Novel ini menceritakan tentang Perang menentukan yang terjadi di Kota yang sekarang bernama Nganjuk. Perang ini adalah Perang dendam kesumat dan perebutan Eksistensi antara leluhur mereka, Rakai Pikatan di pihak Mataram Kuno dan Balaputradewa di pihak Sriwijaya.Â
Rakai Pikatan beraliran Hindu dengan bangunan yang terkenal adalah Candi Prambanan, sedangkan Balaputradewa beraliran Budha dengan bangunan yang terkenal Candi Borobudur. Dalam sebuah perselisihan, Rakai Pikatan berhasil mengalahkan Balaputradewa dan mengusirnya ke Tanah Sumatra. Â
Balaputradewa terasing. Â Namun ditanah barunya itu ia berhasil menghimpun kekuatan dan menjadi Raja di Kerajaan Melayu Sriwijaya. Cucu mereka beranak pinak, Â namun dendam masih membara.Â
Puncaknya Eksistensi Jawa dan Melayu harus bertempur di tanah Jawa.  Kerajaan Sriwijaya Melayu menyerang Jawa. Mereka menggempur dengan segala kekuatan. Menumpahkan segala balas dendam leluhur mereka ke Tanah Jawa. Tepat saat Mataram sedang ingin mengalihkan kekuasaan menuju negeri Medang, negeri yang subur karena humus Sungai Brantas. Dalam upaya proses migrasi ini meletuslah Perang.Â
Candi Jaya Stamba yang masih ada di Nganjuk menjadi saksi pertempuran mereka di abad ke 10. Candi Jaya Stamba mengukir tahun 937 M sebagai peringatan 8 tahun sejak peristiwa itu. Apakah Pasukan Jawa berhasil mengusir Melayu? Â
Buku ini ditulis oleh Arjuno Resowiredjo dalam bentuk roman. Berbekal Buku Babad Tanah Jawa dan Babad Anjuk Ladang, Â kedua buku menjadi acuan penulisan. Â Roman berbasis data fakta sejarah dan empiris.Â
Harmadi, Â penulis Babad Anjuk Ladang memberi masukan-masukan. Alurnya yang disinkronkan dengan Babad Tanah Jawa. Arjuno suka sejarah. kajian bukti Sejarah di Nganjuk beserta alur cerita yang ada di Babad Anjuk Ladang sesuai kajian Arjuno. Sehingga alur dan penokohan diambil dari buku Bapak Harmadi. Â
Bapak Harmadi adalah penulis senior di Kabupaten Nganjuk. Banyak buku yang sudah ditulis oleh Beliau tentang Sejarah. Sindok,  tokoh utama dalam novel ini sangatlah sakti mandraguna dan wibawa karena ada gurat wahyu keprabon sangat menginspirasi keduanya. Â