Mohon tunggu...
Yoga Haryuna
Yoga Haryuna Mohon Tunggu... Insinyur - Electric Engineer

Electrical and Mechanical Project on gks-eng.com, Instagram on @ladangdigitani

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Divide Et Impera, Taktik Belanda yang Dimodifikasi ke Dunia Politik

23 Mei 2019   13:13 Diperbarui: 23 Mei 2019   14:44 421
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Nusantara bukanlah Bangsa yang bisa dikuasai Belanda secara langsung sejak 3,5 Abad yang lalu.  Itu hanya pembulatan dari dimulainya VOC berdagang dan mencoba memonopoli komoditas dan perniagaan, 3,5 Abad yang lalu. 

Belanda tidaklah mudah untuk menguasi Bangsa kita.  Tentunya bertahap dan melalui banyak metode.  Tidak semua daerah mudah ditaklukan.  Bahkan Bali dan Aceh baru bisa ditaklukkan abad ke 20. Termasuk Tapanuli,  Nias dan Jambi.  Itu dikarenakan daerah - daerah tersebut memang menunjukkan perlawanan yang sengit.  

Selama ratusan tahun Belanda sudah mencoba dan terus mencoba,  sehingga mereka menemukan bagaimana cara menaklukan Bangsa ini dengan mudah.  Divide Et Impera.  Taktik yang digunakan ini sangat efektif dalam menaklukan wilayah Indonesia.  Adu domba antar kedua elemen internal. Belanda mengambil untung dengan situasi ini.  

Perpolitikan pun seperti itu juga.  Teknik ini dipakai untuk melumpuhkan kekuatan lawan dengan memanfaatkan energi lawan.  Kita akan konflik dengan kawan kita sendiri.  Sehingga diharapkan kita bisa mengambil keuntungan dengan situasi ini.  

Negara sedang mengalami pergolakan yang luar biasa.  Kedua kubu sedang dalam kondisi calling down setelah mengalami pemilu yang panjang dan melelahkan.  Setelah hasil Pemilu diumumkan,  kedua kubu masih dalam suasana panas.  Ada Euforia dan ada kekecewaan.  Tak ada 01 dan tak ada 02. Semua demi sila ketiga, Persatuan Indonesia.  

Di tengah demonstrasi yang damai nan menyejukkan ini tiba-tiba datang gerombolan yang sangat brutal.  Membuat semuanya menjadi tidak kondusif. Malam mulai mencekam. Gerombolan yang datang dari luar kota datang dengan brutal. 

Polisi diserang, gerombolan ini lalu lari menuju Petamburan. Markas FPI. FPI tak tau ini gerombolan siapa. Polisi mengamankan kondisi ke arah Petamburan. Beberapa peluru ditemukan dan terjadilah dialog bahwa peluru bukan berasal dari Polisi. Milik siapa? 

Gerombolan lenyap, selesai menjalankan misi. Namun ada beberapa yang ditangkap, dan mereka bukan dari kubu yang demonstrasi. FPI tak kenal darimana. Beberapa anggota FPI terluka dan gugur. Muncul pertanyaan,  Siapakah Gerombolan itu?  

Anak Bangsa bertikai melawan anak bangsa sendiri.  Ada pihak-pihak yang tidak mau Pemilu ini damai.  Ada pihak-pihak yang tidak ingin Indonesia menjaga Persatuan.  Divide Et Impera selesai dirancang.  Korban 6 orang,  dan bisa jadi akan bertambah.  Ibu Pertiwi menangis. Namun di balik ini semua,  siapakah yang desain ini semua?  Sang Arsitek Divide Et Impera ini?  

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun