senjata ini, 8 pucuk senpi laras panjang terdiri dari AK 47 (3 pucuk), Mouser (1 pucuk), SS1 (5 pucuk) dan amunisi dibawa kabur oleh pelaku," ujar Kabid Humas Polda PAPUA AKBP Sulistiyo Pudjo saat dihubungi, detiknews.
Permainan
Belum lama ini, Gubernur Papua bersama Bupati PJK (Puncak Jaya), mengumumkan 100 orang anak buah Goliat Tabuni menyerahkan diri dengan imbalan 300 miliar lebih. Permainana apa lagi yang dilakukan ketika saat ini masih ada penyerangan dari kubu Goliat? (baca:Â OPM Turun Gunung Pencitraan Gubernur Papua)
Daerah ini bukan lagi baru dalam hal penyerangan brutal. Seringkali terjadi. Disaat kelengahan, ada saja aksi-aksi penyerangan. Pembalasan tentu dilakukan negara Indonesia. Sayang, warga sipil tak tau apa-apa jadi sasaran empuk. Penyisiran balik aparat TNI/POLRI kerap membabibuta, perkampungan sipil menjadi makanan pendisiplinan.
Sudah banyak video kekerasan, dari daerah pegunungan tengah Papua beredar, toh, kekerasan bersenjata terus terjadi. Pertarungan ideologi Papua Merdeka berhadapan dengan gurita imperialisme internasional yang bercokol ke Papua, kerap, drama bersenjata menjadi makanan sehari-hari.
Anehnya, kawasan Pegunungan Tengah Papua ini selain mobilitas separatisme yang kuat, baku dapat dengan eksploitasi kapitalisasi alam Papua. Areal Perusahaan Freeport hingga daerah diluarnya (Puncak Jaya), sering membara.
Permainan politik dan ekonomi di Papua diawali semenjak antek Amerika mengkondisikan negri Cenderawasih sebagai ladang eksploitasi. Ya, dari skenario Kontrak Karya Freeport, pelecehan terhadap proses PEPERA yang menuai protes dan dibalas dengan Operasi Militer (DOM) hingga sekarang, walau ditambal dengan otsus, apalagi infrastruktur versi MP3Ei. Moda yang diperagakan Amerika selamanya perang dan pengeksploitasian sejatinya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H