Pohon menyerap udara kotor yang disebabkan oleh polusi, sampah yang tidak pada tempatnya dan banyak faktor-faktor lainnya, mengingat populasi penduduk indonesia dan dunia saat ini semakin meningkat dan kebutuhan transportasi yang merupakan indikator utama yang menyebabkan udara yang kita hirup tidak steril juga akan semakin banyak. Fenomena serupa ini tidak bisa terelakkan apalagi untuk saling menyalahkan, sebab kita semua memang membutuhkan akses cepat untuk menjangkau tujuan-tujuan tertentu, terlebih jarak tempuh yang jauh. Namun semua masalah itu pasti ada solusinya, sebagaimana Allah menciptakan penyakit berikut juga obatnya, laki-laki dan perempuan, bumi dan langit, dunia dan akhirat, surga dan neraka dan masih banyak lagi bukti-bukti konkrit selain dari yang bersifat abstrak (ghaib) yang ada di dunia ini. Dan begitu pula halnya dengan masalah yang sedang kita hadapi saat ini, dan solusi dari masalah-masalah tersebut adalah dengan menanam pohon. Pohon mempunyai banyak sekali manfaat, salah satunya menyerap udara kotor seperti yang telah saya sebutkan tadi di atas, akan tetapi meskipun udara yang diserap itu kotor, pohon akan tetap menghasilkan udara bersih yang tentunya juga sangat berguna bagi kesehatan tubuh kita. Pohon juga mendinginkan temperatur dan menguapkan air di dalamnya sehingga dapat menghasilkan hawa yang sejuk dan segar.
Mengingat kembali akan penduduk bumi yang semakin lama semakin membeludak ini, tentunya keperluan mereka juga akan semakin banyak, entah itu dari kebutuhan lahan tempat tinggal, kayu yang menjadi bahan pembuatan rumah, lemari, meja, kursi dan lain-lain. Bahkan saat ini diperkirakan penduduk dunia mencapai 7-8 miliyar lebih, artinya bahwa bumi yang luas daratannya hanya sekitar 149.557.000 km2 ini akan semakin penuh. Asumsinya, akan banyak hutan yang dibabat untuk berbagai keperluan. Jadinya, luas hutan akan semakin sempit dan oksigen yang mengisi 20% dari udara yang kita hirup (setidaknya setengah dari berat seluruh kerak bumi yang padat) juga semakin sedikit.
Hal yang menjadi kekhawatiran adalah jikalau manusia tidak lagi menjaga hutan akan menyebabkan oksigen menjadi sangat langka, bahkan akan menjadi barang yang mempunyai nilai ekonomi yang sangat tinggi. Orang-orang akan memakai masker oksigen dengan menggendong tabung dipunggungnya, kemudian ada yang mengantri membawa jerigen untuk mendapatkan oksigen demi keberlangsungan hidupnya. Dan ini akan menjadi fenomena yang tak terbayangkan jikalau itu semua sampai terjadi.
Terlepas dari kekhawatiran-kekhawatiran itu, rupanya saat ini kita masih punya banyak waktu dan kesempatan untuk mengantisipasi hal itu dan memulainya dari sekarang. Dan ternyata sudah banyak juga orang-orang yang sangat memperhatikan lingkungan dengan menanam pohon, seperti salah satu contoh yang saya ambil adalah salah seorang tokoh inspiratif asal Lombok NTB yaitu TGH. Hasanain Juaini, beliau juga mengelola Pondok Pesantren di daerah Lombok Barat bernama Nurul Haramian, yang mana beliau juga aktif dalam menyosialisasikan semangat cinta lingkungan yang kemudian ditularkan kepada para santri dan masyarakat sekitar. Salah satu upaya beliau untuk mengembalikan fungsi alam, yaitu pada tahun 2003 ia membeli lahan tandus seluas 36 hektar dan beberapa tahun kemudian lahan itu seakan tersulap karena sekarang menjadi kawasan konservasi hutan yang kemudian dinamai "Madani Valley" (Lembah Madani). Dan bukan hanya itu, ia juga menyediakan tempat khusus untuk pembibitan berbagai macam tanaman, buah dan bahkan sayuran. Dan luar biasanya, bibit-bibit tanaman yang sudah siap tanam itu dibagikan secara cuma-cuma kepada siapa saja yang mau. Ini bukti bahwa ia sangat memperhatikan lingkungan.
Satu buah pohon itu bisa menyumbangkan udara segar sebanyak 1,2 kg setiap harinya. Dan itu bisa memenuhi kebutuhan 2 orang akan oksigen setiap harinya. Berkaitan dengan hal ini, aku juga punya sedikit cerita di kampung halamanku, dahulu ketika aku masih duduk di bangku MI (Madrasah Ibtidaiyah) yaitu setara dengan SD, Aku sering memperhatikan kakekku (Alm.) sering menanam pepohonan yang berbagai jenis di halaman rumah, bahkan ada sebuah kebun kecil di samping rumahnya dimana kebun itu dipenuhi dengan banyak pepohonan dan buah-buahan. Dan ternyata baru kusadari tujuannya menanam pohon tersebut, kalau bukan karena pohon-pohon yang ditanaminya sejak aku masih kecil dulu, mungkin disekitar lingkungan rumahku tidak akan sesejuk dan senatural seperti sekarang ini. Dan aku juga menyadari bahwa mereka-mereka atau orang tua kita dulu sangat peka dan mempunyai naluri tersendiri mengenai masa depan anak cucunya bahkan juga terhadap masa depan bumi yang menjadi tempat perpijak kita saat ini. Terima kasih yang sebesar-besarnya kepada mereka yang telah berjasa, terutama kepada kakek kami (Alm.) yang juga sangat berjasa, semoga Allah memberikanmu tepat yang layak di alam sana...amiieen
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H