Kali ini saya menulis tentang pasangan suami istri Ade Armando dan Nina Armando. Ade dan Nina sama-sama berprofesi sebagai dosen di Departemen Ilmu Komunikasi FISIP UI. Uniknya, pasangan ini sama-sama pernah menjadi anggota Komisi Penyiaran Indonesia (KPI). Sang suami Ade Armando pernah menjadi anggota KPI periode 2003-2007 (diperpanjang 1 tahun) sedangkan Sang istri Nina Armando pernah menjadi anggota KPI periode 2010-2013. Sebelumnya sejak tahun 2007, Nina Armando pernah menjadi anggota Tim Panel Pemantauan dan Analisis Siaran TV KPI. Keberhasilan Nina Armando menjadi Tim Panel Pemantauan dan Analisis Siaran TV tidak lepas dari lobby dan intervensi Ade Armando yang saat itu sedang diujung periode sebagai anggota KPI 2003-2007. Pada seleksi pemilihan komisioner KPI periode 2010-2013 Nina Armando berhasil lolos menjadi anggota KPI yang membidangi isi siaran.
 Nina Armando sebelumnya tidak berhijab. Saat aktif di Yayasan Media Ramah Keluarga (MARKA), jadi salah satu penulis kolom di majalah Ummi. Ia juga sering diundang dalam diskusi/seminar yang di gagas kader PKS. Pendekatan dan penggalangan PKS akhirnya berhasil. Lambat laun Nina Armando dekat dengan PKS dan mulai mengenakan hijab dan kemudian menjadi kader PKS. Hebatnya Ade Armando yang pernah aktif di HMI ini sangat toleran dengan Sang istri Nina Armando yang gabung ke PKS.
 Nina Armando bisa mudah lolos seleksi menjadi anggota KPI karena dibackup oleh PKS. Kita tahu bahwa PKS melalui underbouwnya, misalnya LDK dan KAMMI sangat dominan di kampus UI. Itulah mengapa pasangan suami istri Ade Armando dan Nina Armando melalui jaringan UI dan PKS dapat dengan mudah menjadi anggota KPI. Yang berhasil dengan mudah lolos seleksi sebagai anggota KPI dengan memanfaatkan jaringan UI dan dukungan dari PKS tidak hanya Ade Armando dan Nina Armando saja. Ada nama lain yaitu Azimah Subagijo yang sempat satu periode di KPI dengan Nina Armando pada KPI periode 2010-2013. Azimah Subagijo sejak kuliah di FISIP UI di kenal sebagai aktivis LDK dan salah satu pendiri Kesatuan Aksi Mahasiswa Muslim Indonesia (KAMMI).
 Pada saat pemilihan anggota KPI periode 2013-2016 hanya Azimah Subagijo yang berhasil kembali menjadi anggota KPI untuk kedua kalinya.  Pada saat itu Azimah Subagijo masih didukung oleh PKS dan sejumlah partai yang berbasis Islam lainnya serta Golkar. Sedang Nina Armando tidak lagi didukung oleh PKS karena suaminya menjadi pendukung Neolib dan mengkampanyekan kebebasan bagi perkawinan sejenis (LGBT). Suami Nina Armando mulai jadi pendukung Neolib, duta kampanye LGBT dan memiliki pandangan Islam Liberal semenjak dia gagal jadi anggota KPI 2007-2010.
 Kegagalan Nina Armando lolos seleksi anggota KPI periode 2013-2016 memicu kemarahan. Terutama bagi suaminya. Suami Nina Armando menilai PKS bersikap tidak adil pada istrinya karena PKS tidak lagi mendukung istrinya jadi anggota KPI berlandaskan atas apa yang dia perbuat dalam mendukung Neolib dan memperjuangkan legalisasi perkawinan sesama jenis di Indonesia. Ade Armando merasa dia tidak pernah berkomitmen dengan PKS pada saat dirinya lolos seleksi menjadi anggota KPI periode 2003-2007. Ade Armando beranggapan faktor jaringan UI yang meloloskannya fit and proper test di DPR. Padahal jaringan UI di DPR yang dukung dia jelas yang berbendera PKS.
Kemarahan dan kekesalan pasangan Ade Armando dan Nina Armando itu dilampiaskan dengan sengaja menghilangkan sejumlah data-data di KPI. Data-data yang dihilangkan oleh Nina Armando salah satunya adalah data pengawasan dan evaluasi isi siaran 10 stasiun TV selama 10 tahun izin berjalan. Nina Armando memiliki akses data pengawasan dan evaluasi isi siaran TV karena pada KPI periode 2010-2013 ia menjabat sebagai komisioner yang membidangi isi siaran dan sebelumnya juga pernah menjadi Tim Panel Pemantauan dan Analisis Siaran TV dari tahun 2007 sampai 2010.
Saat 10 stasiun TV akan perpanjang Izin Penyelenggaraan Penyiaran (IPP), KPI harus sampaikan data pengawasan dan evaluasi isi siaran selama 10 tahun izin berjalan. Nah, Nina Armando dan Ade Armando panik. Lalu mereka melakukan persekongkolan dengan Azimah Subagijo untuk menggagas uji publik perpanjangan Izin Penyelengaraan Penyiaran (IPP).
Untuk menutupi data-data yang hilang tersebut, maka dilakukanlah uji publik oleh KPI yang sebenarnya uji publik itu tidak diatur dalam UU penyiaran dan peraturan KPI sebelumnya. Kecuali KPI membuat aturan baru menjelang uji publik dilakukan. Ini patut dipertanyakan jika hal tersebut terjadi. Jadi uji publik KPI hanya sekadar rekayasa untuk mengganti data pengawasan dan evaluasi KPI yang dihilangkan secara sengaja oleh Nina Armando. Jadi dibalik uji publik ini ada konspirasi antara Ade Armando, Nina Armando dan Azimah Subagijo. Ketiga orang ini satu almamater di FISIP UI dan sama-sama pernah dibackup oleh PKS saat terpilih jadi anggota KPI. Azimah Subagijo yang masih menjabat sebagai anggota KPI menggunakan pengaruhnya untuk mempengaruhi anggota KPI yang lain untuk menggelar uji publik dengan dalih menjaga nama baik KPI. Padahal secara tidak sadar dan tidak langsung anggota KPI yang lain telah diperalat dan dijadikan tameng.Â
Ada kabar hubungan antara Ade Armando dan Nina Armando tengah retak karena Ade Armando berselingkuh dengan mahasiswa S-2 UI. Yang belum dapat dipastikan adalah jenis kelamin dari pasangan selingkuh Ade Armando. Informasi masih yang masih simpang siur mengatakan pasangan selingkuh Ade Armando bukan seorang mahasiswi melainkan seorang mahasiswa. Sekalipun tengah hubungan suami istri antara Ade Armando dan Nina Armando tengah memanas. Mereka berdua tetap kompak satu suara dalam urusan mendukung uji publik izin penyelenggaraan penyiaran KPI.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H