Akil Mochtar pernah memberi pernyataan di media “untuk membuat efek jera kepada koruptor, pelaku korupsi yang sudah tebukti sebaiknya dipotong jari tangannya”.Demikian juga Anas Urbaningrum memberikan pernyataaan di depan media, “jika saya terbukti korupsi satu rupiahpun saya bersedia digantung di Monas”. Pernyataan yang sungguh luar biasa berani .
Setelah Akil dan Anas terbukti melakukan tindak korupsi apakah pernyataan mereka dapat direalisir?, jawabannya” pasti tidak bisa”.Mereka akan berkelit dengan pernyataan-pernyataan lain, sebagai contoh ketika Akil ditangkap oleh KPK , seorang wartawan menanyakan bagaimana pernyataan Akil bahwa “ seorang koruptor sebaiknya dipotong jari tangannya untuk menimbulkan efek jera”?.Karena emosi wartawan tersebut ditampar oleh Akil .Hal yang sama kalau ditanyakan kepada Anas Urbaningrum, Anas pasti akan mengelak dengan berbagai pernyataan-pernyatan yang mengaburkan arti kalimat yang pernah diucapkan.
“Memang Lidah tak bertulang” sebuah lagu yang dinyanyikan Bop Tutupoli tahu 70an, sejak dulu lidah tidak bisa dipercaya. Lidah adalah sepotong daging kecil yang tidak bertulang ,namun dapat menjadi sumber hikmat atau malapetaka tergantung bagaimana menggunakannya. Soekarno dijuluki “penyambung lidah rakyat”. Untuk Akil dan Anas mungkin pantas dijuluki “penyambung lidah koruptor”, hampir semua koruptor ucapannya (baca lidahnya), tidak bisa dipercaya, berbelit belit .
Dalam kasus Akil, ucapannya sengaja dilontarkan untuk menutupi dirinya koruptor kelas kakap.Dengan pernyataan Akil, publik dibuat terkesima bahwa inilah calon ketua MK yang bisa diharapkan menegakan keadilan. Rupanya kebusukan Akil cepat terkuak karena perbuatan Akil untuk mengeruk kekayaan dengan tidak halal sudah lama dilakukan. Akil juga sangat yakin sebagai pengurus partai Golkar, merasa memiliki kekebalan hukum. Mungkin Akil berpikir, KPK tidak berani memenjarakan dia, karena bisa menyeret beberapa orang di internal partai Golkar, namun Serapat-rapatnya bau busuk yang disimpan lama-lama tercium juga oleh orang lain, dan memang KPK sebuah lembaga yang memiliki kredibilitas, yang berani menangkap siapa saja termasuk Akil.
Lain lagi cerita Anas, sampai tulisan ini dimuat, Anas masih berusaha menggunakan jurus-jurus politiknya supaya terbebas dari penjara KPK, dan menghindar kemungkinan digantung di Monas seperti ucapannya kepada media.
Masyarakat tidak tahu, mengapa Anas berani mengucapkan pernyataan tersebut, apakah dia yakin tidak korupsi ?, atau Anas melakukan nya untuk kepentingan pundi-pundi partai . Seperti kita ketahui Partai Demokrat adalah partai pemegang kendali pemerintahan dan Anas memegang kartu As yang bisa menyeret oknum petinggi partai atau oknum di lingkaran istana Cikeas, kartu As ini yang menjadi pegangan Anas.
KPK tidak kalah pintar dengan mengulur-ulur waktu untuk menetapkan sebagai tersangka dan memenjarakan Anas, karena ada kemungkinan menyeret petinggi partai demokrat lainnya. Jalan yang paling aman untuk KPK adalah menunggu sampai SBY lengser, seandainya lingkaran dalam Cikeas terlibat, tidak ada hambatan bagi KPK untuk memenjarakan orang-orang tersebut.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H