Mohon tunggu...
Arkilaus Baho
Arkilaus Baho Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

Duluan ada manusia daripada agama. Dalam kajian teori alam, bahwa alam semesta ini usianya 14.000 juta tahun, baru setelah 10.000 juta tahun kemudian terdapat kehidupan di bumi ini. Manusia jenis Homo Sapiens baru ada 2 juta tahun yang lalu, sedangkan keberadaan agama malah lebih muda dari kemunculan agama yaitu 5 ribu tahun lalu. B.J Habibi

Selanjutnya

Tutup

Catatan Pilihan

Sasi Adat Mbaham Matta Hentikan "Mumi Otsus" Berkedok Kemakmuran Rakyat

26 Desember 2014   04:18 Diperbarui: 17 Juni 2015   14:27 71
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
alamiahnya hutan Papua, bandar kayu menampung air, stop rusak hutan Papua demi kebun sawit atau tambang dan investasi apapun (foto:pribadi)

Mumi otsus diawetkan seputar pembangunan fisik, proteksi orang asli, pendidikan dan kesehatan. Praktiknya berupa bikin jalan raya untuk bertahan selama 1 tahun lalu hancur lagi. Bangun gedung puskemas lalu hantu dan rayap yang menghuninya. Mereka buka lokasi hutan tertentu untuk kepentingan investasi dan merusak hutan, air dan tumbuhan didalmnya. Itu semua demi menjaga agar mayat otsus tidak busuk.

[caption id="attachment_343369" align="aligncenter" width="288" caption="pajangan penggunaan dana otsus Papua di Teluk Patipi Fakfak Tanah Papua (foto:pribadi)"][/caption]

Selama belasan tahun sejak gula-gula politik itu diberikan pemerintah Indonesia, sampai sekarang belum ada aturan teknisnya berupa perdasi dan perdasus. Pejabat di Papua bilang Jakarta bikin barang itu putar kesana kesini. Pemerintah pusat di Jakarta bilang pejabat daerah yang tidak cerdas mengelola aturan tersebut. Baku kasi salah sampai masa pengawetan mumi selesai lalu diapakan lagi tuh muminya? Tentu dikubur dan orang Papua sudah tidak mau jaga mayat itu.

Perusahaan perambah hutan untuk kelapa sawit kian meingkat. Kuota haji orang Papua malah di isi oleh penduduk dari Maluku, Sulawesi dan Jawa. CPNS di kabupaten kota di isi oleh mereka yang dari luar Papua. Infrastruktur jalan dikelola oleh tentara sementara pengusaha lokal hanya jalan dengan label anak Papua pengusaha. Bahkan untuk mengisi kabinet RI harus ada orang Papua sebagai pajangan disana supaya dianggap nasionalis. Ratusan kampong yang berada tak jauh dari perusahaan gas dunia pakai mesin disel solar untuk penerangan di malam hari. Siangnya trada listrik. Sinyal komunikasi juga tulalit.

[caption id="attachment_343377" align="alignnone" width="630" caption="otsus sudah tidak bernyawa sehingga masyarakat adat Mbaham Matta keluarkan "]

[/caption]

[caption id="attachment_343370" align="aligncenter" width="331" caption="Postu kesehatan tak ada aktivitas apa-apa di kampung Mitimber Distrik Kokas Fak-fak. Gedung kosong seperti ini banyak bertebaran di era otsus Papua. (foto:pribadi)"]

Postu kesehatan tak ada aktivitas apa-apa di kampung Mitimber Distrik Kokas Fak-fak. Gedung kosong seperti ini banyak bertebaran di era otsus Papua. (foto:pribadi)
Postu kesehatan tak ada aktivitas apa-apa di kampung Mitimber Distrik Kokas Fak-fak. Gedung kosong seperti ini banyak bertebaran di era otsus Papua. (foto:pribadi)
[/caption]

Sebagian Orang Papua menyebut otsus yang sudah mati itu dikasi sebatas imbalan dari darah dan air mata penduduk disini yang bercucuran selama Indonesia hadir. Jakarta menganggap mumi itu diberikan sebagai solusi dari tuntutan merdeka Papua. Penulis justru menyebut otsus diberikan sebagai jembatan atau sarana di era globalisasi agar imperialism terus mengeksploitasi Tanah Papua dan menambah kehancuran disini.

Selama belasan tahun sebuah wilayah Indonesia bernama Papua dikelola seperti perusahaan kasi CSR ke pemilik hak ulayat. Itu cara yang dipakai Indonesia sebagai pilihan untuk memajukan kesejahteraan dan taraf hidup orang Papua. Jadi, Papua dikarantina sebagai bahan uji coba pakai mumi, padahal disini penghuninya juga manusia yang punya hak hidup dan merdeka sama seperti orang-orang dunia lainya.

Pada kesempatan peringatan hari HAM sedunia 10 Desember 2014 di markas Dewan Adat Mbaham Matta Fakfak Tanah Papua, penulis menyampaikan saat ini tak ada Negara. Kalau ada Negara dan pemerintahannya yang merdeka dan berdaulat, kenapa masyarakat disini terus teriak-teriak akan hak proteksi dan adat sampai sekarang.

[caption id="attachment_343372" align="alignnone" width="630" caption="proyek pembangunan bak penampungan air dari PDAM Fakfak mandek ditengah jalan, warga disini selain berharap kepada air hujan, mereka angkut air dari gunung dengan biaya sendiri untuk mengisi bak air dirumah mereka. (foto:pribadi)"]

proyek pembangunan bak penampungan air dari PDAM Fakfak mandek ditengah jalan, warga disini selain berharap kepada air hujan, mereka angkut air dari gunung dengan biaya sendiri untuk mengisi bak air dirumah mereka. (foto:pribadi)
proyek pembangunan bak penampungan air dari PDAM Fakfak mandek ditengah jalan, warga disini selain berharap kepada air hujan, mereka angkut air dari gunung dengan biaya sendiri untuk mengisi bak air dirumah mereka. (foto:pribadi)
[/caption]

Herannya lagi, kenapa Negara Indonesia yang saat ini takluk kepada mekanisme pasar yang dikendalikan oleh Amerika Serikat, tapi Indonesia ingin mensejahterakan orang Papua? Sebuah Negara bernama Indonesia pakai uang dari hasil utang luar negeri trus mau bangun Tanah Papua. Logika apa yang menyebutkan bahwa Indonesia berhasil di Papua seketika pemerintahan sudah digenggam asing? Kekayaan dari Papua bukan untuk kelola negri ini tapi untuk pihak asing semuanya lalu logika darimana yang dipakai pihak Indonesia yang ingin sejahterakan rakyat mereka?

[caption id="attachment_343373" align="aligncenter" width="448" caption="alamiahnya hutan Papua, bandar kayu menampung air, stop rusak hutan Papua demi kebun sawit atau tambang dan investasi apapun (foto:pribadi)"]

alamiahnya hutan Papua, bandar kayu menampung air, stop rusak hutan Papua demi kebun sawit atau tambang dan investasi apapun (foto:pribadi)
alamiahnya hutan Papua, bandar kayu menampung air, stop rusak hutan Papua demi kebun sawit atau tambang dan investasi apapun (foto:pribadi)
[/caption]

11 Sikap Sasi Adat baca (disini), cuplikan sasi adat nonton (disini)

Selamat Natal 2014

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun