Mohon tunggu...
Arjun Fatah
Arjun Fatah Mohon Tunggu... -

Masuk UNY 2011 jurusan TP FIP\r\nAdd juga pin:312F826F\r\nblogg http://arjun.edu.tc/

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Jeritan Seorang Dilematis (Saya Mahasiswa)

30 November 2012   12:50 Diperbarui: 24 Juni 2015   20:25 176
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ketika saya menulis ini, saya sedang bersiap dan berdandan rapi untuk pergi kesuatu tempat dengan harapan di suatu tempat disana, tempat yang mungkin belum saya rencanakan sebelumnya. Mengapa saya menulis disini berawal dari membaca opini seseorang dengan judul Apa yang Paling Berarti dalam Hidup Manusia. Saya sedang bingun saat ini, dilema mungkin. Sebelumnya saya sudah mengungkapkan ke dilemaan ini ke teman satu kontrakan tapi tak berujung dan teman saya merekomendasikan untuk shalat. sebelumnya mungkin saya tidak pernah shalat selama satu bulan lebih. Itulah kejahatanku sehingga saya menulis ini di web ini.

Kenapa saya begitu dilema saat ini? Sebenarnya terdapat beberapa pertanyaan yang saya ajukan untuk beberapa orang di luar sana, tapi saya belum kuat argumentasi untuk menjelaskan beberapa pertnyaan saya nanti.

Pokok pertama mungkin saya ulas mengenai "saya itu harusnya menjadi apa?" seorang saya hanya menjadi follower dari beberapa pemikiran teman dan teman saya.  Kenapa tidak menjadi diri sendiri? apa mencari jati diri itu susah atau saya sudah menjadi diri saya sebagai jati diri " seorang yang dilematis". Saya mahasiswa, saya seorang kaum yang beruntung menjadi pelajar terdidik bukan terlatih. Ketika saya ajukan pertnyaan yang sama ke diri sendiri, saya berubah drastis untuk menemukan jawabannya, akhirnya menjadi seorang mahasiswa bentukan oleh "sistem pendidikan yang ditunggangi kepentingan politik yang tidak sesuai" itu kata teman saya yang punya banyak sekali landasan berfikirnya dari tokoh-tokoh filsafat.

Sedikit rumit akan memulai menulis apa yang akan saya tulis nanti (sudah terjadi). sangat kompleks dilema yang saya hadapi. saya seekor mahasiswa, bukan seorang, kendala yang saya hadapi adalah di jurusan saya tempat kuliah dan menuntut ilmu dan mengembangkannya, mungkin dalam mengembangkan desain, desain untuk membeljarkan orang, dan bukannya desain itu masuk dalam dasar kawasan jurusan yang harus saya geluti dan pahami, tetapi dalam pengembangan desain saya di kritik oleh bermacam teman, tragisnya teman seperjurusan, satu kelas. Jurusan dan ilmu kita itu tidak diperuntukan menjadi seorang teknisi (dibawah teknolog dan diatas teknolog ada ilmuan) kamu kira kamu bisa berhasil (kamu itu ditujukan untuk saya)  membuat suatu desain adalah hal yang membanggakan jurusan kamu bisa lebih dari itu. Selanjutnya dengan beberapa kalimat yang didapat dari renungan kalimat seorang tokoh filsafat. Apa yang kamu lakukan itu sebuah bentukan dari sistem pendidikan yang melatih bukan mendidik seperti apa hakikatnya pendidikan itu sendiri, sikapmu memandang membuat beberapa desain itu hanya akan menjadikan kamu teknisi dan sama dengan kaum proletar (kaum buruh). Disini, dijurusan bukan secara langsung menjadikan buruh atau melatih tenaga kerja. Tau kaum buruh yang tertindas dari atas oleh pemilik modal dan kapitalis, yang serakah akan harta kepilikan pribadi, kalau pendidikan kita saja belum bener, terus kesana tidak bener. Maka dari itu perlu revolusioner, dan perbnyaklah dialekta. Begitu lah teman-teman saya yang hebat itu ucapkan.

Hebat banget kan teman saya itu, menjadikan dasar pemikiran dari pemikir-pemikir terdahulu karl marx sebagai acuan melakukan dialektika dengan keadaan, keadaan saya khususnya. Meraka teman-teman saya bilang “sebuah labelling terhadap seseorang manusia itu tidak boleh, orang yang dibawah standar IQ tidak boleh di labeli itu anak luar biasa (idiot secara kasarnya atau bodo atau dalam bahasa psikologi defektiv) itu labelisasi yang tidak bisa di toleransi, mutlak tidak boleh” suatu saat dia me beli saya sebagai temannya dengan saya seorang yang pragmatis. Saya dilebeli pragmatis, bukankah labeling itu tidak bisa semena-mena apalagi tidak ada ukuran yang pasti untuk seorang manusia. Betapa munafik pernyataan yang dibuat teman saya yang tidak relevan sesuai mulutnya yang pernah dia ucapkan.

Dilema saya begitu mendengar itu, mendengar ketidak relevanan yang terjadi, tidak itu saja lebih-lebih untuk beberapa apa yang saya lakukan. Secara tidak langsung mereka ingin membawa saya kepemikiran mereka, pemikiran meraka ingin masuk ke dalam diri saya, segeralah ikuti apa yang kami lakukan pro aktiflah dengan pengetahuan yang saya dapat bahkan kamu juga mendapatkan ini walaupun secara perlahan-lahan.

Berdiskusi banyak hal mengenai penindasan zaman penjajahan dan kemerdekaan 45, mengenai kemerdekaan sekarang itu hanya ada pada luar saja, ekonomi kita masih tertindas karena kepentingan luar. Penindasan kami sebut hal yang menjengkelkan, kami semua sepakat penindasan itu buruk, penindasan ekonomi dan sebagainya itu buruk kami dan bangsa indonesia berarti masih terjajah. TAPI, penindasan itu yang katanya kami sepakat itu bukanlah hal baik mereka praktekan penindasan itu, penindasan pemikiran dan kemauan seseorang, saya berkemauan seperti itu, saya mau ber pemikiran seperti apa yang saya mau, apa yang dilakukan mereka terhadap saya? Apa? Mereka menginginkan pemikiran yang didapat dari sebuah literatur dan diskusi itu masuk dalam pemikiran saya, begini lho, seperti ini lho, berarti saya sebuah objek jajahan. Kebebasan ku melakukan sesuatu yang independen tertahan, terbentuk sebuah dinding. Dimana dinding ini memberikan belunggu untuk memilih apa yang benar menurut mereka. Mereka tidak sadar apa yang mereka praktek secara tidak langsung. Ya ampun kenapa begitu baiknya merekan menentukan pilihan untuk saya yang mana pilihan itu menundukan kebebasan saya.

Salam untuk pembaca.

Terimakasih

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun