Ada Tiga kampung Cina di Brebes, Jawa Tengah, yang saat ini keberadaanya telah hilang. Pembangunan kampung tersebut didasari pada kebijakan pembentukan regulasi Wijkenstelsel 1860, dimana pemerintah kolonial membentuk kampung berdasarkan etnis.
"Ada kampung China di wilayah Brebes, yakni Brebes Kota, Losari dan Bumiayu. Ciri kampung Cina adalah berdirinya Klenteng, Bong pay (makam) dan rumah Pecinan (sebagai tempat tinggal dan usaha)," kata Wijanarto, Sejarawan Pantura Brebes, Senin, 22 Januari 2018.Â
Tahun 1949, kata Wijan, etnis Tionghoa di Bumiayu mengalami revolusi yang menyebabkan mereka mengungsi ke Purwokerto dan Cirebon, Jawa Barat. Hal itu dampak dari munculnya gelombang anti Cina di Jawa di era tahun 1946-1949. Karena dendam subyektif. Orang keturunan dituding tidak nasionalis.
"Di satu sisi komunitas Cina punya laskar Po An Tui yang membantu Belanda. Sejarah kelam Cina di Bumiayu tak diketahui generasi sekarang," ungkapnya.
Di Losari, Brebes, masih menurut Wijan, merupakan kampung pecinan paling tua. Disebut dalam buku Summa Oriental karya Tom Pires sebagai bandar pelabuhan dengan nama Locarij dibawah penguasa Demak. Dari bandar berkembang sebagai perkampungan. "Kontak dagang menjadi alasan tumbuhnya komunitas Tionghoa," ujar Wijanarto, yang juga Kasi Sejarah Dinas Pariwisata Kebudayaan Pemuda dan Olahraga Kabupaten Brebes.
Tahun 1999, Klenteng Losari pernah mengalami kerusakan akibat amuk Losari. Dampak dari kerusuhan era reformasi yang mengarah kerusuhan etnis. Awal dari Losari Cirebon, Jawa Barat, Â menjalar ke Brebes. Jembatan Cisanggarung (perbatasan Jawa Barat dan Jawa Tengah) menjadi batas. Korban toko toko Tionghoa dirusak dan dibakar, penduduk ada yang tewas dan Klenteng Losari dirusak.
Sementara di Brebes Kota, kepemilikan rumah etnis Tionghoa  banyak yang berpindah. Bong Cina diimpit rumah penduduk. Yang tersisa adalah klenteng dan rumah toko. Faktor yang mempengaruhi adalah peristiwa Tiga Daerah, pada tahun1965.
Dimana, gelombang gerakan antibirokrat pendukung kolonial dan antiEropa yang kemudian merembet gerakan anti Cina. Warga Desa Tanjung memulai dengan pembakaran kandang babi, bulan November 1945.
"Serta revolusi sosial 1946 hingga 1949, juga mempengaruhi keberadaan etnis Tionghoa di Brebes," pungkasnya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H