Puluhan santri Pondok Pesantren (Ponpes) Kawit An-Nur Desa Kalisapu,  Kecamatan Slawi, Kabupaten Tegal, Jawa Tengah, keracunan minuman saat berbuka puasa bersama. 38 santri yang berusia sekitar 15-17 tahun itu  terpaksa mendapat perawatan serius. Rata rata mereka mengeluh kepala pusing, perut  mual, dan diare. Peristiwa ini diketahui pada Selasa (6/3) sekitar  pukul 21.00.
Pembina Yayasan Kawit An-Nur Slawi, Kasriyanto  menuturkan, dugaan keracunan itu bermula saat para santri buka puasa  bersama pada Senin (5/3) sore. Untuk membatalkan puasa, biasanya ponpes  tersebut menyediakan air teh hangat. Namun, tanpa diketahui pengurus dan  pengasuh ponpes, para santri telah meramu minuman sendiri yakni es  kelapa muda, minuman serbuk sachet (jasjus), dan jeruk bali.
"Ketiga minuman itu dicampur jadi satu di sebuah baskom," kata Kasriyanto, saat ditemui di lokasi, Rabu, 7 Maret 2018.
Semula,  lanjut dia, para santri tidak mengeluh pusing dan perut mual maupun  diare. Namun, pada Selasa pagi, ada beberapa santri yang tidak mengikuti  kegiatan belajar mengajar (KBM) di ponpes tersebut. Kala itu, para  pengasuh belum curiga. Baru diketahui sekitar pukul 21.30 Selasa malam.  Para santri muntah-muntah, kepala pusing, dan diare. Tanpa menunggu  lama, pihaknya langsung meminta bantuan dari Palang Merah Indonesia  (PMI) dan Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Tegal.
"Total santri  putra di sini sebanyak 60 orang. Mereka dari jenjang SMP dan SMK.  Sedangkan yang diduga keracunan sebanyak 38 orang," ungkapnya.
Dari  jumlah itu, Kasriyanto merinci yang diduga keracunan ringan 8 anak,  sedang 27 anak, dan yang dirawat di RSUD dr Soeselo Slawi 3 anak. Saat  ini, santri yang kondisinya ringan dan sedang dalam perawatan tim  kesehatan yang dipusatkan di lantai 2 Masjid An-Nur. Tim kesehatan  memberikan pengobatan dan infus darurat.
"Kami sudah memberitahu  kepada semua orangtua para santri," ujar Kasriyanto yang mengaku jika  peristiwa itu baru kali pertama terjadi.
Kepala Bidang  Pemberantasan dan Pengendalian Penyakit Dinkes Kabupaten Tegal Kiswandi  mengaku saat ini sedang melakukan observasi terhadap santri yang kondisi  racunnya masih ringan. Sementara yang kondisinya sedang, dilakukan  rehidrasi dan infus. Untuk kesembuhan para santri, pihaknya akan membuat  posko di lokasi.
"Minumannya sudah kami bawa ke Lab di Semarang, hasilnya belum bisa diketahui," imbuhnya.
Kepala  Bidang Kesehatan Masyarakat Dinkes Kabupaten Tegal dr Meliansori  menyatakan ciri-ciri orang keracunan diawali dari muntah-muntah, kepala  pusing, diare, tubuh panas tinggi, dan perut mual. Sepertinya, para  santri itu mengkonsumi minuman yang ditolak oleh tubuhnya. Sehingga  mengalami keracunan.
"Kalau keracunan ringan dan sedang, akan  sembuh sekitar 1 sampai 2 hari. Sementara yang berat atau dirawat di  rumah sakit, minimal sampai 3 hari," jelasnya.