Mohon tunggu...
Arkan Alexei Andrei
Arkan Alexei Andrei Mohon Tunggu... Lainnya - Pelajar SMA Labschool Jakarta 2021

Antusias mengenai rekayasa buatan, ekonomi, serta memajukan negara.

Selanjutnya

Tutup

Money

Strategi Licik Amazon untuk Menghancurkan Kompetitor

23 Oktober 2020   08:00 Diperbarui: 23 Oktober 2020   08:10 411
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kita semua pasti tahu perusahaan perdagangan elektronik supermasif yang dinamakan Amazon. Perusahaan yang didirikan pada tahun 1996 oleh Jeff Bezos ini telah memakan dunia dengan jasa yang ditawarkan. 

Situs ini mampu menghubung penjual di ujung dunia ke pembeli dalam waktu yang instan. Selain itu, paket langganan seperti Amazon Prime yang menawarkan pengiriman gratis, diskon, dan berbagai macam keuntungan lainnya membuat Amazon menjadi perusahaan dengan valuasi ke-4 terbesar di dunia.

Saat ini, diperkirakan Amazon sudah memperkerjakan 800.000 karyawan full-time dan part-time. Sayangnya, banyak di antaranya protes bahwa upah minimum di Amazon terlalu kecil  untuk hidup. 

Pada tahun 2018, upah minimum pekerja Amazon hanya menghasilkan $11 USD per jam. Meskipun itu, upah minumum nasional pada saat itu adalah $7,25 USD per jam. Walaupun sudah melebihi upah minimum nasional, bagaimana bisa terbentuknya gerakan sistematis untuk menaikkan lagi upah minimum Amazon?

Permasalahan dimulai ketika pekerja melihat kesenjangan upah antara mereka dengan pendiri dan CEO mereka, Jeff Bezos. Beliau adalah orang terkaya di dunia dengan aset sekitar $185,6 miliar USD. 

Dalam satu detik, alumni Universitas Princeton ini menghasilkan sekitar $2.219 USD atau Rp32.600.00! Walaupun kelihatannya sangat besar, sebagian besar aset tersebut adalah dalam bentuk saham Amazon. Dalam kata lain, tidak liquid penghasilannya. Ini merupakan miskonsepsi yang banyak dipercayai orang. 

Kembali ke Amazon, banyak karyawan yang merasa tidak adil dalam jumlah upah mereka saat melihat penghasilan CEO-nya. Karena itu, Amazon semakin tertekan setiap harinya untuk memenuhi permintaan karyawannya atau bisa mendapatkan bad press atau image yang buruk di publik. Mengingat kembali 800.000 karyawan tersebut, bisakah Amazon membiayai permintaan tersebut? Tentu saja. Tapi maukah mereka? 

Di waktu yang sama juga, Amazon berinvestasi dalam teknologi Artificial Intelligence (AI) serta Machine Learning (ML). Pengunaan algoritme yang kompleks dalam website-nya untuk rekomendasi barang, customer service otomatis dan lain-lain menambahkan penghasilan mereka. 

Tak hanya itu, robot gudang yang dikembangkan oleh Kiva Systems (anak perusahaan Amazon) secara efektif menghapuskan guna manusia di beberapa gudang mereka. Tren ini juga kita jumpai di restoran cepat saji dimana kasir umumnya diganti oleh robot kiosk yang sedia mengambil pesanan 24/7.

Robot gudang oleh Amazon / therobotreport.com
Robot gudang oleh Amazon / therobotreport.com

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun