Mohon tunggu...
Arkilaus Baho
Arkilaus Baho Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

Duluan ada manusia daripada agama. Dalam kajian teori alam, bahwa alam semesta ini usianya 14.000 juta tahun, baru setelah 10.000 juta tahun kemudian terdapat kehidupan di bumi ini. Manusia jenis Homo Sapiens baru ada 2 juta tahun yang lalu, sedangkan keberadaan agama malah lebih muda dari kemunculan agama yaitu 5 ribu tahun lalu. B.J Habibi

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

AS Rusak Perdamaian Dunia

3 Januari 2014   11:06 Diperbarui: 24 Juni 2015   03:12 80
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Urutan Pertama Perusak Damai

Ada survey akhir tahun, dimana Amerika Serikat (AS) menempati puncak daftar tersebut, dengan 24 persen jumlah orang percaya AS menjadi bahaya terbesar bagi perdamaian. Sedangkan Pakistan menduduki posisi kedua, dengan 8 persen suara, diikuti China dengan 6 persen suara. Sementara itu, Afghanistan, Iran, Israel, dan Korea Utara berada di posisi keempat dengan 5 persen suara. Bahkan 13 % orang Amerika sendiri yang terlibat pada jajak suara ini, menganggap negara mereka sendiri merupakan ancaman terbesar bagi perdamaian.

Amerika sebagai dalang dibalik terganggunya stabilitas dunia, bukan hanya soal kebijakan perang secara fisik, tetapi juga konsep pemaksaan kepada perekonomian dunia juga kerap menganggu stabilitas pasar dunia. Sebut saja kehadiran pengatur finansial seperti The Federal Bank, yang menaksir nilai saham bagi negara-negara yang mengekor kepada kebijakan AS.

Sebagai polisi dunia sejak menang dalam perang dunia II, sekarang di tempatkan oleh "jaringan independen dunia" sebagai aktor dari matinya perdamaian dunia. Walaupun survey tersebut lebih berat kepada kawasan negara arab, tidak melirik negara dari asian dan pasifik sebagai pemberi nilai, namun virus kediktatoran AS merusak tatanan demokrasi dan nilai sosial masyarakat daerah asia, termasuk Indonesia. Sebut saja, kebijakan pemberian utang luar negeri yang membebani negara berkembang. Kemudian, kebijakan pangan, pertambangan freeport ke Papua, seluruhnya, menoreh sejarah gangguan stabilitas rakyat bahkan kekerasan.

Sementara, negara Amerika sebagai corong perdamaian dan kemanusiaan di dunia, justru miris dengan kelakuannya sendiri. Khusus tentang perdamaian Papua, pandangan dialog merupakan resep jitu dari gedung putih, hak asasi manusia juga ikut menjadi agenda mereka. Dibalik semuanya, Amerika pula yang menandai agenda penanganan Papua semenjak kontrak karya freeport, Penentuan Pendapat Rakyat Papua (PEPERA), Operasi Militer dan Otonomi Khusus. Ibarat kepala menunduk sambil menendang kebelakang.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun