Dari secarik kain terentang cerita batik Salem. Aku memperoleh cerita awal batik Salem dari cerita tutur. Bermula dari kedatangan seorang ambtenaar pribumi dari karesidenan Pekalongan bersama putrinya bertandang di Salem. Sang putri jatuh hati pada pemuda Salem dan mereka menetap di Bentar. Sang putri yang pintar membatik, kemudian mengajari warga setempat. Konon itu terjadi pada tahun 1917. Tak ada bukti tertulis memang.
Engkau pun punya argumen soal cerita revolusi 1945 serta kaitannya dengan batik Salem. Kala itu Salem menjadi wilayah pengungsian. Para pengungsi yang umumnya datang dari wilayah Tegal dan Pekalongan menetap di Bentar, Bentarsari dan Ciputih. Dari pengungsi Pekalongan itulah membentuk jaringan perdagangan batik Salem sekaligus produksi batik yang merupakan perpaduan antara Pekalongan dan Salem.
Jaringan pedagang batik dari Pekalongan dan Tegal dengan masyarakat Salem terbentuk. Dari merekalah kerajinan batik Salem tercipta. Mereka memberikan bantuan berupa kain, pewarna, canting dan malam untuk keperluan membatik.
Mbak Darwati salah seorang pengusaha dan pembatik muda dari Salem menuturkan bagaimana batik-batik Salem diperjualbelikan melalui perjalanan panjang dari gunung Lio, turun ke Banjarharja dan bertemu di Tanjung sebagai pasar yang mempertemukan batik Salem dengan peminat batik lainnya. Batik Salem mulai keluar dari wilayah Salem.
Sangat mengesankan soal cerita gerilya batik Salem mempromosikan dirinya. Dari sini cerita terhenti. Sembari aku membayangkan bagaimana rute bisnis batik Salem. "Diawali dengan keberanian" tuturmu.
Soal pengaruh Sunda yang kuat, bisa dimaklumi jika secara geografis wilayah ini berdekatan dengan Kabupaten Kuningan. "Salem dibangun dari ekologi budaya dan folklore Sunda" tuturmu saat kita berada dalam perjalanan melalui kaki gunung Lio.
Engkau pun bercerita layaknya begawan sejarah seraya mengutip kisah gunung Segara / Sagala yang disebut dalam Babad Pasir Sindhula. Babad itu mengaitkan tradisi lisan masyarakat Sunda lainnya seperti masyarakat Banjar Patoman. Tak hanya cerita Babad Pasir Sindhula, engkau pun menyebutkan Situs Pojok Tilu yang ada disebut dalam Carita Parahiyangan.
Keelokan Salem baru terkuak saat Bupati Brebers Raden Arya Tjandranegara melakukan tourneetahun 1882. Aku baru tahu dari penjelasanmu soal artikel Salem hasil perjalanan sang Bupati dimuat dalam majalah ilmiah berwibawa kala itu, Tijdschirvt voor Indische Taal Land en Volkenkundeedisi XXIX tahun 1884.
Dari perjalanan Bupati Arya Tjandranegara itu cerita batik Brebes lahir. Dari sebuah wilayah yang berada di ketinggian kurang lebih 1000 meter, batik Brebes tercipta membentuk perpaduan antara tradisi Sunda dengan tradisi Jawa. Legenda Batara Windu Buana yang begitu akrab di masyarakat Salem, membenruk keragaman budaya. Lamat-lamat kuingat sebaris kata-kata penuh magis :
 "Pun sadupun arek ngiman keun titiwa luri ka nu baheula, titiwaluri ti bahari, taritas tilas........................................"